66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Secara serempak Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh signifikan terhadap Tingkat
Kemandirian Keuangan Daerah pada Kab Kota di Sumatera Utara. 2. Secara Parsial Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Kab Kota di Sumatera Utara, sedangkan Dana Alokasi Umum memiliki pengaruh negatif dan
signifikan terhadap Tingkat Kemandirian Keunagn Daerah, Dana Bagi Hasil berpengaruh Positif dan tidak signifikan terhadap Tingkat Kemandirian
Keuangan Daerah, sedangkan Dana Alokasi Khusus berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah.
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
67
1. Pemerintah Sumatera Utara harus lebih menggali lagi potensi-potensi yang
ada di Sumatera Utara agar Pendapatan Asli Daerah dapat membiayai daerahnya sendiri dan tidak bergantung kepada Dana Perimbangan yang
diterima dari Pemerintah Pusat Provinsi. 2.
Jumlah periode pengamatan dan sampel penelitian dapat diperbanyak agar lebih mampu dilakukan generalisasi atas data penelitian tersebut
3. Bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti Provinsi lain agar dapat
memperbandingkan dengan Kabupaten Kota yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Otonomi Daerah
Otonomi daerah ialah dimana pemberian wewenang yang sekaligus menjadi kewajiban bagi daerah untuk mengatur dan mengurus urusan rumah
tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Nasution, 2009: 2.
Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal sebagaimana tertuang dalam UU nomor 22 dan 25 tahun 1999 telah mulai dilaksanakan pada tanggal 1 januari
2001. Pelaksanaan otonomi daerah ini menandainya sebuah babak baru dalam pembangunan ekonomi regional. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang
bersifat multidimensial yang melibatkan kepada perubahan besar baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan
kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks
pertumbuhan ekonomi menurut Todoro di dalam Sirojuzilam 2015: 1.
Otonomi ini dicetuskan agar menjaga ketertiban pemerintah yang baik dan efesien dimana penyebaran kekuasaan haruslah dijalankan secara efektif untuk
mencapai cita-cita dan tujuan akhir negara yang disebutkan dalam pembukaan UUD 1945, maka wilayah kesatuan Republik Indonesia haruslah dibagi atas
beberapa daerah baik besar maupun kecil. Dalam Pasal 18 UUD 1945 menyebutkan:
Universitas Sumatera Utara
10
1. Negara kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi dan daerah provinsi itu di bagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap
provinsi, Kabupaten dan Kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur Undang-undang.
2. Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dengan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan. 3. Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota memiliki Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.
4. Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara
demokrasi. 5. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, keculai urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.
6. Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan- peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan
7. Susunan dan tata cara penyelengaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.
Amanat konstitusi ini pada pelaksanaannya di atur oleh peraturan perundang-undangan tentang pemerintahan daerah dan terakhir diatur dalam UU
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur
Universitas Sumatera Utara
11
pemerintahan lokal yang bersifat otonomi local outonomous government sebagai pencerminan dilaksanakannya asas desentralisasi di bidang pemerintahan
Nasution, 2009: 1-2. Jika sebelumnya program pembangunan lebih banyak ditentukan oleh
pemerintah pusat melalui Bappenas, maka dengan otonomi luas dan nyata pemerintah daerah diberi kewenangan penuh untuk menentukan program
pembangunan sesuai dengan kebutuhan daerah. Jika sebelumnya APBD disahkan oleh presiden melalui menteri dalam negri maka dengan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal APBD cukup disahkan oleh DPRD.
2.1.2 ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH
Sama halnya dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah juga terdapat anggaran pendapatan dan belanja daerah APBD. Berdasarkan pasal 64 ayat 2
Undang Undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, APBD dapat didefenisikan sebagai rencana operasional keuangan
pemerintah daerah, dimana di satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah
dalam 1 tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-
pengeluaran dimaksud Memesah dalam Halim 2012: 21. Defenisi tersebut merupakan pengertian APBD dalam era orde baru. Sebelumnya, yaitu pada era
orde lama, terdapat pula defenisi APBD oleh Wajong dalam Halim 2012: 21 menurutnya APBD adalah rencana pekerjaan keuangan Financial workplan
yang dibuat untuk suatu jangka waktu tertentu, dalam waktu mana badan legislatif
Universitas Sumatera Utara
12
DPRD memberikan kredit kepada badan eksekutif Kepala Daerah untuk melakukan pembiayaan guna kebutuhan rumah tangga daera sesuai dengan
rancangan yang menjadi dasar grondslag penetapan anggaran, dan yang menunjukkan semua penghasilan untuk menutup pengeluaran tadi.
APBD adalah suatu anggaran daerah kedua defenisi APBD diatas menunjukkan bahwa suatu anggaran daerah, termasuk APBD, memiliki unsur-
unsur sebagai berikut. 1. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci.
2. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya beban sehubungan dengan aktivitas-aktivitas tersebut, dan adanya biaya
beban yang merupakan batas maksimal pengeluaran-pengeluaran yang akan dilaksanakan.
3. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka.Periode anggaran, yaitu biasanya 1 tahun.
Dalam bentuk APBD yang baru, pendapatan dibagi menjadi 3 kategori yaitu: Pendapatan asli daerah PAD, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan
daerah yang sah. Selanjutnya belanja, menurut Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002, digolongkan menjadi 4 yakni: Belanja Aparatur daerah, belanja pelayanan
publik, belanja bagi hasil, dan bantuan keuangan, dan belanja tidak tersangka. Seperti yang terdapat pada ABPN, istilah dan prosedur pada APBD dapat
berubah atau bervariasi. Dengan adanya revisi peraturan perundangan hal-hal tersebut diatas sangat mungkin diubahdirevisi. Perubahan yang sangat dominan
dari APBD berdasar Kepamendagri Nomor 29 Tahun 2002 adalah
Universitas Sumatera Utara
13
pengelompokan belanja. Setelah berlakunya permendagri Nomor 13 Tahun 2006 belanja hanya di golongan menjadi 2 yakni belanja langsung dan tidak langsung.
2.1.3. Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah
Kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan, dan
pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Kemandirian keuangan daerah inilah
salah satu tujuan dari otonomi daerah. Dengan adanya otonomi di harapkan masing-masing daerah mandiri dalam memenuhi kebutuhannya masing-masing.
Dengan kemandirian keuangan daerah menggambarkan bagaimana posisi daerah yang mandiri tanpa bergantung terhadap bantuan pemerintah pusat. Maka prinsip
kemandirian dalam akuntansi sektor publik yang dijadikan sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan daerah otonomi menjalankan otonomi daerah dapat
dikatakan tercapai. Untuk merealisasikan Untuk pelaksanaan Otonomi Daerah melalui
kemandirian keuangan daerah maka sumber pembiayaan pemerintah daerah tergantung pada peranan Pendapatan Asli Daerah PAD. Pendapatan Asli Daerah
terdiri dari: hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, bagian laba pengelolaan aset daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan yang sah Mahmudi 2009: 16.
Kemandirian fiskal daerah menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah seperti pajak dan retribusi daerah dan lain-
lain, serta pembangunan daerah bisa diwujudkan hanya apabila disertai kemandirian fiskal yang efektif. Ini berarti bahwa pemerintah daerah secara
Universitas Sumatera Utara
14
finansial harus sebanyak mungkin menggali sumber pendapatan asli daerah seperti pajak, retribusi dan sebagainya Radianto dalam Renny, 2013.
2.1.4 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1angka 18
bahwa “Pendapatan asli daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-
undangan”.
Pendapatan asli daerah PAD sebagai salah satu sumber keuangan daerah yang paling strategis bila dibandingkan dengan sumber keuangan lainnya,
meskipun bila dilihat dari hasil perolehannya masih menunjukkan hasil yang lebih rendah bila dibandingkan dari pendapatan daerah yang berasal dari pembagian
dana hasil perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, kata strategis disini adalah karena dari seumber keuangan daerah yang berasal dari pendapatan asli
daerah inilah yang dapat membuat daerah mempunyai keleluasaan yang lebih besar dan didasarkan kreativitas masing-masing daerah untuk semaksimal
mungkin memperoleh sumber pendapatannya sendiri berdasarkan wewenang yang ada padanya dan selain itu secara bebas pula dapat menggunakan hasil-hasil
sumber keuangan daerah sektor ini guna membiayai jalannya pemerintahan dan
pembangunan daerah yang telah menjadi tugas pokoknya.
Pendapatan Asli daerah dapat dikatakan sebagai tulang punggung otonomi daerah dan sektor inilah yang menjadi salah satu ukuran penting dalam menilai
apakah daerah-daerah akan mampu menyelenggarakan fungsi pemerintahan dalam
Universitas Sumatera Utara
15
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Pendapatan Asli Daerah juga harapannya dapat mengurangi ataupun mencegah ketergantungan yang tinggi
terhadap penerimaan pusat Nasution, 2009: 123-124. Semakin kecil penerimaan pusat yang diterima maka semakin tinggi tingkat kemandirian keuangan daerah
tersebut. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah yaitu :
a. Pajak Daerah b. Retribusi Daerah
c. Bagian Laba Pengelolaan Aset Daerah yang Dipisahkan d. Lain-lain PAD yang sah
2.1.4.1 Pajak Daerah
Pajak daerah memberikan kontribusi terbesar terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah Mahmudi, 2010: 21. Pajak diatur dalam pasal 23 UUD
1945 yang menyatakan bahwa “Pajak dan pungutan lainnya bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-
undang”. Dari kesimpulan diatas tersimpul suatu pengertian yang tersirat bahwa pajak merupakan suatu
kewajiban yang harus dipikul serta dipenuhi oleh setiap rakyat yang telah memenuhi kewajiban sebagaimana akan diatur dalam bentuk undang-undang
untuk membiayai penyelenggaraan kehidupan bernegara, baik dalam bentuk pelaksanaan jalannya administrasi pemerintahan yang dijalankan oleh setiap
aparatur pemerintahan maupun untuk pelaksanaan jalannya pemabngunan guna meningkatkan kesejahteraan rakyat Nasution, 2009: 124.
Universitas Sumatera Utara
16
Sedangkan bagi daerah Kabupatenkota sumber pendapatan daerahnya dari sektor pajak daerah meliputi:
1. Pajak hotel 2. Pajak restoran
3. Pajak hiburan 4. Pajak reklame
5. Pajak penerangan jalan 6. Pajak pengambilan bahan galian golongan C, dan
7. Pajak parkir Kabupaten Kota masih memiliki kemungkinan untuk dapat mengutip
sumber perpajakan daerah ini diluar dari ketentuan pajak daerah sebagimana disebutkan diatas, asal saja pengutipan pajak daerah itu tetap akan diatur dalam
bentuk peraturan daerah dari masing-masing daerah yang bersangkutan sesuai dengan Undang-undang yang berlaku Nasution, 2009: 129.
Tabel 2.1 Jenis Pajak Daerah menurut Undang-undang
No.34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan PP No.65 Tahun 2001 tentang pajak daerah
NO Pajak Kabupaten Kota
Tarif Maksimum
1 Pajak hotel
10 2
Pajak restoran 10
3 Pajak hiburan
35 4
Pajak reklame 25
5 Pajak penerangan jalan
10 6
Pajak pengambilan bahan galian golongan C 20
7 Pajak parkir
20
Universitas Sumatera Utara
17
Sistem pengenaan pajak : 1. Pajak progresif, yaitu sistem pengenaan pajak dimana semakin tingginya dasar
pajak tax base, seperti tingkat penghasilan pajak, harga barang mewah dan sebagainya, akan dikenakan pungutan pajak yang semakin tinggi persentasenya.
2. Pajak proporsional, yaitu sistem pengenaan pajak di mana tarif pajak yang dikenakan akan tetap sama besarnya walaupun nilai objeknya berbeda-beda.
3. Pajak regresif, yaitu sistem pengenaan pajak di mana walau nilai atau objek pajak meningkat dan juga jumlah pajak yang dibayar itu semakin kecil.
2.1.4.2 Retribusi Daerah
Retribusi Daerah pada umumnya merupakan sumber pendapatan penyumbang PAD kedua setelah pajak daerah. Bahkan untuk beberapa daerah
penerimaan retribusi daerah lebih tinggi daripada pajak daerah . retribusi daerah merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah daerah kepada wajib pajak
daerah tanpa ada kontraprestasi langsung yang bisa diterima oleh wajib pajak atas
pembayaran pajak tersebut Mahmudi, 2010: 25.
Sedangkan menurut UU Nomor 32 tahun 2000 pengertian retribusi adalah pemungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang lain atau badan. Untuk membuat suatu pungutan dikategorikan
sebagai retribusi daerah selanjutnya haruslah ditetapkan terlebih dahulu dalam bentuk peraturan daerah Perda dari masing-masing daerah yang akan memungut
pungutan tersebut dan biasanya yang diajukan oleh pihak pemerintah daerah
Universitas Sumatera Utara
18
Provinsi atau Kabupaten Kota yang kemudian harus mendapat persetujuan dari masing-masing DPRD-nya Nasution, 2009: 131.
Berbeda dengan ketentuan yang mengatur tentang pemungutan lapangan pajak daerah yang secara tegas mengatur tentang jenis-jenis pajak daerah mana
yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan yang mana menjadi kewenangan bagi pemerintah kabupaten kota maka dalam hal pengutipan
retribusi daerah kecuali retribusi jasa perizinan tertentu yang dapat dikutip oleh pihak pemerintah daerah yang menyelenggarakan urusan-urusan pemerintah
berdasarkan kewenangan
pemerintahan yang
diterimanya berdasarkan
pelaksanaan asas desentralisasi Nasution, 2009: 135. Karena retribusi ini lebih banyak ditentukan pada pelayanan tertentu maka
prinsip dari manajemen retribusi daerah yang paling utama adalah perbaikan pelayanan tersebut.
Adapun yang menjadi lapangan atau obyek retribusi daerah ini sesuai dengan ketentuan Pasal 18 UU Nomor 34 Tahun 2000 adalah sebagai berikut:
Retribusi jasa umum, yang dapat dikutip oleh setiap pemerintah daerah berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a. Bersifat bukan pajak b. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi, c. Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi, atau badan yang
diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum,
Universitas Sumatera Utara
19
d. Jasa tersebut layak dikenakan retribusi, e. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai
penyelenggaraannya, f. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efesien, serta merupakan
salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial g. Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan
tingkat dan atau kualitas pelayanan yang lebih baik. 1. Retribusi jasa usaha yang dapat dikutip setiap pemerintahan daerah
berdasarkan kriteria jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial, yang seyogianya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum
memadai atau terdapatnya harta yang dimilikidikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh pemerintah daerah.
2. Retribusi perizinan tertentu, yang dapat dikutip oleh setiap pemerintah berdasrkan kriteria sebagai berikut:
a. Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah dalam rangka asas desentralisasi
b. Perizinan tersebut
benar-benar diperlukan
guna melindungi
kepentingan umum, dan c. Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut
dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan.
Universitas Sumatera Utara
20
Tabel 2.2 Objek atau Jenis Retribusi Daerah menurut Undang-undang
No.34 Tahun 2000 No
Objek atau Jenis Retribusi Daerah Prinsip
atau Kriteria
Penentuan Tarif
1 Retribusi Jasa Umum
Besarnya biaya penyediaan jasa yang bersangkutan
Kemampuan masyarakat Aspek keadilan
2 Retribusi Jasa Usaha
Tujuan untuk
memperoleh keuntungan yang layak
3 Retribusi Perizinan Tertentu
Tujuan untuk
menutup semuaseluruh
biaya penyelenggaraan pemberian izin
yang bersangkutan
2.1.4.3 Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan
Kontribusi bagian laba perusahaan daerah belum memiliki andil yang cukup signifikan terhadap PAD. Bahkan beberapa perusahaan daerah justru
membebani APBD karena harus terus disubsidi sementara laba yang dihasilkan masih relatif kecil sehingga belum bisa memberikan dividen yang berarti bagi
daerah. Memang tidak semua perusahaan daerah seperti itu ada juga perusahaan daerah yang maju terutama yang bergerak di bidang sektor perbankan. Masih
banyak juga perusahaan daerah yang bergerak di sektor rill, properti, industri olahan, jasa dan sebagainya yang kondisinya memprihatinkan.
Untuk meningkatkan kontribusi perusahaan daerah terhadap PAD perlu dilakukan upaya peningkatan profesionalisme, efesiensi, profitabilitas, dan bahkan
privatisasi perusahaan daerah. Perusahaan daerah merupakan salah satu yang diharpakn mampu memberikan kontribusi yang signifikan sehingga kemandirian
Universitas Sumatera Utara
21
pemerintah daerah meningkat dan pada akhirnya mampu memberikan pelayanan publik yang berkualitas Mahmudi, 2010: 26.
2.1.4.4 PAD yang sah
Pendapatan daerah yang berasal dari Lain-lain PAD yang Sah antara lain: 1. Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan
2. Jasa giro 3. Pendapatan bunga
4. Tuntutan Ganti Rugi 5. Komisi
6. Potongan 7. Keuntungan selisih kurs
8. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan 9. Pendapatan denda pajak dan retribusi
10. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan 11. Pendapatan atas fasilitas sosial dan fasilitas umum
12. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Pendapatan yang berasal dari penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan,
jasa giro, dan pendapatan bunga pada umumnya memberikan kontribusi yang cukup signifikan Mahmudi, 2010: 26-27.
2.1.5 Dana Bagi Hasil
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 1, dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada
daerah berdasarkan angka peresentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
Universitas Sumatera Utara
22
rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana bagi hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Dana bagi hasil merupakan komponen dana perimbangan yang
memiliki peranan penting dalam menyelenggarakan otonomi daerah karena penerimaannya didasarkan atas potensi daerah penghasil sumber pendapatan
daerah yang cukup potensial dan merupakan salah satu modal dasar pemerintah daerah dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah
yang bukan berasal dari pendapatan asli daerah selain dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Oleh karena itu, jika pemerintah daerah menginginkan
transfer bagi hasil yang tinggi maka pemerintah daerah harus dapat mengoptimalkan potensi pajak dan sumber daya alam yang dimiliki oleh masing-
masing daerah, sehingga kontribusi yang diberikan dana bagi hasil terhadap pendapatan daerah dapat meningkat
2.1.6 Dana Alokasi Umum
Menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 1, Dana Alokasi Umum DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar- Daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa sebagian daerah di Indonesia masih memiliki tingkat ketergantungan keuangan yang tinggi terhadap
pemerintah pusat. Dimana dana perimbangan dari pemerintah pusat masih mendominasi penerimaan daerah. Dana perimbangan ini diklasifikasikan menjadi
tiga bagian utama, yaitu`; 1 Dana Bagi Hasil, 2 Dana Alokasi Umum, dan 3 Dana Alokasi Khusus. Dana Bagi Hasil merupakan jenis dana perimbangan yang
Universitas Sumatera Utara
23
dapat dikendalikan daerah yang tidak dapat dikendalikan oleh pemerintah daerah dalam arti dapat mempengaruhi jumlah penerimaannya, sedangkan untuk Dana
alokasi Umum dihitung dengan formula tertentu yang relatif kecil dapat dipengaruhi besarannya oleh pemerintah daerah sedangkan untuk Dana Alokasi
Khusus pemerintah Daerah hingga tingkat tertentu masih mungkin dapat mempengaruhi jumlah penerimaannya meskipun kebijakan sepenuhnya
tergantung pusat Mahmudi, 2010: 27. DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antar daerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan
potensi daerah Yani dalam Marizka, 2013. Alokasi DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya besar, tetapi kebutuhan fiskal kecil akan memperoleh alokasi
DAU relatif kecil. Sebaliknya, daerah yang potensi fiskalnya kecil namun kebutuhan fiskal besar akan memperoleh alokasi DAU relatif besar.
2.1.7 Dana Alokai Khusus DAK
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 1, Dana Alokasi Khusus DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas
nasional. Menurut Yani dalam Marizka 2013 dana alokasi khusus dimaksudkan untuk mendanai kegiatan khusus yang menjadi urusan daerah dan merupakan
prioritas nasional, sesuai dengan fungsi yang merupakan perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu, khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
24
sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat. DAK disalurkan dengan cara pemindah bukuan dari rekening kas umum negara ke rekening kas umum daerah
dimana daerah penerina DAK harus memenuhi criteria umum, kriteria khusus dan kriteria teknis.
2.2 Peneliti terdahulu
1. Nur’ainy et, al,. 2013
Nur’ainy melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Asli Daerah PAD terhadap Tingkat Kemandirian
Keuangan Daerah Studi Kasus Pada Kota di Jawa Barat ”. . Hasil penelitian ini
membuktikan secara parsial pertumbuhan ekonomi PDRB dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap kemandirian keuangan daerah. Secara simultan dua
faktor yang terdiri dari pertumbuhan ekonomi PDRB dan pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap kemandirian keuangan daerah.
2. Marizka 2013 Marizka melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus
Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat
”. Hasil menunjukkan bahwa 1 Pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah,
2 dana bagi hasil tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat tingkat kemandirian keuangan daerah, 3 dana alokasi umum tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah, 4 dana alokasi khusus berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat kemandirian daerah.
Universitas Sumatera Utara
25
3. Sirait 2013 Sirait melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Bagi Hasil Terhadap Kemandirian Daerah Melalui PDRB Per
Kapita Studi Kasus KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara ”, dimana
variabel dependen ialah kemandirian daerah, variabel independen ialah Pendapatan asli daerah dan dana bagi hasil sedangkan variabel interveningnya
ialah PDRB Perkapita. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah dan Dana Bagi Hasil berpengaruh signifikan terhadap Kemandirian
Daerah baik secara parsial maupun simultan dan variabel PDRB Perkapita dapat berperan sebagai variabel intervening antara pengaruh Pendapatan Asli Daerah
dan Dana Bagi Hasil. Pengaruh variabel PDRB Perkapita tersebut adalah intervening sebagian karena nilai koefisien tidak langsung lebih kecil dari nilai
koefisien langsung. 4. Kurniawan 2009
Kurniawan melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendapatan
Asli Daerah , Dana Perimbangan, dan Belanja Rutin terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah”. Hasil dari pengujian hipotesis Ha pada
penelitian ini menunjukkan bahwa Ha diterima yaitu Pendapatan Asli Daerah dan Dana perimbangan masing-masing berpengaruh pada Tingkat Kemandirian
Keuangan Daerah. Sedangkan Ha ditolak yaitu Belanja Rutin tidak berpengaruh pada Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah. Hal ini dapat
dibuktikan dari nilai signifikansi dari masing-masing variabelyang dibandingkan dengan tingkat signifikansi level of significant.
Universitas Sumatera Utara
26
5. Muliana 2009
Muliana meneliti tentang “pengaruh rasio efektivitas pendapatan
asli daerah, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah di Provinsi Sumatera Utara
”, menunjukkan bahwa PAD, DAU, dan Dana Alokasi Khusus DAK mempunyai pengaruh
simultan dan signifikasn terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah.
Tabel 2.3 Daftar Penelitian terdahulu
Nama Tahun
Judul Penelitian Variabel
Penelitian Teknik
Analisis Data Hasil Penelitian
Nur’ainy et, al, 2013
Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi dan
Pendapatan Asli
Daerah terhadap
Tingkat Kemandirian
Keuangan Daerah
Studi Kasus Pada Kota di Jawa Barat
Dependen: Tingkat Kemandirian
Keuangan Daerah Independen:
1.Pertumbuhan Daerah
2. Pendapatan Asli Daerah
Regresi linier berganda
Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Asli
Daerah berpengaruh terhadap
kemandirian keuangan daerah
Marizka 2013
Pengaruh Pendapatan
Asli Daerah, Dana Bagi
Hasil, Dana Alokasi Umum dan
Dana Alokasi
Khusus Terhadap
Tingkat Kemandirian
Keuangan Daerah
pada Kabupaten
dan Kota
di Sumatera Barat
Dependen : Kemandirian Daerah
Variabel Independen: 1.
Pendapatan Asli Daerah
1. Dana Bagi Hasil 2. Dana Alokasi
Umum, 3. Dana
Alokasi Khusus
Regresi Linier Berganda
1. Pendapatan Asli Daerah berpengaruh
signifikan positif terhadap tingkat
kemandirian keuangan
daerah 2.
Dana bagi hasil tidak
berpengaruh signifikan
terhadap tingkat
kemandirian keuangan daerah
3. Dana alokasi umum tidak
berpengaruh signifikan
terhadap kemandirian keuangan
daerah Sirait
2013 Pengaruh
Pendapatan Asli
Daerah dan Dana Bagi
Hasil Terhadap
Kemandirian Daerah
Melalui PDRB Per Kapita
Studi Kasus
KabKota di Prov Sumatera Utara
Dependen :
Kemandirian Daerah Independen:
1. Pendapatan Asli Daerah
2. Dana bagi Hasil Variabel intervening
: PDRB Per-Kapita Regresi
Linear Berganda
Pendapatan Asli Daerah dan Dana Bagi Hasil
berpengaruh signifikan terhadap Kemandirian
Daerah
Universitas Sumatera Utara
27
Lanjutan Tabel 2.1
Nama Tahun
Judul Penelitian Variabel
Penelitian Teknik
Analisis Data
Hasil Penelitian
Kurniawan 2009
Pengaruh Pendapatan
Asli Daerah , Dana Perimbangan,
dan Belanja Rutin terhadap
tingkat kemandirian
keuangan daerah Variabel dependen :
tingkat kemandirian daerah
Variabel independen :
Pendapatan asli
daerah, dana
perimbangan dan
belanja rutin daerah Regresi
linier berganda
1. Pendapatan Asli Daerah dan Dana perimbangan
masing-masing berpengaruh pada
Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah.
2. Sedangkan Belanja Rutin tidak berpengaruh pada
Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah.
Muliana 2009
pengaruh rasio
efektivitas pendapatan
asli daerah, dana alokasi umum dan dana alokasi
khusus terhadap tingkat kemandirian
keuangan daerah
di Provinsi
Sumatera Utara, Variabel
dependen: Tingkat kemandirian
keuangan Daerah Variabel Independen:
Pendapatan
Asli Daerah,
Dana Alokasi Umum, dan
Dana Alokasi Khusus Regresi
linier berganda
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan
Dana Alokasi
Khusus mempunyai
pengaruh simultan dan signifikasn
terhadap tingkat
kemandirian keuangan
daerah.
2.3 Kerangka Konseptual