Terjadinya Proses Keterbukaan Dan Toleransi Dalam Keluarga

88 mempelajari Bahasa setempat demi memperoleh suatu bentuk komunikasi yang baik antara dirinya dengan keluarganya dan juga masyarakat sekitar.

4.8. Interaksi keluarga amalgamasi

4.8.1. Terjadinya Proses Keterbukaan Dan Toleransi Dalam Keluarga

Dalam kehidupan manusia, keterbukaan diri merupakan alat terpenting untuk kelangsungan hidupnya. Tanpa adanya keterbukaan diri maka individu atau kelompok akan mengalami hamabtan dalam interaksinya dengan individu lain atau kelompok lainnya. Dengan keterbukaan diri, maka seseorang akan mudah untuk mengudentifikasikan dirinya ke dalam sebuah hubungannya dengan individu-individu lainnya dapat semakin erat. Dapat disimpulkan keterbukaan diri adalah suatu tindakan yang dimana sengaja atau rela untuk mengungkapkan atau menceritakan informasi, pendapat, keyakinan, perasaa, pengalaman atau bahkan masalah yang dijaga atau dirahasiakan untuk diungkapkan kepada orang lain secara apa adanya sehingga pihak lain dapat memahaminya. Dalam interaksi antara keluarga Amalgamasi sikap keterbukaan diri antara tiap-tiap pihak keluarga yang bersangkutan sangat diperlukan demi kelangsusngan interaksi yang berhasil dalam keluarga inti maupun keluarga dekat bersifat asosiatif. Di samping itu, dalam perkawinan yang berlatar belakang memiliki budaya yang berebea tentunya tidak lepas dari suatau bentuk toleransi beragama satu sama lain. Seperti halnya di Desa Tengah dimana perkawinan yang dilakukan antar etnis yang berlatar belakang memiliki agamakeyakinan yang berbeda pula. Toleransi dapat diartikan sebagai pemberian kebabsan kepada sesama manusia atau kepada sesama wraga masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama di dalam Universitas Sumatera Utara 89 menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak bertentangan dengan syarat- syarat terciptanya perdamaian dalam keluarga maupun masyarakat Umar hasyim 1979:22. Hal ini juga disampaikan oleh salah satu informan dalam wawancara berikut: “ waktu aku dulu nikah pun dulu sama abangmu ini dek, kami kan beda agama juga, aku dulu muslim, cuman aku masuk Kristen lah, karna kan mesti ikut agama laki-laki, tapi, kalo kerumah mamak aku tetapnya pulang kalo lebaran gitu, terus kalo acara gereja juga ku ikuti disini. Gak ada masalah sih soal itu, cuman dulunya mamak ku kurang terima lah aku masuk Kristen, tapi karna lebaran pun aku tetap pulang, jadi dia ngerasa gak ada yang bedalah gitu samaku.” Dewi sartika, Oktober 2016 Berdasarkan wawancara di atas dapat kita ketahui bahwa, perkawinan Amalgamasi di Desa Tengah bukan hanya berdasarkan budaya berbeda saja tetapi juga agama yang berbeda. Seperti wawancara dengan Bu Dewi sartika di atas, perkawinan beliau berdasarkan budaya dan agama yang berbeda, tetapi dengan adanya sikap keterbukaan diri yang dimilikinya iya mengalah dan memilih masuk ke agama suaminya, tetapi dalam toleransi beragama yang dilakukannya, beliau tetap menghargai agama suaminya dengan cara ikut serta dalam acara gereja, dan beliau juga tetap menjaga hubungannya dengan keluarganya yang notabene masih beragama Islam, dengan cara tetap pulang kampung jika lebaran tiba. Hal ini menunjukkan bahwasanya perkawinan Amalgamsi yang berbeda agama di Desa Tengah terjalin dalam keterbukaan keluarga satu sama lain dan toleransi masing- masing pasangan untuk menerima dan menghargai agama dan kepercayaan suami dan istri dalam sebuah keluarga Amalgamasi.

4.8.2. Terjadi ProsesPengenalan budaya dalam Keluarga