Peran Dan Fungsi Pegawai Aparatur Sipil Negara Biro Hukum Dalam

v. menyelenggarakan tugas lain yang diberikan Kepala Biro, sesuai bidang tugas dan fungsinya. w. menyelenggarakan penyusunan laporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya, sesuai standar yang ditetapkan.

D. Peran Dan Fungsi Pegawai Aparatur Sipil Negara Biro Hukum Dalam

Mendampingi Pegawai ASN Yang Terkait Tindak Pidana Korupsi Dalam Pelaksanaan Tugas Kedinasan Berdasarkan pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara disebutkan bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan pada prinsip sebagai berikut: a. nilai dasar b. kode etik dan kode perilaku c. komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik d. kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas e. kualifikasi akademik f. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas g. profesionalitas jabatan. Kemudian dalam pasal 10, pasal 11 dan pasal 12 Undang-Undang tersebut dikatakan bahwa : Pegawai ASN berfungsi sebagai: a. pelaksana kebijakan publik b. pelayan publik c. perekat dan pemersatu bangsa. Pegawai ASN bertugas: a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas. c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional. Hal ini dilakukan melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Salah satu peran yang dilakukan pegawai ASN Biro Hukum adalah tugas perlindungan hukum dalam bentuk pendampingan untuk memberikan bantuan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 92 Undang-Undang ASN yaitu pada ayat 1 huruf d dan ayat 3 yaitu : Ayat 1 Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa: a. jaminan kesehatan b. jaminan kecelakaan kerja c. jaminan kematian d. bantuan hukum. Ayat 3 Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d, berupa pemberian bantuan hukum dalam perkara yang dihadapi di pengadilan terkait pelaksanaan tugasnya. Walaupun dalam pasal 92 ayat 3 ini dikatakan bahwa pemberian bantuan hukum itu dilakukan dalam perkara yang dihadapi di pengadilan yang terkait dengan pelaksanaan tugas-tugas dinas yang dilakukan Pegawai ASN, akan tetapi dalam Permendagri Nomor 12 tahun 2014 dikatakan bahwa pemberian bantuan itu belum sampai di tingkat pengadilan, hanya sampai pada tingkat penyelidikan dan penyidikan. Pembatasan fungsi dan peran ini cukup beralasan dan rasanya tidak bertentangan mengingat kemampuan profesionalisme ASN yang melaksanakan tugas utama sebagai pelayanan publik dan tugas pemberian bantuan hukum itu bukanlah sebagai tugas utamanya. 33 Pelaksana hukum eksekutif jauh berbeda dengan tugas profesional pengacaraadvokat dimana menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat, bahwa advokat melaksanakan fungsi dan peran sebagai penegak hukum Yudikatif. Ada kemungkinan peran ASN beracara di pengadilan ini membutuhkan pemikiran dan persiapan tentang persyaratan dan profesionalisme pegawai ASN untuk bisa mengemban tugas ini ke depan dan tidak sejak sekarang. 34 Berdasarkan pasal 13 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 tahun 2014 tentang Pedoman Penanganan Perkara di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah disebutkan bahwa Biro Hukum Provinsi Adanya perkembangan pemikiran tentang Pegawai ASN untuk beracara didepan pengadilan mungkin akan memberi kebebasan kepada Pegawai ASN untuk memberikan bantuan hukum dalam tugas pendampingannya. 33 Hasil wawancara dengan Kepala Bagian Bantuan Hukum Sekretariat Provinsi Sumatera Utara, 9-10 Maret 2014, Pukul 09.00-12.00 WIB. 34 Ibid. melakukan pendampingan dalam proses penyelidikan dan penyidikan perkara pidana yang dilakukan oleh GubernurWakil Gubernur dan CPNSPNS Provinsi. Selanjutnya dalam pasal 15 Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut dikatakan bahwa pemdampingan yang dilakukan oleh Pegawai ASN Biro Hukum Provinsi berkaitan dengan : 1. mengenai hak dan kewajiban saksi dalam setiap tahapan pemeriksaan. 2. ketentuan hukum acara pidana. 3. mengenai materi delik pidana yang disangkakan. 4. hal-hal lain yang dianggap perlu dan terkait dengan perkara yang dihadapi. Menyikapi isi pasal 13 dan pasal 15 Permendagri No. 12 tahun 2014 di atas dapat diketahui bahwa peran pegawai ASN Biro Hukum terbatas hanya dalam pendampingan yang berkaitan dengan penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan aparat penegak hukum baik oleh Kepolisian maupun Kejaksaan terhadap suatu permasalahan hukum yang dihadapi seorang pegawai ASN Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam pelaksanaan tugas-tugas kedinasan termasuk dalam tindak pidana korupsi yang dilakukannya. Keterbatasan ruang lingkup pendampingan yang dilakukan oleh ASN Biro Hukum ini merupakan akibat pembatasan berdasarkan peraturan perundangan yaitu Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat yang intinya mengisyaratkan bahwa yang berhak untuk beracara di muka pengadilan adalah mereka yang sudah memenuhi persyaratan untuk itu yaitu seorang advokat, sedangkan pegawai negeri sipil ASN dilarang untuk beracara di muka pengadilan oleh karena tugas utamanya adalah sebagai pelayan publik yang mengatasnamakan instansi negara. 35 35 Ibid. Selanjutnya dalam permendagri Nomor 12 tahun 2014 ini juga peran pegawai ASN Biro hukum secara limitataif telah ditetapkan yaitu yang berkaitan dengan hak dan kewajiban saksi dalam setiap tahapan pemeriksaan, ketentuan hukum acara pidana mengenai mekanisme setiap tahapan pemeriksaan aparatur penegak hukum, materi delik pidana yang disangkakan apakah berkaitan atau tidak dengan tugas kedinasan dan apakah permasalahan hukum yang dipersangkakan itu merupakan delik pidana atau tidak atau hanya sekedar kesalahan administrasi. Lebih lanjut boleh juga disampaikan hal-hal lain yang dianggap perlu dan terkait dengan perkara yang dihadapi oleh pegawai ASN yang didampingi. Secara umum bahwa pegawai ASN yang didampingi oleh Biro Hukum adalah pegawai ASN yang berhadapan dengan permasalahan korupsi yang berkaitan dengan tugas-tugas kedinasan, baik karena kealpaan, karena kesengajaan, maupun hanya kesalahan administrasi saja dengan tujuan memperkaya diri sendiri atau korporasi yang merugikan keuangan negara. Karena tindak pidana baik tindak pidana umum maupun tindak pidana khusus merupakan tindakan yang harus dipertanggungjawabkan secara inperson. Sehingga pendampingan yang dilakukan Biro Hukum semata-mata hanya karena perbuatan yang dilakukan berkaitan dengan peleksanaan tugas-tugas institusi kedinasan. Kealpaan seperti disebutkan di atas perlu mendapat perhatian karena kebanyakan berkaitan dengan administrasi yang tidak akurat yang bisa jadi tidak semuanya merupakan perbuatan yang dapat merugikan keuangan negara. Memang banyak juga timbul masalah kerugian keuangan negara akibat kesalahan administrasi misalnya ada kesalahan administrasi yang memang disengaja untuk menutupi kerugian yang ditimbulkan. Dengan demikian ada kesalahan administrasi yang disengaja dan ada kesalahan administrasi memang tidak diketahui sebelumnya atau dengan kata lain murni karena kealpaan. Dalam kaitan inilah salah satu pertimbangan pentingnya pendampingan terhadap ASN yang berhadapan dengan hukum. Lain halnya dengan kesengajaan yang unsur-unsur perbuatannya telah memenuhi unsur-unsur suatu kejahatan sehingga tidak perlu dibahas dalam tulisan ini. Setelah menelaah bahan-bahan dan Wawancara yang dilakukan di Biro Hukum Provinsi Sumatera Utara yang disebut sebagai kealpaan misalnya kasus yang dipersangkakan adalah : Tindak Pidana “Setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah B3 tanpa izin jo Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, Gubernur, atau BupatiWalikota sesuai dengan kewenangannya”, yang melibatkan ASN Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara. Kemudian kasus lain : Dugaan Tindak Pidana penambangan emas tanpa izin di Desa Tapus, Kec. Lingga Bayu, Kab. Mandailing Natal Provsu yang diduga dilakukan oleh PT. Madinah Madani Mining PT. M3” yang melibatkan Pj Bupati dan Plt. Sekretaris Daerah Madina yang merupakan ASN Provinsi Sumatera Utara. Kedua kasus di atas dapat kita lihat bahwa ketiadaan izin merupakan dasar pemanggilan dan pemeriksaan yang dikategorikan aparatur penegak hukum sebagai tindak pidana korupsi. 36 Berdasarkan hasil penelitian, saudah ada Pegawai ASN yang didampingi oleh ASN Biro Hukum di lingkungan pemerintahan provinsi sumatera utara yang terkait tindak pidana korupsi dalam menjalankan tugas-tugasnya yang disangkakan kepadanya. Namun, ada beberapa aparatur yang lepas atau bebas dari sangkaan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum yang ditujukan kepadanya. Hal ini dikarenakan perbuatannya hanyalah kesalahan administrasi belaka dan bukan tindak pidana yang disangkakan kepadanya. Sangatlah penting peran dari seorang ASN Biro Hukum dalam hal ini mengingat tidak semua Aparatur Sipil Negara atau PNS memiliki pengetahuan hukum atau berlatarbelakang sekolah hukum. 37 Pesan-pesan moral yang terkandung dalam Undang-Undang ini diharapkan dapat menjadi hambatan-hambatan moral moral restraints bagi perseorangan maupun korporasi agar tidak melakukan korupsi baik dalam tahap awal formulasi, Tindak pidana korupsi merupakan perbuatan melawan hukum yang dilakukan seseorang untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi secara melawan hukum, yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara 4 empat tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun pasal 2 Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999. 36 Hasil wawancara dengan Kepala Bagian Bantuan Hukum Sekretariat Provinsi Sumatera Utara, dengan memberikan contoh kasus yang sudah ditangani oleh Biro Hukum Sekretariat Provinsi Sumatera Utara. 9-10 Maret 2014, Pukul 09.00-12.00 WIB. 37 Ibid. kebijakan yudikatif yang merupakan tahap aplikatif dan kebijakan eksekutif yang merupakan tahap administrasi. 38 a. Perbuatan melawan hukum. Jika dicermati pengertian korupsi dalam bunyi pasal 2 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 terdapat unsur-unsur tindak pidana korupsi antara lain: b. Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi. c. Merugikan keuanganperekonomian negara. Perbuatan melawan hukum dalam hal ini mencangkup perbuatan melawan hukum dalam arti formil dan materil maksudnya meskipun perbuatan itu tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial, maka perbuatan tersebut dapat dipidana. Dalam penjelasan pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 pengertian melawan hukum tidak lagi berarti apa yang bertentangan dengan hak orang lain atau bertentangana dengan kewajiban hukum si pelaku melainkan juga apa yang bertentangan baik dengan tata susila maupun kepatutan dalam pergaulan masyarakat. 39 Kemudian unsur yang kedua dari tindak pidana korupsi memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi berarti menambah kekayaan diri sendiri atau 38 Barda Nawawi Arief, 1998, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan dan Pengembangan Hukum Pidana, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, yang dikutip pada Ediwarman, Penegakan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kriminlogi, 2014, Yogyakarta, Genta Publishing, hal. 65. 39 Leden Marpaung, 2001, Tindak Pidana Korupsi, Pemberantasan dan Pencegahan, Djambatan, Jakarta, Hal. 50. orang lain atau korporasi. Sedangkan unsur ketiga merugikan keuangan negara artinya seluruh keuangan negara dalam bentuk apapun baik yang dipisahkan ataupun yang tidak dipisahkan, termasuk didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karenanya. Berbagai akibat yang ditimbulkan tindak pidana korupsi ini bagi kepentingan umum bahkan korupsi merupakan suatu problema sosial. Disini dapat dilihat adanya pelanggaran norma yang berlaku bahkan suatu aspirasi materil yang dilakukan individu dengan cara melanggar hukum sehingga menimbulkan kerugian negara dan masyarakat. 40 Data lapangan yang diperoleh hanya berjumlah 47 empat puluh tujuh pegawai yang didampingi oleh Biro Hukum dan pegawai ASN yang didampingi ada yang tidak sampai ke Pengadilan, karena tidak cukup bukti. Dalam kaitan ini pencerahan dalam berbagai hal yang berkaitan dengan materi pemeriksaan yang diberikan ASN Biro Hukum telah berhasil dengan baik. Dari jumlah 114 pegawai ASN itu juga bahwa seorang pegawai bisa saja terlibat dalam beberapa masalah Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari hasil riset di Biro Hukum bahwa selama tahun 2014 ada sebanyak 37 tiga puluh enam kasus dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan korupsi dengan melibatkan 114 seratus empat belas pegawai ASN di berbagai instansi Badan, Dinas, Biro pemerintahan Provinsi Sumatera Utara. Namun sangat disayangkan bahwa tidak semua pegawai ASN yang diperiksa tersebut meminta bantuan pendampingan kepada Biro Hukum. 40 Ediwarman, Penegakan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kriminologi, 2014, Yogyakarta, Genta Publishing, Hal.66. hukum misalnya dipanggil di Polda Sumut dlam kasus X, kemudian yang bersangkutan bisa dipanggil di Kejaksaan Negeri Medan dalam kasus Y, sehingga jumlah pegawai ASN yang diperiksa baik sebagai saksi maupun sebagai tersangka mencapai 114 pegawai. Minimnya jumlah pegawai ASN yang didampingi Biro hukum dikarenakan tidak semua pegawai yang diperiksa meminta bantuan pendampingan, ada kalanya karena tidak tahu keberadaan pendampingan oleh Biro Hukum atau karena yang bersangkutan langsung didampingi oleh Pengacara berdasarkan permintaannya. Walaupun ASN Biro hukum harus berperan aktif dalam pendampingan ini karena merupakan tugas pokok dan fungsinya akan tetapi tidaklah pantas kurang etis jika pegawai ASN Biro Hukum langsung mendampinginya tanpa permintaan yang bersangkutan. Aktif disi bukan mencari- cari ASN yang berhadapan dengan hukum akan tetapi aktif dalam arti tidak menunggu-nunggu atau mencari alasan lain, akan tetapi tetap proaktif dalam mengupayakan pendampingan. Mekanisme pelaksanaan pendampingan bahwa semua surat-surat panggilan untuk didengar keterangan ASN Pemerintah Provinsi Sumatera Utara baik sebagai saksi maupun sebagai tersangka ditujukan kepada Gubernur sebagai pejabat Pembina Kepegawaian Daerah cq. Sekretasris Daerah Provinsi. Oleh Sekretaris Daerah Provinsi didisposisikan kepada Biro Hukum agar menerbitkan surat penugasan untuk mengindahkan dan menghadiri maksud surat panggilan. Biro hukum menerbitkan surat penugasan yang ditandatangani Sekretaris Daerah Provinsi atas nama Gubernur. Setelah ditandatangani surat panggilan disampaikan kepada yang bersangkutan untuk dipenuhi maksudnya. Dalam tahapan ini pegawai ASN yang dipanggil untuk didengar keterangannya menyampaikan permohonan kepada Kepala Biro hukum baik lisan maupun tertulis agar dalam pemeriksaan nantinya dapat kiranya didampingi oleh pegawai ASN Biro Hukum. Permohonan ini segera direspon dengan menerbitkan surat tugas pendampingan oleh Kepala Biro Hukum dan selanjutnya menerima Kuasa melalui surat Kuasa yang telah dipersiapkan pihak yang didampingi. Pegawai ASN Biro Hukum yang mendampingi setelah selesai pemeriksaan yang dilakukan aparatur penegak hukum melaporkan hasilnya kepada Kepala Biro Hukum dan untuk selanjutnya Kepala Biro Hukum menyampaikan hasil tersebut kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah Provinsi. Sedangkan dalam pasal 32 Peraturan Gubernur Nomor 65 tahun 2011 tentang Tugas, Fungsi, dan Uraian Tugas Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara disebutkan bahwa tugas dan fungsi Biro Hukum Provinsi Sumatera Utara dalam hal ini Bagian Bantuan Hukum yang menangani masalah Bantuan Hukum disebutkan bahwa Bagian Bantuan Hukum mempunyai tugas membantu Kepala Biro Hukum dalam melaksanakan penyelenggaraan penanganan sengketa bantuan hukum dan perlindungan hak asasi manusia. Selanjutnya dalam uraian tugasnya pada pasal 32 huruf o dan huruf p disebutkan bahwa Bagian Bantuan Hukum, menyelenggarakan fungsi : Huruf o : menyelenggarakan bantuan hukum dan perlindungan hukum atas aset dan permasalahan hukum dalam kedinasan di lingkungan Pemerintah Provinsi, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Huruf p : menyelenggarakan fasilitasi bantuan dan perlindungan hukum terhadap pegawai negeri sipil dalam hubungan kedinasan Pemerintah daerah Provinsi, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Menyikapi isi pasal 32 Peraturan Gubernur Nomor 65 tahun 2011 tentang Tugas, Fungsi, dan Uraian Tugas Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara bahwa yang berkaitan dengan aset Pemerintah Daerah Provinsi dan ASN Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang berhadapan dengan hukum dalam pelaksanaan tugas kedinasan ditangani oleh Biro Hukum. Penanganan permasalahan yang berkaitan dengan hukum ini dimaksudkan adalah untuk memberikan pendampingan hukum kepada ASN yang ruang lingkupnya sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 12 tahun 2014 yang disebutkan di atas. Berdasarkan uraian tersebut di atas nampak jelas peranan Biro Hukum yang memberikan pendampingan terhadap ASN, yang tertuang dalam tugas pokok dan fungsi serta uraian tugas Biro Hukum. Peranan Biro Hukum dalam pendampingan tidak sama dengan peranan pengacara profesional dalam pendampingan walaupun dalam ruang lingkup yang sama. Hal ini nampak dari dari berbagai segi seperti profesionalitas di satu sisi dan mekanisme pendampingan disisi lain. Pendampingan Biro Hukum karena tuntutan tugas sebagai aparatur sipil negara pendampingan atas nama institusi yang digaji oleh negara yang harus proaktif dalam pendampingan karena berkaitan dengan kepentingan pemerintah dan institusi, walaupun tindakan yang berkaitan dengan hukum pidana itu merupakan tindakan inperson yang harus dipertanggungjawabkan secara pribadi. Sedangkan pengacara tidak proaktif karena pengacara memberikan jasa pelayanan hukum kepada kliennya berdasarkan permintaan klien dan atas pemberian jasa hukum itu pengacara mendapat honorarium dan pendampingan yang dilakukan bukan atas nama institusi misalnya Peradi, akan tetapi atas nama pribadi pengacara yang bersangkutan. Hal di atas merupakan salah satu alasan peranan pendampingan Biro Hukum dibatasi hanya sampai dengan tahap pendampingan Penyelidikan dan Penyidikan. Karena jika sudah menjadi terdakwa dalam arti sudah dilimpahkan ke Pengadilan yang harus dipertanggungjawabkan secara inperson, maka institusi tidak terlibat lagi di dalamnya. Selanjutnya bila yang bersangkutan menghendaki, maka dalam tingkatan berikutnya dapat meminta jasa pengacara untuk memberikan pembelaan hukum untuk menegakkan kebenaran dan keadilan dengan menerima honorarium atas jasa pembelaan hukum yang diberikan. Pada sisi lain peran pendampingan Biro Hukum merupakan peran pelayanan secara umum dengan kwalifikasi pengetahuan hukum secara umum juga. Sedangkan seorang pengacara yang merupakan praktisi hukum harus memenuhi persyaratan kwalifikasi pengetahuan teknis dalam penerapan hukum sehingga penegakan hukum dalam arti kebenaran dan keadilan itu dapat berdaya guna dan berhasil guna.

E. Pendampingan yang dilakukan Advokat

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tindak Pidana Korupsi pada Program Konpensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Infrastruktur Pedesaan (Studi Putusan MA No. 2093 K / Pid. Sus / 2011)

3 55 157

Analisis Gugatan bersifat in rem terhadap hasil tindak pidana korupsi pada sistem hukum Common Law

1 77 152

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 Di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara

0 43 84

Penerapan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Secara Berlanjut (Studi Kasus No. 1636/Pid.B/2006/PN-MDN dan No. 354/PID/2006/PT-MDN)

5 123 163

PROFESIONALISME APARATUR SIPIL NEGARA. ( Studi Tentang Kesiapan Pemerintah Kabupaten Bima Dalam Menyongsong Implementasi UU No 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara )

1 8 35

KEWENANGAN KOMISI APARATUR SIPIL NEGARA DALAM PROSES "LELANG JABATAN" TERKAIT SISTEM MERIT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA.

3 14 61

UU no.5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

0 0 104

SIKAP APARATUR SIPIL NEGARA TENTANG KEBI

0 0 11

BAB II PERAN DAN FUNGSI PEGAWAI ASN BIRO HUKUM DALAM MENDAMPINGI PEGAWAI ASN YANG TERKAIT TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PELAKSANAAN TUGAS KEDINASAN A. Struktur Organisasi Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara. - Pendampingan Aparatur Sipil N

0 0 33

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pendampingan Aparatur Sipil Negara Yang Terkait Tindak Pidana Korupsi Dalam Pelaksanaan Tugas Kedinasan Berdasarkan Permendagri No. 12 Tahun 2014 Di Lingkungan Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara

0 0 22