5.3. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Pemerintah 1.
Pemerintah KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara hendaknya terus menggali dan lebih mengoptimalkan penerimaan yang berasal dari
daerahnya sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah melalui pengembangan potensi-potensi di daerah.
2. Bagi pemerintah daerah, dalam era otonomi daerah ini agar meningkatkan
kemampuannya dalam hal keuangan, dalam artian mampu menghasilkan Penerimaan Asli Daerah yang besar maupun kemampuan dalam mengelola
anggaran dan memiliki visi yang jelas dalam penggunaan dana yang ada agar dapat menghasilkan manfaat positif bagi perekonomian daerah.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya 1.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar lebih menambah KabupatenKota yang akan diteliti, sehingga akan diperoleh sampel yang
lebih banyak, penelitian selanjutnya juga disarankan agar mengambil sampel KabupatenKota di luar Provinsi Sumatera Utara. Ini dimaksudkan
agar dapat membandingkan apakah hasil penelitian ini berlaku untuk KabupatenKota di Luar Provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar lebih banyak menggunakan
variabel independen yang mempengaruhi Fiscal Stress misalnya seperti kondisi wilayah, jumlah penduduk, pendapatan perkapita, kondisi ekonomi
baik mikro maupun makro, kebijakan pemerintah, dan lain sebagainya. 3.
Penggunaan data yang lebih lengkap dan rentang periode waktu penelitian yang lebih panjang sehingga lebih mampu untuk dapat dilakukan
generalisasi atas hasil penelitian tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Fiscal Stress
Arnett 2011 menyebutkan bahwa Fiscal Stress merupakan tekanan anggaran yang terjadi sebagai akibat keterbatasan penerimaan daerah yang dapat
memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penyelenggaran pelayanan publik. Dimana Fiscal Stress menjadi semakin tinggi dikarenakan adanya tuntutan
peningkatan kemandirian yang ditujukan dengan meningkatnya penerimaan sendiri untuk membiayai berbagai pengeluaran yang ada. Ketersediaan sumber-
sumber daya daerah potensial dan kesiapan daerah menjadi faktor penting keberhasilan dalam era otonomi. Menurut Setyawan 2008, mengemukakan
bahwa terjadinya krisis keuangan disebabkan tidak cukupnya penerimaan atau pendapatan dalam memenuhi kebutuhan pengeluaran. Daerah-daerah yang tidak
memiliki kesiapan dalam era otonomi bisa mengalami hal yang sama, dimana Fiscal Stress yang menjadi semakin tinggi.
Pada saat fiscal strees tinggi, pemerintah cenderung menggali potensi penerimaan pajak untuk meningkatkan penerimaan daerahnya. Oleh karena itu,
tingginya angka upaya pajak dapat diidentikkan dengan kondisi fiscal stress. Upaya Pajak tax effort adalah upaya peningkatan pajak daerah yang diukur
melalui perbandingan antara hasil penerimaan realisasi sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah PAD dengan realisasi tahun sebelumnya pendapatan
Universitas Sumatera Utara
asli daerah. Tax effort menunjukkan upaya pemerintah untuk mendapatkan pendapatan bagi daerahnya dengan mempertimbangkan potensi yang dimiliki.
Upaya penerimaan pendapatanan yang tinggi mencerminkan tingkat fiscal stressyang lebih besar, hal ini berarti bahwa permintaan untuk jasa
ataupengeluaran pembangunan tertentu melebihi sumber atau pendapatan yangada. Fiscal stressdapatdirumuskan :
Fiscal Stress = Realisasi PAD
t
Realisasi PAD
t-1
x 100
2.1.2. Pendapatan Asli Daerah
Menurut Mardiasmo 2002:132, “Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dan sektor pajak daerah, retribusi daerah hasil
perusahaan milik daerah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah”. Yang dimaksud dengan Pendapatan
Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan asli daerah dapat ditentukan dengan cara mengumpulkan data
realisai PAD yang terdapat dalam laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah melalui laporan hasil pemeriksaan BPK RI atas laporan keuangan
pemerintah daerah dan bisa juga melalui Ditjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.1. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 pasal 79 disebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari pajak daerah dan pajak provinsi.
1 Pajak Daerah Pajak daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak.
Menurut Siahaan 2005:7 “pajak daerah adalah pungutan dari masyarakat oleh negara pemerintah berdasarkan uang-uang yang bersifat dapat dipaksakan dan
terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali kontra prestasibalas jasa secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk
membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintah pemerintahan dan pembangunan”.
Menurut Undang-Undang No. 34 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang- Undang No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Yang dimaksud pajak daerah adalah Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung
yang seimabng, yang dipaksakan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelengaraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah. Dari pengertian pajak daerah tersebut diatas maka dapat diartikan bahwa
pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daerah yang diatur dalam
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah itu sendiri.
Jenis pajak daerah terbagi 2 yaitu pajak provinsi dan pajak kabupatenkota. a Pajak Provinsi
Jenis pajak provinsi berdasarkan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000, yakni : 1 pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air,
2 bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, 3 pajak bahan bakar kendaraan bermotor,
4 pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan. b Pajak Kabupaten Kota
Jenis-jenis pajak kabupatenkota antara lain : 1 pajak hotel,
2 pajak restoran, 3 pajak hiburan,
4 pajak reklame, 5 pajak penerangan jalan,
6 pajak pengambilan bahan galian golongan C, 7 pajak parkir.
2 Retribusi Daerah Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi
daerah. Ada 3 bentuk retribusi yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
3 Hasil Pengolahan kekayan daerah yang dipisahkan Hasil perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengolahan Kekayaan Milik
Daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis
Pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut : a bagian laba perusahaan milik daerah,
b bagian laba lembaga keuangan daerah, c bagian laba lembaga keuangan non bank,
d bagian laba atas penyertaan modalinvestasi.
4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain
milik pemerintah daerah. Jenis Pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut : a hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan,
b penerimaan jasa giro, c penerimaan bunga deposito,
d denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, e penerimaan ganti rugi atas kerugian kehilangan kekayaan daerah.
2.1.3. Belanja Modal
Belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan
daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya
Universitas Sumatera Utara
operasi dan pemeliharaan. Berdasarkan Kepmendagri No. 29 tahun 2002, belanja modal dibagi menjadi belanja publik dan belanja modal.
a Belanja publik Belanja publik yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung
oleh masyarakat umum. Contoh belanja public : pembangunan jembatan dan jalan raya, pembelian alat transportasi massa dan pembelian mobil ambulans.
b Belanja operator Belanja operator yaitu belanja yang manfaatnya tidak secara langsung oleh
operator. Contoh belanja operator : pembelian kendaraan dinas, pembangunan gedung pemerintahan, dan pembangunan rumah dinas,
Menurut Halim 2004:73 belanja modal merupakan “belanja yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan
daerah serta akan menambah belanja yang sifatnya rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok biaya administrasi umum”. Belanja modal meliputi
antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung, dan bangunan, peralatan dan aset tak berwujud PP Nomor 24 Tahun 2005. Dengan kata lain belanja
modal dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetapinventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi,
termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan
kualitas aset.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.1. Klasifikasi Belanja Modal
Belanja Modal dapat dikategorikan dalam lima kategori utama yaitu belanja modal tanah, belanja modal peralatan mesin, belanja modal gedung dan
bangunan, belanja modal jalan irigasi dan jaringan, dan belanja modal fisik lainnya.
a Belanja Modal Tanah Belanja Modal Tanah adalah pengeluaranbiaya yang digunakan untuk
pengadaanpembelianpembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurungan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan
pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.
b Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaranbiaya yang
digunakan untuk pengadaanpenambahanpernggantian dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari
12 bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.
c Belanja Modal Gedung dan Bangunan Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaranbiaya yang
digunakan untuk pengadaanpenambahanpenggantian dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan, pengelolaan pembangunan gedung dan
Universitas Sumatera Utara
bangunan yang menambah kapasitas gedung sampai gedung sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
d Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan Belanja Modal Jalan, Irigasi Dan Jaringan adalah pengeluaranbiaya yang
digunakan untuk pengadaan penambahan penggantian peningkatan pembangunan pembuatan serta perawatan dan termasuk pengeluaran untuk
perencanaan, pengawasan, dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi
siap pakai.
e Belanja Modal Fisik Lainnya Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaranbiaya yang digunakan
untuk pengadaan penambahan penggantian peningkatan pembangunan pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan
ke dalam kriteria belanja modal tanah, peralatan, dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja ini adalah
belanja modal kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan
jurnal ilmiah.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Produk Domestik Regional Bruto PDRB
Kegiatan perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari perkembangan Produk Domestik Regional Bruto PDRB daerah tersebut. PDRB merupakan
salah satu indikator yang penting dalam menggambarkan kemajuan perekonomian suatu daerah. Produk Domestik Bruto PDB dapat diartikan sebagai nilai uang
berdasarkan harga pasar dari semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu perekonomian dalam periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. Berarti PDRB
juga mempunyai pengertian yang sama tapi hanya dalam lingkup suatu daerah Risuhendi, 2012: 22.
Perhitungan PDRB dapat dilakukan dengan 3 tiga pendekatan, pertama yaitu pendekatan produksi yang menyangkut jumlah nilai barang dan jasa yang
diproduksi dalam suatu daerah selama jangka waktu tertentu. Pendekatan kedua yaitu pendekatan pendapatan, merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh
faktor produksi dalam suatu proses produksi. Pendekatan ketiga yaitu pendekatan pengeluaran, menyangkut jumlah pengeluaran yang dilakukan baik oleh rumah
tangga, swasta, maupun pemerintahan. Badan Pusat Statistik BPS, Lembaga Keuangan, dan Bappeda baik
tingkat kabupaten maupun provinsi selalu mencantumkan PDRB menurut harga berlaku current year price dan harga konstan basic year price, menurut harga
berlaku artinya nilai barang dan jasa dihitung berdasarkan harga pada tahun yang bersangkutan, sedangkan harga konstan dihitung berdasarkan tahun dasar yang
telah ditetapkan menurut suatu tahun tertentu. Tahun dasar biasanya digunakan tiap sepuluh tahun sekali. Dari pengalaman diketahui bahwa nilai satuan uang
Universitas Sumatera Utara
sepanjang waktu mengalami perubahan. Perubahan ini terjadi karena penurunan nilai uang, akibat inflasi atau kenaikan harga umum, ataupun sebaliknya terjadi
penurunan tingkat harga umum Abonia. 2014: 29. Jika kegiatan perekonomian meningkat, maka PDRB yang dalam hal ini diwakili
oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi akan mengalami peningkatan secara dinamis, peningkatan tersebut akan berpengaruh
pada tingkat pendapatan masyarakat yang naik dan tingkat kekayaan yang bertambah. Dan pada gilirannya juga akan berdampak pada PAD yang
mengalamai kenaikan, sehingga sangat dimungkinkan ada hubungan antara PDRB dengan PAD.
2.1.5. Teori Belanja Pemerintahan
Teori belanja pemerintahan yang digunakan sebagai kajian pustaka dalam penelitian ini adalah Hukum Wagner dan Teori Peacock dan Wiseman.
1 Hukum Wagner
Hukum Wagner berbicara mengenai perkembangan aktivitas pemerintahan. Wagner mengemukakan teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintahan
yang semakin besar dalam persentase terhadap PDB. Wagner berpendapat bahwa dalam suatu perekonomian apabila pendapatan per kapita menunjukkan
peningkatan, maka secara relatif pengeluaran pemerintahan pun akan meningkat. Hukum Wagner dikenal dengan “The Law of Expanding State Expenditure”.
Dasar dari hukum tersebut adalah pengamatan empiris dari negara-negara maju,
Universitas Sumatera Utara
seperti Amerika, Jerman, dan Jepang. Wagner menerangkan mengapa peranan pemerintahan menjadi semakin besar, terutama disebabkan karena pemerintahan
harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat Iskandar, 2012: 117. Wagner mendasarkan pandangannya pada suatu teori yang disebut dengan
organic theory of state, yaitu teori yang menganggap pemerintahan sebagai individu yang bebas bertindak, terlepas dari anggota masyarakat lainnya. Menurut
Wagner, ada lima hal yang menyebabkan pengeluaran pemerintahan selalu meningkat, yaitu tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan,
kenaikan tingkat pendapatan masyarakat, trend urbanisasi yang mengiringi laju pertumbuhan ekonomi, perkembangan demografi, dan ketidakefisienan birokrasi
Purnomo,2011: 6. Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan hubungan
antarsektor industri dan hubungan antara industri dengan masyarakat akan semakin kompleks, sehingga potensi terjadinya eksternalitas negatif menjadi
semakin besar. Misalnya, pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang ditimbulkan oleh perkembangan sektor industri akan menimbulkan semakin tingginya
pencemaran atau polusi. Pemerintah harus turun tangan mengendalikan dan mengurangi dampak negatif dari polusi. Pemerintahan juga harus melindungi
buruh dalam meningkatkan kesejahteraannya. Di antara tujuan utama implementasi transfer adalah untuk mengatasi masalah eksternalitas yang
dimaksud.
Universitas Sumatera Utara
2 Teori Peacock dan Wiseman
Peacock dan Wiseman adalah dua orang yang mengemukakan teori terbaik mengenai perkembangan pengeluaran pemerintahan. Teori yang mendasarkan
pada suatu pandangan bahwa pemerintahan senantiasa berusaha untuk memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak
yang semakin tinggi untuk membiayai pengeluaran pemerintahan yang semakin besar tersebut. Teori Peacock dan Wiseman merupakan dasar dari teori
pemungutan suara. Peacock dan Wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak, yaitu suatu
tingkat di mana masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintahan untuk membiayai pengeluaran pemerintahan
tersebut. Jadi masyarakat menyadari bahwa pemerintahan membutuhkan dana untuk membiayai aktivitasnya sehingga mereka membutuhkan tingkat kesediaan
masyarakat untuk membayar pajak. Tingkat toleransi ini merupakan kendala bagi pemerintahan untuk menaikkan pemungutan pajak secara semena-mena Iskandar,
2012: 117. Teori Peacock dan Wiseman menyebutkan bahwa meningkatnya
pertumbuhan ekonomi PDB menyebabkan pemungutan pajak semakin meningkat walaupun mungkin tarif pajak tidak berubah, dan meningkatnya
penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintahan juga semakin meningkat. Oleh karena itu, dalam keadaan normal, meningkatnya PDB
menyebabkan penerimaan pemerintahan akan semakin besar. Begitu juga dengan pengeluaran pemerintahan yang akan menjadi semakin besar pula. Pengeluaran
Universitas Sumatera Utara
tersebut sebagian digunakan untuk administrasi pembangunan dan sebagian lagi untuk kegiatan belanja pembangunan di berbagai jenis infrastruktur yang penting
dan strategis. Anggaran-anggaran tersebut akan meningkatkan pengeluaran agregat dan mempertinggi tingkat kegiatan ekonomi Purnomo, 2011: 6.
Satu hal yang perlu dicacat dari teori Peacock dan Wiseman adalah bahwa mereka mengemukakan adanya toleransi pajak, yaitu suatu limit perpajakan, akan
tetapi mereka tidak menyatakan pada tingkat berapa toleransi pajak tersebut. Disebutkan bahwa limit perpajakan adalah sebesar 25 persen dari pendapatan
nasional. Apabila limit dilampaui maka akan terjadi inflasi dan gangguan lainnya.
2.2. Review Penelitian Terdahulu
Iskandar 2012 melakukan penelitian dengan menggunakan sampel 25 pemerintah KabupatenKota di Sumatera Utara pada tahun 2004 – 2009. Variabel
yang diteliti adalah PAD, PDRB, Belanja Modal, Fiscal Stress. Hasil penelitian menunjukkan secara simultan variabel PAD, Belanja Modal dan pertumbuhan
ekonomi berpengaruh signifikan terhadap fiscal stress di Sumatera Utara. Secara parsial hanya variabel PAD berpengaruh signifikan terhadap kondisi fiscal stress
di Sumatera Utara. Sedangkan variabel Belanja Modal dan pertumbuhan ekonomi yang diproksikan oleh PDRB tidak berpengaruh signifikan terhadap fiscal stress
pada Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara. Muwaryan dan Sukarsa 2014 meneliti pengaruh desentralisasi fiskal, fiscal
stress dan kinerja keuangan daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di KabupatenKota Provinsi Bali. Peneliti menggunakan data skunder yang berupa
Universitas Sumatera Utara
data runtut waktu 11 tahun berturut – turut dari tahun 2002 sampai dengan 2012 dan data cross section yang terdiri atas 9 kabupatenkota sebagai sampel
penelitian. Hasil penelitian dapt diketahui secara langsung variabel desentralisasi fiskal dan fiskal stress berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
keuangan, selanjutnya desentralisasi fiskal dan fiskal stress dan kinerja keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
o N
ama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
. A
ndayani 2004
Analisis Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah
Deskriptif atas Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah
Terjadi perubahan rata-rata pendapatan dan
belanja daerah sebelum dan sesudah adanya krisis. Pada
masa krisis ekonomi, rata- rata pendapatan dan belanja
daerah kabupatenkota mengalami penurunan yang
signifikan. Penerimaan daerah yang tidak stabil
selama krisis ekonomi menyebabkan adanya
kondisi Fiscal Stress
. N
anga 2005
Disparitas Fiskal di
Indonesia Uji Beda
dengan variabel PAD dan
Adanya disparitas kapasitas fiskal yang
tinggi antar daerah
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan Ekonomi
memasuki era otonomi
. Is
kandar 2012
Variabel yang
Mempengaruhi Fiscal Stress
pada KabupatenKota
di Sumatera Utara
Pertumbuh an PAD,
Pertumbuhan PDRB, dan
Pertumbuhan Belanja Modal.
Variabel Pertumbuhan Belanja
Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Fiscal Stress pada KabupatenKota di Provinsi
Sumatera Utara.
. M
uwaryan dan
Sukarsa 2014
Pengaruh Desentralisasi
Fiskal, Fiscal Stress Dan
Kinerja Keuangan Daerah
Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Di KabupatenKota
Provinsi Bali Penelitian
ini menggunakan data skunder
dengan variabel pertumbuhan
ekonomi, desentralisasi
fiskal, fiscal stress dan kinerja
keuangan. Secara langsung
variabel desentralisasi fiskal dan fiscal stress
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
keuangan, desentralisasi fiskal dan fiscal stress dan
kinerja keuangan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
2.3. Kerangka Konseptual