v. menyelenggarakan tugas lain yang diberikan Kepala Biro, sesuai bidang
tugas dan fungsinya. w.
menyelenggarakan penyusunan laporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya, sesuai standar yang ditetapkan.
D. Peran Dan Fungsi Pegawai Aparatur Sipil Negara Biro Hukum Dalam
Mendampingi Pegawai ASN Yang Terkait Tindak Pidana Korupsi Dalam Pelaksanaan Tugas Kedinasan
Berdasarkan pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara disebutkan bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan pada
prinsip sebagai berikut: a.
nilai dasar b.
kode etik dan kode perilaku c.
komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik d.
kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas e.
kualifikasi akademik f.
jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas g.
profesionalitas jabatan. Kemudian dalam pasal 10, pasal 11 dan pasal 12 Undang-Undang tersebut
dikatakan bahwa : Pegawai ASN berfungsi sebagai:
a. pelaksana kebijakan publik
b. pelayan publik
c. perekat dan pemersatu bangsa.
Pegawai ASN bertugas: a.
melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional. Hal ini
dilakukan melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Salah satu peran yang dilakukan pegawai ASN Biro Hukum adalah tugas
perlindungan hukum dalam bentuk pendampingan untuk memberikan bantuan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 92 Undang-Undang ASN yaitu pada
ayat 1 huruf d dan ayat 3 yaitu : Ayat 1 Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa:
a. jaminan kesehatan b. jaminan kecelakaan kerja
c. jaminan kematian d. bantuan hukum.
Ayat 3 Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d, berupa pemberian bantuan hukum dalam perkara yang dihadapi di pengadilan terkait
pelaksanaan tugasnya.
Walaupun dalam pasal 92 ayat 3 ini dikatakan bahwa pemberian bantuan hukum itu dilakukan dalam perkara yang dihadapi di pengadilan yang terkait
dengan pelaksanaan tugas-tugas dinas yang dilakukan Pegawai ASN, akan tetapi dalam Permendagri Nomor 12 tahun 2014 dikatakan bahwa pemberian bantuan itu
belum sampai di tingkat pengadilan, hanya sampai pada tingkat penyelidikan dan penyidikan. Pembatasan fungsi dan peran ini cukup beralasan dan rasanya tidak
bertentangan mengingat kemampuan profesionalisme ASN yang melaksanakan tugas utama sebagai pelayanan publik dan tugas pemberian bantuan hukum itu
bukanlah sebagai tugas utamanya.
33
Pelaksana hukum eksekutif jauh berbeda dengan tugas profesional pengacaraadvokat dimana menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003
tentang Advokat, bahwa advokat melaksanakan fungsi dan peran sebagai penegak hukum Yudikatif. Ada kemungkinan peran ASN beracara di pengadilan ini
membutuhkan pemikiran dan persiapan tentang persyaratan dan profesionalisme pegawai ASN untuk bisa mengemban tugas ini ke depan dan tidak sejak
sekarang.
34
Berdasarkan pasal 13 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 tahun 2014 tentang Pedoman Penanganan Perkara di Lingkungan Kementerian
Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah disebutkan bahwa Biro Hukum Provinsi Adanya perkembangan pemikiran tentang Pegawai ASN untuk
beracara didepan pengadilan mungkin akan memberi kebebasan kepada Pegawai ASN untuk memberikan bantuan hukum dalam tugas pendampingannya.
33
Hasil wawancara dengan Kepala Bagian Bantuan Hukum Sekretariat Provinsi Sumatera Utara, 9-10 Maret 2014, Pukul 09.00-12.00 WIB.
34
Ibid.
melakukan pendampingan dalam proses penyelidikan dan penyidikan perkara pidana yang dilakukan oleh GubernurWakil Gubernur dan CPNSPNS Provinsi.
Selanjutnya dalam pasal 15 Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut dikatakan bahwa pemdampingan yang dilakukan oleh Pegawai ASN Biro Hukum
Provinsi berkaitan dengan : 1.
mengenai hak dan kewajiban saksi dalam setiap tahapan pemeriksaan. 2.
ketentuan hukum acara pidana. 3.
mengenai materi delik pidana yang disangkakan. 4.
hal-hal lain yang dianggap perlu dan terkait dengan perkara yang dihadapi. Menyikapi isi pasal 13 dan pasal 15 Permendagri No. 12 tahun 2014 di
atas dapat diketahui bahwa peran pegawai ASN Biro Hukum terbatas hanya dalam pendampingan yang berkaitan dengan penyelidikan dan penyidikan yang
dilakukan aparat penegak hukum baik oleh Kepolisian maupun Kejaksaan terhadap suatu permasalahan hukum yang dihadapi seorang pegawai ASN
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam pelaksanaan tugas-tugas kedinasan termasuk dalam tindak pidana korupsi yang dilakukannya.
Keterbatasan ruang lingkup pendampingan yang dilakukan oleh ASN Biro Hukum ini merupakan akibat pembatasan berdasarkan peraturan perundangan
yaitu Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat yang intinya mengisyaratkan bahwa yang berhak untuk beracara di muka pengadilan adalah
mereka yang sudah memenuhi persyaratan untuk itu yaitu seorang advokat, sedangkan pegawai negeri sipil ASN dilarang untuk beracara di muka
pengadilan oleh karena tugas utamanya adalah sebagai pelayan publik yang mengatasnamakan instansi negara.
35
35
Ibid.
Selanjutnya dalam permendagri Nomor 12 tahun 2014 ini juga peran pegawai ASN Biro hukum secara limitataif telah ditetapkan yaitu yang berkaitan
dengan hak dan kewajiban saksi dalam setiap tahapan pemeriksaan, ketentuan hukum acara pidana mengenai mekanisme setiap tahapan pemeriksaan aparatur
penegak hukum, materi delik pidana yang disangkakan apakah berkaitan atau tidak dengan tugas kedinasan dan apakah permasalahan hukum yang
dipersangkakan itu merupakan delik pidana atau tidak atau hanya sekedar kesalahan administrasi. Lebih lanjut boleh juga disampaikan hal-hal lain yang
dianggap perlu dan terkait dengan perkara yang dihadapi oleh pegawai ASN yang didampingi.
Secara umum bahwa pegawai ASN yang didampingi oleh Biro Hukum adalah pegawai ASN yang berhadapan dengan permasalahan korupsi yang
berkaitan dengan tugas-tugas kedinasan, baik karena kealpaan, karena kesengajaan, maupun hanya kesalahan administrasi saja dengan tujuan
memperkaya diri sendiri atau korporasi yang merugikan keuangan negara. Karena tindak pidana baik tindak pidana umum maupun tindak pidana khusus merupakan
tindakan yang harus dipertanggungjawabkan secara inperson. Sehingga pendampingan yang dilakukan Biro Hukum semata-mata hanya karena perbuatan
yang dilakukan berkaitan dengan peleksanaan tugas-tugas institusi kedinasan.
Kealpaan seperti disebutkan di atas perlu mendapat perhatian karena kebanyakan berkaitan dengan administrasi yang tidak akurat yang bisa jadi tidak
semuanya merupakan perbuatan yang dapat merugikan keuangan negara. Memang banyak juga timbul masalah kerugian keuangan negara akibat kesalahan
administrasi misalnya ada kesalahan administrasi yang memang disengaja untuk menutupi kerugian yang ditimbulkan. Dengan demikian ada kesalahan
administrasi yang disengaja dan ada kesalahan administrasi memang tidak diketahui sebelumnya atau dengan kata lain murni karena kealpaan. Dalam kaitan
inilah salah satu pertimbangan pentingnya pendampingan terhadap ASN yang berhadapan dengan hukum. Lain halnya dengan kesengajaan yang unsur-unsur
perbuatannya telah memenuhi unsur-unsur suatu kejahatan sehingga tidak perlu dibahas dalam tulisan ini.
Setelah menelaah bahan-bahan dan Wawancara yang dilakukan di Biro Hukum Provinsi Sumatera Utara yang disebut sebagai kealpaan misalnya kasus
yang dipersangkakan adalah : Tindak Pidana “Setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah B3 tanpa izin jo Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin
dari Menteri, Gubernur, atau BupatiWalikota sesuai dengan kewenangannya”, yang melibatkan ASN Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara.
Kemudian kasus lain : Dugaan Tindak Pidana penambangan emas tanpa izin di Desa Tapus, Kec. Lingga Bayu, Kab. Mandailing Natal Provsu yang
diduga dilakukan oleh PT. Madinah Madani Mining PT. M3” yang melibatkan Pj Bupati dan Plt. Sekretaris Daerah Madina yang merupakan ASN Provinsi
Sumatera Utara. Kedua kasus di atas dapat kita lihat bahwa ketiadaan izin
merupakan dasar pemanggilan dan pemeriksaan yang dikategorikan aparatur penegak hukum sebagai tindak pidana korupsi.
36
Berdasarkan hasil penelitian, saudah ada Pegawai ASN yang didampingi oleh ASN Biro Hukum di lingkungan pemerintahan provinsi sumatera utara yang
terkait tindak pidana korupsi dalam menjalankan tugas-tugasnya yang disangkakan kepadanya. Namun, ada beberapa aparatur yang lepas atau bebas dari
sangkaan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum yang ditujukan kepadanya. Hal ini dikarenakan perbuatannya hanyalah kesalahan administrasi
belaka dan bukan tindak pidana yang disangkakan kepadanya. Sangatlah penting peran dari seorang ASN Biro Hukum dalam hal ini mengingat tidak semua
Aparatur Sipil Negara atau PNS memiliki pengetahuan hukum atau berlatarbelakang sekolah hukum.
37
Pesan-pesan moral yang terkandung dalam Undang-Undang ini diharapkan dapat menjadi hambatan-hambatan moral moral restraints bagi perseorangan
maupun korporasi agar tidak melakukan korupsi baik dalam tahap awal formulasi, Tindak pidana korupsi merupakan perbuatan melawan hukum yang
dilakukan seseorang untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi secara melawan hukum, yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara 4 empat tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun pasal 2 Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999.
36
Hasil wawancara dengan Kepala Bagian Bantuan Hukum Sekretariat Provinsi Sumatera Utara, dengan memberikan contoh kasus yang sudah ditangani oleh Biro Hukum
Sekretariat Provinsi Sumatera Utara. 9-10 Maret 2014, Pukul 09.00-12.00 WIB.
37
Ibid.
kebijakan yudikatif yang merupakan tahap aplikatif dan kebijakan eksekutif yang merupakan tahap administrasi.
38
a. Perbuatan melawan hukum.
Jika dicermati pengertian korupsi dalam bunyi pasal 2 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 terdapat unsur-unsur
tindak pidana korupsi antara lain:
b. Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi.
c. Merugikan keuanganperekonomian negara.
Perbuatan melawan hukum dalam hal ini mencangkup perbuatan melawan hukum dalam arti formil dan materil maksudnya meskipun perbuatan itu tidak
diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma
kehidupan sosial, maka perbuatan tersebut dapat dipidana. Dalam penjelasan pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999
pengertian melawan hukum tidak lagi berarti apa yang bertentangan dengan hak orang lain atau bertentangana dengan kewajiban hukum si pelaku melainkan juga
apa yang bertentangan baik dengan tata susila maupun kepatutan dalam pergaulan masyarakat.
39
Kemudian unsur yang kedua dari tindak pidana korupsi memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi berarti menambah kekayaan diri sendiri atau
38
Barda Nawawi Arief, 1998, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan dan Pengembangan Hukum Pidana, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, yang dikutip pada
Ediwarman, Penegakan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kriminlogi, 2014, Yogyakarta, Genta Publishing, hal. 65.
39
Leden Marpaung, 2001, Tindak Pidana Korupsi, Pemberantasan dan Pencegahan, Djambatan, Jakarta, Hal. 50.
orang lain atau korporasi. Sedangkan unsur ketiga merugikan keuangan negara artinya seluruh keuangan negara dalam bentuk apapun baik yang dipisahkan
ataupun yang tidak dipisahkan, termasuk didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karenanya.
Berbagai akibat yang ditimbulkan tindak pidana korupsi ini bagi kepentingan umum bahkan korupsi merupakan suatu problema sosial. Disini dapat
dilihat adanya pelanggaran norma yang berlaku bahkan suatu aspirasi materil yang dilakukan individu dengan cara melanggar hukum sehingga menimbulkan
kerugian negara dan masyarakat.
40
Data lapangan yang diperoleh hanya berjumlah 47 empat puluh tujuh pegawai yang didampingi oleh Biro Hukum dan pegawai ASN yang didampingi
ada yang tidak sampai ke Pengadilan, karena tidak cukup bukti. Dalam kaitan ini pencerahan dalam berbagai hal yang berkaitan dengan materi pemeriksaan yang
diberikan ASN Biro Hukum telah berhasil dengan baik. Dari jumlah 114 pegawai ASN itu juga bahwa seorang pegawai bisa saja terlibat dalam beberapa masalah
Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari hasil riset di Biro Hukum bahwa selama tahun 2014 ada sebanyak 37 tiga puluh enam kasus dalam
berbagai bidang yang berkaitan dengan korupsi dengan melibatkan 114 seratus empat belas pegawai ASN di berbagai instansi Badan, Dinas, Biro
pemerintahan Provinsi Sumatera Utara. Namun sangat disayangkan bahwa tidak semua pegawai ASN yang diperiksa tersebut meminta bantuan pendampingan
kepada Biro Hukum.
40
Ediwarman, Penegakan Hukum Pidana Dalam Perspektif Kriminologi, 2014, Yogyakarta, Genta Publishing, Hal.66.
hukum misalnya dipanggil di Polda Sumut dlam kasus X, kemudian yang bersangkutan bisa dipanggil di Kejaksaan Negeri Medan dalam kasus Y, sehingga
jumlah pegawai ASN yang diperiksa baik sebagai saksi maupun sebagai tersangka mencapai 114 pegawai.
Minimnya jumlah pegawai ASN yang didampingi Biro hukum dikarenakan tidak semua pegawai yang diperiksa meminta bantuan
pendampingan, ada kalanya karena tidak tahu keberadaan pendampingan oleh Biro Hukum atau karena yang bersangkutan langsung didampingi oleh Pengacara
berdasarkan permintaannya. Walaupun ASN Biro hukum harus berperan aktif dalam pendampingan ini karena merupakan tugas pokok dan fungsinya akan
tetapi tidaklah pantas kurang etis jika pegawai ASN Biro Hukum langsung mendampinginya tanpa permintaan yang bersangkutan. Aktif disi bukan mencari-
cari ASN yang berhadapan dengan hukum akan tetapi aktif dalam arti tidak menunggu-nunggu atau mencari alasan lain, akan tetapi tetap proaktif dalam
mengupayakan pendampingan. Mekanisme pelaksanaan pendampingan bahwa semua surat-surat
panggilan untuk didengar keterangan ASN Pemerintah Provinsi Sumatera Utara baik sebagai saksi maupun sebagai tersangka ditujukan kepada Gubernur sebagai
pejabat Pembina Kepegawaian Daerah cq. Sekretasris Daerah Provinsi. Oleh Sekretaris Daerah Provinsi didisposisikan kepada Biro Hukum agar menerbitkan
surat penugasan untuk mengindahkan dan menghadiri maksud surat panggilan. Biro hukum menerbitkan surat penugasan yang ditandatangani Sekretaris Daerah
Provinsi atas nama Gubernur. Setelah ditandatangani surat panggilan disampaikan
kepada yang bersangkutan untuk dipenuhi maksudnya. Dalam tahapan ini pegawai ASN yang dipanggil untuk didengar keterangannya menyampaikan
permohonan kepada Kepala Biro hukum baik lisan maupun tertulis agar dalam pemeriksaan nantinya dapat kiranya didampingi oleh pegawai ASN Biro Hukum.
Permohonan ini segera direspon dengan menerbitkan surat tugas pendampingan oleh Kepala Biro Hukum dan selanjutnya menerima Kuasa melalui
surat Kuasa yang telah dipersiapkan pihak yang didampingi. Pegawai ASN Biro Hukum yang mendampingi setelah selesai pemeriksaan yang dilakukan aparatur
penegak hukum melaporkan hasilnya kepada Kepala Biro Hukum dan untuk selanjutnya Kepala Biro Hukum menyampaikan hasil tersebut kepada Gubernur
melalui Sekretaris Daerah Provinsi. Sedangkan dalam pasal 32 Peraturan Gubernur Nomor 65 tahun 2011
tentang Tugas, Fungsi, dan Uraian Tugas Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara disebutkan bahwa
tugas dan fungsi Biro Hukum Provinsi Sumatera Utara dalam hal ini Bagian Bantuan Hukum yang menangani masalah Bantuan Hukum disebutkan bahwa
Bagian Bantuan Hukum mempunyai tugas membantu Kepala Biro Hukum dalam melaksanakan penyelenggaraan penanganan sengketa bantuan hukum dan
perlindungan hak asasi manusia. Selanjutnya dalam uraian tugasnya pada pasal 32 huruf o dan huruf p disebutkan bahwa Bagian Bantuan Hukum,
menyelenggarakan fungsi :
Huruf o : menyelenggarakan bantuan hukum dan perlindungan hukum atas aset dan permasalahan hukum dalam kedinasan di lingkungan Pemerintah
Provinsi, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Huruf p : menyelenggarakan fasilitasi bantuan dan perlindungan hukum
terhadap pegawai negeri sipil dalam hubungan kedinasan Pemerintah daerah Provinsi, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Menyikapi isi pasal 32 Peraturan Gubernur Nomor 65 tahun 2011 tentang
Tugas, Fungsi, dan Uraian Tugas Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara bahwa yang berkaitan dengan
aset Pemerintah Daerah Provinsi dan ASN Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang berhadapan dengan hukum dalam pelaksanaan tugas kedinasan ditangani
oleh Biro Hukum. Penanganan permasalahan yang berkaitan dengan hukum ini dimaksudkan adalah untuk memberikan pendampingan hukum kepada ASN yang
ruang lingkupnya sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 12 tahun 2014 yang disebutkan di atas.
Berdasarkan uraian tersebut di atas nampak jelas peranan Biro Hukum yang memberikan pendampingan terhadap ASN, yang tertuang dalam tugas pokok
dan fungsi serta uraian tugas Biro Hukum. Peranan Biro Hukum dalam pendampingan tidak sama dengan peranan pengacara profesional dalam
pendampingan walaupun dalam ruang lingkup yang sama. Hal ini nampak dari dari berbagai segi seperti profesionalitas di satu sisi dan mekanisme
pendampingan disisi lain. Pendampingan Biro Hukum karena tuntutan tugas
sebagai aparatur sipil negara pendampingan atas nama institusi yang digaji oleh negara yang harus proaktif dalam pendampingan karena berkaitan dengan
kepentingan pemerintah dan institusi, walaupun tindakan yang berkaitan dengan hukum pidana itu merupakan tindakan inperson yang harus
dipertanggungjawabkan secara pribadi. Sedangkan pengacara tidak proaktif karena pengacara memberikan jasa
pelayanan hukum kepada kliennya berdasarkan permintaan klien dan atas pemberian jasa hukum itu pengacara mendapat honorarium dan pendampingan
yang dilakukan bukan atas nama institusi misalnya Peradi, akan tetapi atas nama pribadi pengacara yang bersangkutan. Hal di atas merupakan salah satu alasan
peranan pendampingan Biro Hukum dibatasi hanya sampai dengan tahap pendampingan Penyelidikan dan Penyidikan. Karena jika sudah menjadi terdakwa
dalam arti sudah dilimpahkan ke Pengadilan yang harus dipertanggungjawabkan secara inperson, maka institusi tidak terlibat lagi di dalamnya. Selanjutnya bila
yang bersangkutan menghendaki, maka dalam tingkatan berikutnya dapat meminta jasa pengacara untuk memberikan pembelaan hukum untuk menegakkan
kebenaran dan keadilan dengan menerima honorarium atas jasa pembelaan hukum yang diberikan.
Pada sisi lain peran pendampingan Biro Hukum merupakan peran pelayanan secara umum dengan kwalifikasi pengetahuan hukum secara umum
juga. Sedangkan seorang pengacara yang merupakan praktisi hukum harus memenuhi persyaratan kwalifikasi pengetahuan teknis dalam penerapan hukum
sehingga penegakan hukum dalam arti kebenaran dan keadilan itu dapat berdaya guna dan berhasil guna.
E. Pendampingan yang dilakukan Advokat