Kebijakan dan pesan-pesan yang disebutkan di atas bukan berarti bahwa pendampingan yang dilakukan Biro Hukum terhadap ASN tidak diperlukan lagi.
Justru pendampingan tetap diperlukan mengingat bahwa sebagai manusia biasa sulit untuk menghindari diri secara sempurna dari tindakan tercela, baik kealpaan
maupun kesengajaan. Hal ini terbukti bahwa selama tahun 2014 ada sebanyak 37 tiga puluh enam kasus dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan korupsi
dengan melibatkan 114 seratus empat belas pegawai ASN di berbagai instansi Badan, Dinas, Biro pemerintahan Provinsi Sumatera Utara.
Dari jumlah tersebut yang didampingi Biro Hukum sebanyak 37 empat puluh tujuh kasus. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan instansi pemerintah
tetap masih diperlukan guna kepentingan pembelaan kepentingan hukum para pegawai ASN yang diperiksa. Artinya bahwa peraturan perundangan-undangan
juga telah memberikan landasan hukum yang jelas dalam pendampingan ini sehingga instansi pemerintah harus tetap mendukung upaya pendampingan yang
dilakukan pegawai ASN..
C. Peningkatan profesionalisame ASN Biro Hukum
Profesionalisme atau keahlian berarti kemahiran dalam suatu ilmu kepandaian, pekerjaan.
67
Menurut penjelasan pasal 2 huruf b Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dikatakan bahwa Yang dimaksud dengan “asas
67
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1986, Jakarta, Balai Pustaka, hal. 20.
profesionalitas” adalah mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan
.
Kemudian dalam pasal 11 Undang-Undang tersebut dikatakan bahwa : Pegawai ASN bertugas:
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. b.
memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas. c.
mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari
intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sedangkan dalam pasal 32 Peraturan Gubernur Nomor 65 tahun 2011
tentang Tugas, Fungsi, dan Uraian Tugas Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara disebutkan bahwa
tugas dan fungsi Biro Hukum Provinsi Sumatera Utara dalam hal ini Bagian Bantuan Hukum disebutkan bahwa Bagian Bantuan Hukum mempunyai tugas
membantu Kepala Biro Hukum dalam melaksanakan penyelenggaraan penanganan sengketa bantuan hukum dan perlindungan hak asasi manusia.
Selanjutnya dalam uraian tugasnya pada pasal 32 huruf o dan huruf p disebutkan bahwa Bagian Bantuan Hukum, menyelenggarakan fungsi :
Huruf o : menyelenggarakan bantuan hukum dan perlindungan hukum atas aset dan permasalahan hukum dalam kedinasan di lingkungan Pemerintah
Provinsi, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Huruf p : menyelenggarakan fasilitasi bantuan dan perlindungan hukum
terhadap pegawai negeri sipil dalam hubungan kedinasan Pemerintah daerah Provinsi, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan pengertian profesionalisme dan uraian tugas Biro Hukum yang disebutkan di atas dapat dipahami bahwa pegawai ASN Biro Hukum yang
melakukan tugas pendampingan haruslah orang-orang profesional dalam pendampingan dalam arti mengetahui teknik-teknik beracara dan memiliki
pengetahuan yang memadai tentang hukum, tidak sekedar dengan predikat Sarjana Hukum.
68
Untuk memenuhi maksud tersebut diperlukan berbagai terobosan untuk menjalin kerjasama yang baik dengan Perhimpunan Advokat Indonesia Peradi
melalui pembuatan Memorandum of Understanding MoU. Salah satu tujuannya adalah Pembekalan dan legalisasi pegawai ASN Biro Hukum untuk dapat
beracara di Pengadilan. Dengan demikian diharapkan agar Peradi bersedia menerima dan membina pegawai ASN Biro Hukum untuk magang dan
diikutsertakan dalam ujian seleksi Advokat yang diselenggarakan Peradi, selanjutnya diangkat menjadi advokat.
69
Dalam kaitan ini bukan dimasukkan agar pegawai ASN Biro Hukum menjadi Advokat seperti Advokat anggota Peradi, akan tetapi lebih dimaksudkan
68
Hasil wawancara dengan Kepala Bagian Bantuan Hukum Sekretariat Provinsi Sumatera Utara, 9-10 Maret 2014, Pukul 09.00-12.00.
69
Ibid.
untuk memenuhi standar kwalifikasi persyaratan yang ditentukan undang-undang untuk dapat melaksanakan tugas pendampingan dengan baik. Dengan perkataan
lain bahwa pegawai ASN Biro Hukum tetap berstatus sebagai ASN dan tugas pendapingannya juga tetap dalam kerangka pendampingan pegawai ASN yang
berhadapan dengan hukum, sehingga tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Permintah juga kedepannya bisa membuat tim khusus untuk melaksanakan tugas pendampingannya kepada rekan pegawai yang didampinginya. Namun, hal
ini dilakukan saat melakukan penerimaan Pegawai ASN Yang dilakukan oleh negara. Dalam arti saat melakukan penerimaan tersebut, dijelaskan kepada calon
anggota pegawai ASN tersebut bahwa mereka dikhususkan untuk menjadi tim untuk mendampingi Pegawai ASN yang terkait masalah dalam tugas
kedinasannya. Kemudian saat sudah dilantik menjadi Pegawai ASN tetap, mereka dibelikan pelatihan khusus untuk mendampingi seperti halnya Advokat pada
umumnya dan menjadi professional dalam bidangnya.
87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN