39 Pasar Kota Medan yang terletak di kecamatan Medan Kota, tepatnya yang berada
di sekitar Jalan Sutomo dan Jalan Veteran.
4.2. Karakteristik Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah pedagang sayur dan buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan dan pedagang sayur dan buah di Pusat
Pasar Kota Medan. Gambaran karakteristik responden meliputi umur, tingkat pendidikan dan penaglaman berdagang. Adapun karakeristik pedagang sampel
dapat dapat dilihat pada tabel 9 berikut :
Tabel 9. Karakteristik Sampel Pedagang Sayur dan Buah di Pasar Induk sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan dan di Pusat Pasar
Kota Medan.
No. Karakteristik
Satuan Rentang
Rataan
1 Umur
Tahun 19-60
39,98 2
Tingkat Pendidikan Tahun
0-16 12,14
3 Pengalaman Bergadang
Tahun 1,5-35
14,49
Sumber : Lampiran 1
Dari tabel 9 tersebut, dapat dilihat bahwa dari segi umur pedagang dengan rentang antara 19-60, memiliki rataan sebesar 39,98 tahun. Dari segi tingkat pendidikan
pedagang dengan rentang antara 0-16 tahun, memliki rataan sebesar 12,14 tahun. Sedangkan dari segi pengalaman berdagang, dengan rentang antara 1,5-35 tahun,
memiliki rataan sebesar 14,49 tahun.
Universitas Sumatera Utara
40
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Persepsi Pedagang Sayur dan Buah terhadap Keberadaan Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan
Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan berada di Kelurahan Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan. Pasar ini dibangun oleh Pemerintah Kota
Medan dengan luas lahan 12 Ha dalam rangka pemanfaatan tata ruang kota. Pasar ini diperuntukkan bagi pedagang sayur dan buah, namun juga tidak menutup
kemungkinan bagi pedagang produk pelengkap lainnya seperti pedagang ikan, daging, dll untuk berdagang di pasar ini. Pedagang yang diutamakan untuk
mengisi pasar ini adalah pedagang yang berada di Pusat Pasar Kota Medan tepatnya yang berada di bahu Jalan Sutomo dan Jalan Veteran, sehingga pedagang
ini direlokasi ke Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan. Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan yang sudah beroperasi
dalam waktu satu tahun terakhir ini, menimbulkan persepsi yang berbeda-beda dari setiap pedagang. Persepsi pedagang sayur dan buah terhadap keberadaan
Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan dapat diketahui dengan melihat jawaban-jawaban pedagang responden terhadap kuesioner yang berisi
pernyataan-pernyataan yang diberikan. Pernyataan ini dibagi ke dalam 7 pernyataan positif dan 7 pernyataan negatif.
40
Universitas Sumatera Utara
41
Tabel 10. Skala penilaian untuk pernyataan positf dan negatif No.
Kategori Jawaban Skor Positif
Skor Negatif
1 Sangat Setuju SS
5 1
2 Setuju S
4 2
3 Ragu-Ragu R
3 3
4 Tidak Setuju TS
2 4
5 Sangat Tidak Setuju STS
1 5
Sumber : Sugiyono 2010 Dari setiap jawaban pernyataan akan diperoleh distribusi frekuensi responden bagi
setiap kategori kemudian secara kumulatif dilihat deviasinya menurut deviasi normal, sehingga diperoleh skor nilai skala untuk masing-masing kategori
jawaban, kemudian skor terhadap masing-masing pernyataan dijumlahkan. Interpratasi terhadap skor masing-masing responden dilakukan dengan mengubah
skor tersebut ke dalam skor standart, dimana dalam hal ini digunakan model Skala Likert Skor T. Dengan mengubah skor pada skala sikap menjadi skor T
menyebabkan skor ini mengikuti distribusi skor yang mempunyai mean sebesar T=50 dan standart deviasi S=8,257, sehingga apabila skor standart 50 berarti
mempunyai persepsi yang positif, dengan kata lain pedagang menerima dan menyetujui keberadaan Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan.
Jika skor standart ≤ 50 berarti mempunyai persepsi negatif, de ngan kata lain
pedagang menolak dan tidak menyetujui keberadaan Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan. Persepsi pedagang sayur dan buah terhadap
keberadaan Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
42
Tabel 11. Persepsi Pedagang Sayur dan Buah Terhadap Keberadaan Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan
No. Kategori
Jumlah orang Persentase
1 Positif
22 51
2 Negatif
21 49
Total 43
100
Sumber : Lampiran 6 dan 7
Beradasarkan tabel 11 di atas, dapat dilihat bahwa dari 43 pedagang sampel yang diwawancarai terdapat 22 orang 51 pedagang yang menyetakan persepsi
positif dan 21 orang 49 pedagang yang menyatakan persepsi negatif terhadap keberadaan Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan. Hal ini
menyatakan bahwa persepsi pedagang sayur dan buah terhadap keberadaan Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan adalah mendukung, karena
berdampak positif bagi pedagang. Dari tabel 11 di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi pedagang sayur dan buah
terhadap keberadaan Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan adalah positif. Dengan demikian, hipotesis 1 yang menyatakan persepsi pedagang
sayur dan buah di Pasar Induk terhadap keberadaan Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-buahan Kota Medan adalah positif dapat diterima, yang dapat dikatakan
bahwa pedagang sampel cenderung sudah merasakan fungsi keberadaan Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan dalam memasarkan sayur dan
buah.
Universitas Sumatera Utara
43
5.2. Hubungan Aksesibilitas, Lalu Lintas, Kenyamanan, Persaingan, Peraturan Pemerintah, dan Pensiasatan Sistem Kontrol dengan
Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan
Faktor-faktor yang diuji hubungannya terhadap persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan antara lain ; aksesibilitas, lalu lintas, kenyamanan,
persaingan, peraturan pemerintah, dan pensiasatan sistem kontrol. Untuk menguji hipotesis 2, yang mengatakan terdapat hubungan yang nyata
antara aksesibilitas, lalu lintas, kenyamanan, persaingan, peraturan pemerintah, dan pensiasatan sistem kontrol dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat
Pasar Kota Medan dapat diketahui dengan melihat jawaban-jawaban dari 13 pedagang responden terhadap kuesioner yang diberikan.
Aksesibilitas dibagi dalam 3 kategori, yaitu a mudah apabila terdapat banyak jaringan transportasi menuju lokasi pasar, waktu tempuh yang cepat
≤30 menit, dan biaya transportasi murah, b sedang apabila waktu tempuhnya 30-60 menit
dan biaya transportasi yang cukup murah, c sulit apabila terdapat sedikit jaringan transportasi menuju lokasi pasar, jarak tempuh yang jauh, waktu tempuh
yang lama 60 menit, dan biaya transportasi yang mahal.
Tabel 12. Hubungan Aksesibilitas dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan
Persepsi Tingkat Aksesibilitas
Total
Mudah Sedang
Sulit Positif
1 1
1 3
Negatif 6
3 1
10
Total 7
4 2
13
Sumber : Lampiran 6 dan 9
Universitas Sumatera Utara
44 Tabel 12 memperlihatkan bahwa dari 13 responden yang diwawancarai, ada 7
orang 53,8 pedagang menyatakan variabel tingkat aksesibilitas menuju Pusat Pasar Kota Medan adalah mudah karena mayoritas pedagang memiliki kendaraan
pribadi, sehingga waktu tempuh lebih cepat dan biaya transportasi lebih hemat, 4 orang 30,8 pedagang menyatakan sedang karena untuk menuju Pusat Pasar
Kota Medan beberapa pedagang menyewa kendaraan umum dan jarak tempuhnya lebih jauh, dan 2 orang lainnya 15,4 menyatakan sulit karena lokasi pasar jauh
dari tempat tinggal, sehingga waktu tempuh lebih lama dan biaya transportasi relatih lebih mahal.
Lalu lintas dibagi dalam 3 kategori, yaitu a ramai apabila di setiap waktu ada banyak orang yang lalu lalang di sekitar pasar dan berpotensi untuk membeli, b
sedang apabila hanya pada waktu tertentu banyak orang yang lalu lalang di sekitar pasar dan kurang berpotensi untuk membeli, c sepi apabila hanya sedikit orang
yang lalu lalang di sekitar pasar.
Tabel 13. Hubungan Lalu Lintas dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan
Persepsi Tingkat Lalu Lintas
Total
Ramai Sedang
Sepi Positif
2 1
2 Negatif
9 1
10
Total 11
2 13
Sumber : Lampiran 6 dan 9
Tabel 13 memperlihatkan bahwa dari 13 responden yang diwawancarai, ada 11 orang 84,6 pedagang menyatakan variabel tingkat lalu lintas di Pusat Pasar
Kota Medan adalah ramai karena ada banyak orang yang berlalu-lalang di sekitar pasar dan berpotensi untuk membeli, 2 orang 15,4 pedagang menyatakan
Universitas Sumatera Utara
45 sedang karena terdapat cukup banyak orang yang sekedar berlalu lalang di sekitar
pasar, dan tidak ada pedagang yang menyatakan sepi karena selalu ada orang yang berlalu-lalang disekitar pasar.
Kenyamanan dibagi dalam 3 kategori, yaitu a sangat nyaman apabila pedagang merasa tidak ada beban pikiran saat berdagang, fasilitas di pasar dan sekitar pasar
sangat lengkap, aman saat berdagang dan saat menggunakan fasilitas yang tersedia, b nyaman apabila pedagang merasa fasilitas di pasar dan sekitar pasar
cukup lengkap, aman saat berdagang dan saat menggunakan fasilitas yang tersedia, c tidak nyaman apabila pedagang tidak merasa aman saat berdagang
dan saat menggunakan fasilitas yang tersedia.
Tabel 14. Hubungan Kenyamanan dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan
Persepsi Tingkat Kenyamanan
Total
Sangat Nyaman Nyaman
Tidak Nyaman Positif
1 2
3 Negatif
9 1
10
Total 10
3 13
Sumber : Lampiran 6 dan 9
Tabel 14 memperlihatkan bahwa dari 13 responden yang diwawancarai, tidak ada pedagang menyatakan variabel tingkat kenyamanan di Pusat Pasar Kota Medan
merasa sangat nyaman, 10 orang 76,9 pedagang menyatakan nyaman karena merasa fasilitas yang tersedia cukup lengkap dan aman saat menggunakan
fasilitas-fasilitas tersebut, dan 3 orang 23,1 pedagang lainnya merasa tidak nyaman.
Persaingan dibagi dalam 3 kategori, yaitu a tinggi apabila terdapat banyak pedagang produk sejenis dan sedikit pedagang produk tidak sejenis, b sedang
Universitas Sumatera Utara
46 apabila terdapat pedagang produk sejenis dan produk tidak sejenis dengan jumlah
yang sama, c rendah apabila terdapat sedikit pedagang produk sejenis tetapi banyak pedagang produk tidak sejenis.
Tabel 15. Hubungan Persaingan dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan
Persepsi Tingkat Persaingan
Total
Tinggi Sedang
Rendah Positif
1 2
3 Negatif
1 9
10
Total 2
11 13
Sumber : Lampiran 6 dan 9
Tabel 15 memperlihatkan bahwa dari 13 responden yang diwawancarai, ada 2 orang 15,4 pedagang menyatakan variabel tingkat persaingan di Pusat Pasar
Kota Medan adalah tinggi karena menurut pedagang responden terdapat banyak pedagang produk sejenis, namun sedikit pedagang produk tidak sejenis, 11 orang
84,6 pedagang menyatakan sedang karena menurut pedagang responden terdapat banyak pedagang produk sejenis dan cukup banyak pedagang produk
tidak sejenis, dan tidak ada responden yang menyatakan rendah. Peraturan pemerintah dibagi dalam 3 kategori, yaitu a sangat tegas apabila
pedagang merasa kebijakan pemerintah tentang relokasi pasar sudah sangat tepat dan tindakan pemerintah dalam relokasi pedagang sangat tegas, b tegas apabila
pedagang merasa kebijakan pemerintah tentang relokasi pasar sudah tepat dan tindakan pemerintah dalam relokasi pedagang cukup tegas, c tidak tegas apabila
pedagang merasa kebijakan pemerintah tentang relokasi pasar tidak tepat dan tindakan pemerintah dalam relokasi pedagang tidak tegas.
Universitas Sumatera Utara
47
Tabel 16. Hubungan Peraturan Pemerintah dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan
Persepsi Peraturan Pemerintah
Total
Sangat Tegas Tegas
Tidak Tegas Positif
2 1
3 Negatif
1 9
10
Total 3
10 13
Sumber : Lampiran 6 dan 9
Tabel 16 memperlihatkan bahwa dari 13 responden yang diwawancarai, tidak ada responden yang menyatakan variabel peraturan pemerintah dalam merelokasi
pedagang adalah sangat tegas, namun ada 3 orang 23,1 pedagang menyatakan tegas karena pedagang responden berpendapat bahwa kebijakan pemerintah dalam
merelokasi pedagang sudah tepat, namun kurang tegas, dan 10 orang 76,9 pedagang lainnya menyatakan tidak tegas karena mayoritas pedagang responden
berpendapat bahwa kebijakan pemerintah dalam merelokasi pedagang tidak tepat dan tidak tidak tegas.
Pensiasatan sistem kontrol juga dibagi dalam 3 kategori, yaitu a mudah apabila pedagang mengetahui jadwal akan dilakukan penertiban dan dapat dengan mudah
menghindari penertiban pasar, b sedang apabila pedagang mengetahui adanya jadwal penertiban, namun sedikit sulit untuk menghindari penertiban pasar, c
sulit apabila pedagang tidak mengetahui adanya jadwal penertiban, dan tidak mudah untuk menghindari penertiban pasar.
Universitas Sumatera Utara
48
Tabel 17. Hubungan Pensiasatan Sistem Kontrol dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan
Persepsi Pensiasatan Sistem Kontrol
Total
Mudah Sedang
Sulit Positif
1 1
1 3
Negatif 7
2 1
10
Total 8
3 2
13
Sumber : Lampiran 6 dan 9
Tabel 17 memperlihatkan bahwa dari 13 responden yang diwawancarai, ada 8 orang 61,5 pedagang menyatakan variabel pensiasatan sistem kontrol di Pusat
Pasar Kota Medan adalah mudah karena mayoritas pedagang mengetahui jadwal penertiban pasar, 3 orang 23,1 pedagang menyatakan sedang karena
mengetahui jadwal penertiban pasar, namun sulit untuk menghindari petugas penertiban pasar, dan 2 orang 15,4 pedagang lainnya menyatakan sulit karena
tidak mengetahui jadwal penertiban pasar sehingga sulit untuk menghindari petugas saat penertiban pasar dilakukan.
Untuk menguji apakah ada hubungan antara aksesibilitas, lalu lintas, kenyamanan, persaingan, peraturan pemerintah, dan pensiasatan sistem kontrol dengan persepsi
pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan dianalisis dengan uji Chi-
Square. Hasil uji Chi-Square akan menunjukkan faktor-faktor yang memiliki hubungan nyata dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota
Medan terhadap keberadaan Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
49
Tabel 18. Hasil Chi-Square Hubungan Aksesibilitas, Lalu Lintas,
Kenyamanan, Persaingan, Peraturan Pemerintah, dan Pensiasatan Sistem Kontrol dengan Persepsi Pedagang Sayur
dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan
No Faktor
X
2
Hitung X
2
Tabel α=0,05
Nilai Signifikansi
Contingency coefficient
1 Aksesibilitas
1,130 df=2
diperoleh 5,991
0,568 0,283
2 Lalu Lintas
0,965 df=1
diperoleh 3,841
0,326 0,263
3 Kenyamanan
4,174 df=1
diperoleh 3,841
0,041 0,493
4 Persaingan
0,965 df=1
diperoleh 3,841
0,326 0,263
5 Peraturan
Pemerintah 4,174
df=1 diperoleh
3,841 0,041
0,493
6 Pensiasatan Sistem
Kontrol 1,499
df=2 diperoleh
5,991 0,473
0,322
Sumber : Lampiran 11
Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan, faktor aksesibilitas diperoleh nilai X
2 hitung
1,130 lebih rendah dibandingkan dengan nilai X
2 tabel
5,991, pada derajat bebas df = 2, dengan nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,5680,05, dan
contingency coefficient 0,283 atau sebesar 28,3 yang tergolong lemah. Dengan
demikian dapat disimpulkan H diterima dan H
1
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan aksesibilitas bukan merupakan faktor yang
berhubungan dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan. Aksesibilitas identik dengan transportasi, pedagang yang berdomisili jauh
dari pasar, baik pedagang besar atau pedagang eceran umumnya memiliki kendaraan pribadi atau menyewa kendaraan umum. Teori pola produksi pertanian
Universitas Sumatera Utara
50 von Thunen mengatakan biaya transportasi untuk mengangkut hasil dari tempat
produksi ke kota berbanding lurus dengan jarak. Setiap petani di sekeliling kawasan kota akan menjual hasil pertaniannya ke kota tersebut melalui pedagang
besar yang berada di kawasan tempat produksi, dengan biaya transportasi ditanggung oleh pedagang. Jarak yang jauh, tidak menjadi kendala bagi pedagang
karena mayoritas pedagang sampel memiliki kendaraan pribadi sehingga biaya transportasi lebih hemat dan walaupun tidak memiliki kendaraan pribadi, jaringan
transportasi menuju Pusat Pasar Kota Medan, tergolong mudah. Lalu lintas, diperoleh nilai X
2 hitung
0,965 lebih rendah dibandingkan dengan nilai X
2 tabel
3,841, pada derajat bebas df = 1, dengan nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,3260,05, dan contingency coefficient 0,263 atau sebesar 26,3 yang
tergolong lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan H diterima dan H
1
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan lalu lintas bukan merupakan faktor yang
berhubungan dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Tjiptono 2007 yang
mengatakan bahwa lalu lintas merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih lokasi usaha yang identik dengan banyaknya orang pengunjung
yang lalu-lalang yang dapat memberikan peluang tehadap terjadinya buying. Orang yang lalu-lalang disekitar pasar tidak hanya pejalan kaki, namun juga yang
menggunakan alat transportasi. Padatnya penduduk sekitar juga dapat memungkinkan terjadinya buying. Penduduk di sekitar Pusat Pasar Kota Medan
dapat dikategorikan padat, karena lokasi Pusat Pasar Kota Medan berada di pusat kota. Menurut teori lokasi pendekatan pasar Losch, makin jauh dari pasar,
konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi semakin mahal.
Universitas Sumatera Utara
51 Begitupun menurut Sistem K=3 dari Christaller yang beasumsi bahwa konsumen
bertindak secara rasional sesuai dengan prinsip minimisasi jarakbiaya. Jadi, dari sisi kepadatan penduduk, lalu lintas tidak menjadi kendala bagi persepsi pedagang
sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan. Kenyamanan, diperoleh nilai X
2 hitung
4,174 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai X
2 tabel
3,841, pada derajat bebas df = 1, dengan nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,0410,05, dan contingency coefficient 0,493 atau sebesar 49,3 yang
tergolong sedang. Dengan demikian dapat disimpulkan H ditolak dan H
1
diterima. Sehingga dapat disimpulkan kenyamanan merupakan faktor yang berhubungan
dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan. Kenyamanan merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih lokasi
usaha Tjiptono, 2007, nyaman adalah kondisi dimana seseorang merasa dihargai, merasa aman, senang, dan tidak ada beban pikiran. Hal ini dapat
dirasakan oleh sebagian pedagang di Pusat Pasar Kota Medan, sehingga kenyamanan merupakan faktor yang dipertimbangkan oleh bagi pedagang di
Pusat Pasar Kota Medan dalam memilih lokasi berdagang. Persaingan, diperoleh nilai X
2 hitung
0,965 lebih rendah dibandingkan dengan nilai X
2 tabel
3,841, pada derajat bebas df = 1, dengan nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,3260,05, dan contingency coefficient 0,263 atau sebesar 26,3 yang
tergolong lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan H diterima dan H
1
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan persaingan bukan merupakan faktor yang
berhubungan dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota
Universitas Sumatera Utara
52 Medan. Menurut Tjiptono 2007, persaingan merupakan faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih lokasi usaha. Persaingan akan terjadi pada beberapa kelompok pesaing yang tidak hanya pada produk sejenis, dapat pada
produk substitusi maupun persaingan pada hulu dan hilir. Menurut pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan, tingkat persaingan di Pusat Pasar Kota
Medan adalah sedang, hal ini disebabkan oleh berkurangnya pedagang produk sejenis di pasar tersebut. Sehingga, tingkat persaingan yang sedang tersebut, tidak
menjadi kendala bagi pedagang. Peraturan pemerintah, diperoleh nilai X
2 hitung
4,174 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai X
2 tabel
3,841, pada derajat bebas df = 1, dengan nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,0410,05, dan contingency coefficient 0,493 atau sebesar
49,3 yang tergolong sedang. Dengan demikian dapat disimpulkan H ditolak
dan H
1
diterima. Sehingga dapat disimpulkan peraturan pemerintah merupakan faktor yang
berhubungan dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan. Peraturan pemerintah merupakan faktor yan perlu dipertimbangkan dalam
memilih lokasi usaha Tjiptono, 2007. Peraturan pemerintah mengenai tata ruang dibuat dengan memperhatikan kesehatan, keselamatan, dan pengendalian
lingkungan. Untuk menjalankan peraturan pemerintah tersebut, perlu adanya tindakan yang tegas, agar peraturan tersebut dapat dipatuhi. Ketidaktegasan
pemerintah dalam merelokasi pedagang berimbas pada masih adanya pedagang yang bertahan tidak mau pindah ke Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan
Kota Medan. Sehingga, peraturan pemerintah menjadi kendala bagi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan, hal ini disebabkan oleh pedagang
Universitas Sumatera Utara
53 merasa perelokasian pedagang dari Pusat Pasar Kota Medan ke Pasar Induk Sayur
Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan tidak tepat dan tidak tegas, karena para pedagang sudah merasa nyaman berdagang di Pusat Pasar Kota Medan.
Pensiasatan sistem kontrol, diperoleh nilai X
2 hitung
1,499 lebih rendah dibandingkan dengan nilai X
2 tabel
5,991, pada derajat bebas df = 2, dengan nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,4730,05, dan contingency coefficient 0,283 atau
sebesar 32,2 yang tergolong lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan H diterima dan H
1
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan pensiasatan sistem kontrol bukan merupakan faktor
yang berhubungan dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan. Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan dan untuk mencapai tujuan dari
pemerintah yang telah direncanakan maka perlu ada pengawasan, seperti yang tercantum pada Pasal 30 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
No.20 Tahun 2012 tentang Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar. Namun, sistem kontrol dapat disiasati, dengan kata lain dapat dihindari dengan berbagai cara.
Sehingga sistem kontrol atau pengawasan pemerintah tidak menjadi kendala bagi pedagang di Pusat Pasar Kota Medan.
5.3. Hubungan Aksesibilitas, Lalu Lintas, Kenyamanan, Persaingan, dan Peraturan Pemerintah dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di
Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan
Faktor-faktor yang diuji hubungannya terhadap persepsi pedagang sayur dan buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan antara lain ;
aksesibilitas, lalu lintas, kenyamanan, persaingan, dan peraturan pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
54 Untuk menguji hipotesis 3, yang mengatakan terdapat hubungan yang nyata
antara aksesibilitas, lalu lintas, kenyamanan, persaingan, dan peraturan pemerintah dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pasar Induk Sayur
Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan dapat diketahui dengan melihat jawaban- jawaban dari 30 pedagang responden terhadap kuesioner yang diberikan.
Aksesibilitas dibagi dalam 3 kategori, yaitu a mudah apabila terdapat banyak jaringan transportasi menuju lokasi pasar, waktu tempuh yang cepat
≤30 menit, dan biaya transportasi murah, b sedang apabila waktu tempuhnya 30-60 menit
dan biaya transportasi yang cukup murah, c sulit apabila terdapat sedikit jaringan transportasi menuju lokasi pasar, jarak tempuh yang jauh, waktu tempuh
yang lama 60 menit, dan biaya transportasi yang mahal.
Tabel 19. Hubungan Aksesibilitas dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-buahan Kota Medan
Persepsi Tingkat Aksesibilitas
Total
Mudah Sedang
Sulit Positif
7 6
6 19
Negatif 3
3 5
11
Total 10
9 11
30
Sumber : Lampiran 7 dan 10
Tabel 19 memperlihatkan bahwa dari 30 responden yang diwawancarai, ada 10 orang 33,3 pedagang menyatakan variabel tingkat aksesibilitas menuju Pasar
Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan adalah mudah karena mayoritas pedagang memiliki kendaraan pribadi dan jarak tempuh pedagang
menuju lokasi pasar relatif lebih dekat sehingga waktu tempuh lebih cepat dan biaya transportasi lebih hemat, 9 orang 30 pedagang menyatakan sedang
karena jarak tempuh pedagang meuju pasar sedikit lebih jauh sehingga biaya
Universitas Sumatera Utara
55 transportasi relatif tidak murah, dan 11 orang 36,6 pedagang lainnya
menyatakan sulit karena jarak tempuh yang relatif jauh dari lokasi pasar dan minimnya transportasi umum menuju lokasi pasar sehingga dibutuhkan biaya
yang lebih mahal untuk mencapai lokasi pasar. Lalu lintas dibagi dalam 3 kategori, yaitu a ramai apabila di setiap waktu ada
banyak orang yang lalu lalang di sekitar pasar dan berpotensi untuk membeli, b sedang apabila hanya pada waktu tertentu banyak orang yang lalu lalang di sekitar
pasar dan kurang berpotensi untuk membeli, c sepi apabila hanya sedikit orang yang lalu lalang di sekitar pasar.
Tabel 20. Hubungan Lalu Lintas dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-buahan Kota Medan
Persepsi Tingkat Lalu Lintas
Total
Ramai Sedang
Sepi Positif
12 5
2 19
Negatif 3
5 3
11
Total 15
10 5
30
Sumber : Lampiran 7 dan 10
Tabel 20 memperlihatkan bahwa dari 30 responden yang diwawancarai, ada 15 orang 50 pedagang menyatakan variabel tingkat lalu lintas di Pasar Induk
Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan adalah ramai karena terdapat banyak orang yang berlalu-lalang disekitar pasar dan berpotensi untuk membeli, 10 orang
33,3 pedagang menyatakan sedang karena menurut sebagian pedagang terdapat cukup banyak orang yang berlalu-lalang di sekitar pasar tetapi jumlah
konsumen yang berpotensi membeli kurang memadai, dan 5 orang 16,7 pedagang lainnya menyatakan sepi karena minoritas pedagang berpendapat bahwa
Universitas Sumatera Utara
56 hanya sedikit orang yang berlalu-lalang di sekitar pasar sehingga jumlah
konsumen yang berpotensi untuk membeli tidak memadai. Kenyamanan dibagi dalam 3 kategori, yaitu a sangat nyaman apabila pedagang
merasa tidak ada beban pikiran saat berdagang, fasilitas di pasar dan sekitar pasar sangat lengkap, aman saat berdagang dan saat menggunakan fasilitas yang
tersedia, b nyaman apabila pedagang merasa fasilitas di pasar dan sekitar pasar cukup lengkap, aman saat berdagang dan saat menggunakan fasilitas yang
tersedia, c tidak nyaman apabila pedagang tidak merasa aman saat berdagang dan saat menggunakan fasilitas yang tersedia.
Tabel 21. Hubungan Kenyamanan dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-buahan Kota Medan
Persepsi Tingkat Kenyamanan
Total
Sangat Nyaman Nyaman
Tidak Nyaman Positif
12 7
19 Negatif
2 9
11
Total 14
16 30
Sumber : Lampiran 7 dan 10
Tabel 21 memperlihatkan bahwa dari 30 responden yang diwawancarai, ada 17 orang 46,7 pedagang menyatakan variabel tingkat kenyamanan berdagang di
Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan merasa sangat nyaman karena mayoritas pedagang merasa sangat aman saat berdagang di lokasi pasar
dengan area parkir yang luas, kondisi kios yang layak dan fasilitas yang lengkap di pasar, 16 orang 53,3 pedagang merasakan nyaman karena para pedagng
merasa aman saat berdagang dan tersedianya fasilitas yang lengkap, dan tidak ada pedagang yang menyatakan tidak nyaman.
Universitas Sumatera Utara
57 Persaingan dibagi dalam 3 kategori, yaitu a tinggi apabila terdapat banyak
pedagang produk sejenis dan sedikit pedagang produk tidak sejenis, b sedang apabila terdapat pedagang produk sejenis dan produk tidak sejenis dengan jumlah
yang sama, c rendah apabila terdapat sedikit pedagang produk sejenis tetapi banyak pedagang produk tidak sejenis.
Tabel 22. Hubungan Persaingan dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-buahan Kota Medan
Persepsi Tingkat Persaingan
Total
Tinggi Sedang
Rendah Positif
17 1
1 19
Negatif 8
1 2
11
Total 25
2 3
30
Sumber : Lampiran 7 dan 10
Tabel 22 memperlihatkan bahwa dari 30 responden yang diwawancarai, ada 25 orang 83,3 menyatakan variabel tingkat persaingan di Pasar Induk Sayur
Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan adalah tinggi karena terdapat banyak pedagang produk sejenis, 2 orang 6,67 pedagang menyatakan sedang karena
terdapat cukup banyak pedagang produk sejenis dan pedagang produk tidak sejenis, dan 3 orang 10 pedagang lainnya menyatakan rendah karena terdapat
cukup banyak pedagang produk sejenis dan banyak pedagang produk tidak sejenis.
Peraturan pemerintah dibagi dalam 3 kategori, yaitu a sangat tegas apabila pedagang merasa kebijakan pemerintah tentang relokasi pasar sudah sangat tepat
dan tindakan pemerintah dalam relokasi pedagang sangat tegas, b tegas apabila pedagang merasa kebijakan pemerintah tentang relokasi pasar sudah tepat dan
tindakan pemerintah dalam relokasi pedagang cukup tegas, c tidak tegas apabila
Universitas Sumatera Utara
58 pedagang merasa kebijakan pemerintah tentang relokasi pasar tidak tepat dan
tindakan pemerintah dalam relokasi pedagang tidak tegas.
Tabel 23. Hubungan Peraturan Pemerintah dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-buahan Kota
Medan
Persepsi Peraturan Pemerintah
Total
Sangat Tegas Tegas
Tidak Tegas Positif
3 2
14 19
Negatif 1
2 8
11
Total 4
4 22
30
Sumber : Lampiran 7 dan 10
Tabel 23 memperlihatkan bahwa dari 30 responden yang diwawancarai, ada 4 orang 13,3 pedagang menyatakan variabel peraturan pemerintah dalam
merelokasi pedagang adalah sangat tegas karena pedagang berpendapat bahwa kebijakan pemerintah dalam merelokasi pedagang sudah sangat tepat dan tegas, 4
orang 13,3 pedagang menyatakan tegas karena pedagang berpendapat bahwa kebijakan pemerintah dalam merelokasi pedagang sudah tepat dan cukup tegas ,
dan 22 orang 73,3 pedagang lainnya menyatakan tidak tegas karena mayoritas pedagang berpendapat bahwa kebijakan pemerintah dalam merelokasi pedagang
sudah tepat namun tidak tegas. Untuk menguji apakah ada hubungan antara aksesibilitas, lalu lintas, kenyamanan,
persaingan, dan peraturan pemerintah dengan persepsi pedagang sayur dan buah
di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan dianalisis dengan uji
Chi-Square. Hasil uji Chi-Square akan menunjukkan faktor-faktor yang memiliki hubungan nyata dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pasar Induk Sayur
Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan terhadap keberadaan Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
59
Tabel 24. Hasil Chi-Square Hubungan Aksesibilitas, Lalu Lintas,
Kenyamanan, Persaingan, dan Peraturan Pemerintah dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pasar Induk Sayur
Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan
No Faktor
X
2
Hitung X
2
Tabel α=0,05
Nilai Signifikansi
Contingency coefficient
1 Aksesibilitas
0,600 df=2
diperoleh 5,991
0,741 0,140
2 Lalu Lintas
3,732 df=2
diperoleh 5,991
0,155 0,333
3 Kenyamanan
5,662 df=1
diperoleh 3,841
0,017 0,398
4 Persaingan
1,550 df=2
diperoleh 5,991
0,461 0,222
5 Peraturan
Pemerintah 0,542
df=2 diperoleh
5,991 0,763
0,133
Sumber : Lampiran 12
Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan, faktor aksesibilitas diperoleh nilai X
2 hitung
0,600 lebih rendah dibandingkan dengan nilai X
2 tabel
5,991, pada derajat bebas df = 2, dengan nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,7410,05, dan
contingency coefficient 0,140 atau sebesar 14,0 yang tergolong tidak ada
keeratan hubungan. Dengan demikian dapat disimpulkan H diterima dan H
1
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan aksesibilitas bukan merupakan faktor yang
berhubungan dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan. Aksesibilitas identik dengan transportasi,
pedagang yang berdomisili jauh dari pasar, baik pedagang besar atau pedagang eceran umumnya memiliki kendaraan pribadi atau menyewa kendaraan umum.
Teori pola produksi pertanian von Thunen mengatakan biaya transportasi untuk
Universitas Sumatera Utara
60 mengangkut hasil dari tempat produksi ke kota berbanding lurus dengan jarak.
Setiap petani di sekeliling kawasan kota akan menjual hasil pertaniannya ke kota tersebut melalui pedagang besar yang berada di kawasan tempat produksi, dengan
biaya transportasi ditanggung oleh pedagang. Jarak yang jauh, tidak menjadi kendala bagi pedagang karena mayoritas pedagang sampel memiliki kendaraan
pribadi sehingga biaya transportasi lebih hemat, selain itu jaringan transportasi menuju lokasi pasar juga mudah didapat.
Lalu lintas, diperoleh nilai X
2 hitung
3,732 lebih rendah dibandingkan dengan nilai X
2 tabel
5,991, pada derajat bebas df = 2, dengan nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,1550,05, dan contingency coefficient 0,333 atau sebesar 33,3 yang
tergolong lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan H diterima dan H
1
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan lalu lintas bukan merupakan faktor yang
berhubungan dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Tjiptono 2007 yang menyatakan bahwa lalu lintas merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih lokasi usaha
yang identik dengan banyaknya pengunjung yang lalu-lalang yang dapat memberikan peluang tehadap terjadinya buying. Orang yang lalu-lalang disekitar
pasar tidak hanya pejalan kaki, namun juga yang menggunakan alat transportasi. Padatnya penduduk sekitar juga dapat memungkinkan terjadinya buying.
Penduduk di sekitar Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan dapat dikategorikan rendah, karena lokasi Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-
Buahan Kota Medan berada di pinggir kota. Menurut teori lokasi pendekatan pasar Losch, makin jauh dari pasar, konsumen makin enggan membeli karena
Universitas Sumatera Utara
61 biaya transportasi semakin mahal. Namun, dengan jaringan transportasi yang
mudah didapat dan lokasi pasar yang mudah dijangkau, dapat memungkinkan banyaknya pengunjung yang lalu-lalang di sekitar pasar, sehingga lalu lintas tidak
menjadi kendala bagi pedagang. Kenyamanan, diperoleh nilai X
2 hitung
5,662 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai X
2 tabel
3,841, pada derajat bebas df = 1, dengan nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,0170,05, dan contingency coefficient 0,398 atau sebesar 39,8 yang
tergolong sedang. Dengan demikian dapat disimpulkan H ditolak dan H
1
diterima. Sehingga dapat disimpulkan kenyamanan merupakan faktor yang berhubungan
dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah- Buahan Kota Medan. Hal ini sesuai dengan pendapat Tjiptono 2007 yang
menyatakan kenyamanan merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih lokasi usaha, nyaman adalah kondisi dimana seseorang merasa dihargai,
merasa aman, senang, dan tidak ada beban pikiran. Kenyamanan dapat dirasakan oleh pedagang sayur dan buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan
Kota Medan. Sehingga kenyamanan menjadi faktor yang dipertimbangkan oleh pedagang di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan dalam
memilih lokasi berdagang. Persaingan, diperoleh nilai X
2 hitung
1,550 lebih rendah dibandingkan dengan nilai X
2 tabel
5,991, pada derajat bebas df = 2, dengan nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,4610,05, dan contingency coefficient 0,222 atau sebesar 22,2 yang
tergolong lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan H diterima dan H
1
ditolak.
Universitas Sumatera Utara
62 Sehingga dapat disimpulkan persaingan bukan merupakan faktor yang
berhubungan dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan. Menurut Tjiptono 2007, persaingan merupakan faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih lokasi usaha. Persaingan akan terjadi pada beberapa kelompok pesaing yang tidak hanya pada produk sejenis, dapat pada
produk substitusi maupun persaingan pada hulu dan hilir. Persaingan dalam konteks pemasaran dapat dilihat dari keunggulan masing-masing pedagang dalam
memberikan pelayanan untuk meraih pelanggannya. Sehingga, tingkat persaingan yang tinggi di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan, tidak
menjadi kendala bagi pedagang. Peraturan pemerintah, diperoleh nilai X
2 hitung
0,542 lebih rendah dibandingkan dengan nilai X
2 tabel
5,991, pada derajat bebas df = 2, dengan nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,7630,05, dan contingency coefficient 0,133 atau sebesar
13,3 yang tergolong tidak ada keeratan hubungan. Dengan demikian dapat disimpulkan H
diterima dan H
1
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan peraturan pemerintah bukan merupakan faktor yang
berhubungan dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan. Peraturan pemerintah merupakan faktor
yan perlu dipertimbangkan dalam memilih lokasi usaha Tjiptono, 2007. Peraturan pemerintah mengenai tata ruang dibuat dengan memperhatikan
kesehatan, keselamatan, dan pengendalian lingkungan. Untuk menjalankan peraturan pemerintah tersebut, perlu adanya tindakan yang tegas, agar peraturan
tersebut dapat dipatuhi. Ketidaktegasan pemerintah dalam merelokasi pedagang berimbas pada masih adanya pedagang yang bertahan tidak mau pindah ke Pasar
Universitas Sumatera Utara
63 Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan. Namun, peraturan pemerintah
tidak menjadi kendala bagi pedagang sayur dan buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan, hal ini disebabkan oleh pedagang merasa
perelokasian pedagang dari Pusat Pasar Kota Medan ke Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan sudah tepat, hanya saja tidak tegas.
5.4. Hubungan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah dengan Keputusan Pemilihan Lokasi Pasar