11
pemerintahan lokal yang bersifat otonomi local outonomous government sebagai pencerminan dilaksanakannya asas desentralisasi di bidang pemerintahan
Nasution, 2009: 1-2. Jika sebelumnya program pembangunan lebih banyak ditentukan oleh
pemerintah pusat melalui Bappenas, maka dengan otonomi luas dan nyata pemerintah daerah diberi kewenangan penuh untuk menentukan program
pembangunan sesuai dengan kebutuhan daerah. Jika sebelumnya APBD disahkan oleh presiden melalui menteri dalam negri maka dengan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal APBD cukup disahkan oleh DPRD.
2.1.2 ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH
Sama halnya dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah juga terdapat anggaran pendapatan dan belanja daerah APBD. Berdasarkan pasal 64 ayat 2
Undang Undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, APBD dapat didefenisikan sebagai rencana operasional keuangan
pemerintah daerah, dimana di satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah
dalam 1 tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-
pengeluaran dimaksud Memesah dalam Halim 2012: 21. Defenisi tersebut merupakan pengertian APBD dalam era orde baru. Sebelumnya, yaitu pada era
orde lama, terdapat pula defenisi APBD oleh Wajong dalam Halim 2012: 21 menurutnya APBD adalah rencana pekerjaan keuangan Financial workplan
yang dibuat untuk suatu jangka waktu tertentu, dalam waktu mana badan legislatif
Universitas Sumatera Utara
12
DPRD memberikan kredit kepada badan eksekutif Kepala Daerah untuk melakukan pembiayaan guna kebutuhan rumah tangga daera sesuai dengan
rancangan yang menjadi dasar grondslag penetapan anggaran, dan yang menunjukkan semua penghasilan untuk menutup pengeluaran tadi.
APBD adalah suatu anggaran daerah kedua defenisi APBD diatas menunjukkan bahwa suatu anggaran daerah, termasuk APBD, memiliki unsur-
unsur sebagai berikut. 1. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci.
2. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya beban sehubungan dengan aktivitas-aktivitas tersebut, dan adanya biaya
beban yang merupakan batas maksimal pengeluaran-pengeluaran yang akan dilaksanakan.
3. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka.Periode anggaran, yaitu biasanya 1 tahun.
Dalam bentuk APBD yang baru, pendapatan dibagi menjadi 3 kategori yaitu: Pendapatan asli daerah PAD, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan
daerah yang sah. Selanjutnya belanja, menurut Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002, digolongkan menjadi 4 yakni: Belanja Aparatur daerah, belanja pelayanan
publik, belanja bagi hasil, dan bantuan keuangan, dan belanja tidak tersangka. Seperti yang terdapat pada ABPN, istilah dan prosedur pada APBD dapat
berubah atau bervariasi. Dengan adanya revisi peraturan perundangan hal-hal tersebut diatas sangat mungkin diubahdirevisi. Perubahan yang sangat dominan
dari APBD berdasar Kepamendagri Nomor 29 Tahun 2002 adalah
Universitas Sumatera Utara
13
pengelompokan belanja. Setelah berlakunya permendagri Nomor 13 Tahun 2006 belanja hanya di golongan menjadi 2 yakni belanja langsung dan tidak langsung.
2.1.3. Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah