35
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan ialah dengan Teknik Dokumentasi yakni peniliti melakukan pengumpulan data sekunder yang di peroleh dari Departemen
Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan diakses melalui
www.djpk.depkeu.go.id
3.8 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan ialah metode analisis statistik dengan menggunakan software SPSS. Untuk menguji hipotesis ha metode yang
digunakan adalah regresi berganda, karena menyangkut dua buah variabel independen dan satu buah variabel dependen. Maka persamaan regresi untuk
menguji hipotesis dengan formulasi sebagai berikut : Y = a + b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+B5X5+e
Keterangan : Y = Kemandirian daerah
a = konstanta X1 = Pendapatan Asli Daerah
menjadi urusan
daerah dan
merupakan prioritas nasional Tingkat
Kemandirian Keuangan
Daerah Kemandirian
keuangan daerah
adalah kemampuan
pemerintah daerah dalam membiayai sendiri
kegiatan pemerintah, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat
yang telah membayar pajak dan retribusi
sebagai sumber
pendapatan yang diperlukan daerah Rasio
Universitas Sumatera Utara
36
X2 = Dana Alokasi Umum X3 = Dana Bagi Hasil
X4 = Dana Alokasi Khusus b1 = Koefesien Regresi Pendapatan Asli Daerah
b2 = Koefesien Regresi Dana Alokasi Umum b3 = Koefesien Regresi Dana Bagi Hasil
b4 = Koefesien Regresi Dana Alokasi Khusus e = Error Pengganggu
hipotesis dalam penelitian ini menggunakan t-test, F-test
3.9 Uji Asumsi Klasik
Penelitian ini menggunakan liniear berganda. Pengujian liniear berganda dapat dilakukan apabila data yang diteliti dapat terdistribusi secara normal, tidak
terdapat multikolinearitas, heteroskedasitas, dan autokorelasi.
3.9.1 Uji Normalitas
Pengujian ini berguna untuk tahap awal dalam metode penelitian data. Jika data normal maka akan digunakan statistik parametrik dan jika data tidak normal
maka akan menggunakan statistik non parametrik atau melakukan treatment agar data normal Erlina, 2008: 102. Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui
apakah dalam model regresi variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dengan uji ini dapat diketahui apakah distribusi nilai sampel yang
teramati terdistribusi normal.
Universitas Sumatera Utara
37
3.9.2 Uji Multikolinearitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Multikolinearitas adalah situasi
adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya Erlina, 2008: 105. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala
multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIFVariance Inflation Factor
melalui program SPSS.
3.9.3. Uji Heterokedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang
lain.Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mendeteksi masalah heterokedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakn
pendekatan grafik Situmorang dan Lufti, 2014: 123.
3.9.4 Uji Autokorelasi
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1 atau sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Ada beberapa cara yang
dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi diantaranya adalah dengan Uji Run Test Situmorang dan Lufti, 2014: 136.
Universitas Sumatera Utara
38
3.10 Uji Hipotesis
3.10.1 Uji Signifikan Parsial uji-t
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Bentuk
pengujiannnya adalah : Ho : bi=0 , artinya Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi
Umum dan Dana Alokasi Khusus secara Parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kemandirian Keuangan Daerah
Ha : bi ≠0 , artinya Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi
Umum dan Dana Alokasi Khusus secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kemandirian Keuangan Daerah Pengujian dilakukan
menggunakan uji – t dengan tingkat pengujian pada α 5 derajat kebebasan
degree of freedom atau
df = n-k.
Kriteria pengambilan keputusan : Ho diterima jika
Ha diterima jika
3.10.2 Uji Signifikansi Simultan Uji-F
Uji-F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersamasimultan.
H :b
1
=b
2
=b
3
=b
4
=0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana bagi hasil, dana
alokasi umum dan dana alokasi khusus terhadap kemandirian keuangan daerah.
Universitas Sumatera Utara
39
H
a
: minimal satu bi 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara
simultan dari pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana bagi hasil, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus terhadap kemandirian keuangan daerah
Dengan menggunakan tingkat signifikansiα 5, jika nilai sig. F 0,05 maka H diterima,artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaaan dari
variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya,jika nilai sig F 0,05 maka H
a
diterima,artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara
Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1° - 4° Lintang Utara dan 98°- 100° Bujur Timur atau terbesar ketujuh dari luas
wilayah Republik Indonesia. Batas wilayah Sumatera Utara sebagai berikut : Utara: berbatasan dengan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam.
Selatan: berbatasan dengan Sumatera Barat dan Riau. Barat: berbatasan dengan Samudera Hindia.
Timur : berbatasan dengan Selat Malaka. Berdasarkan letak dan kondisi alamnya, Sumatera Utara dibagi atas 3 kelompok
wilayah yaitu : 1 Pantai Barat Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sibolga, dan Nias.
2 Dataran Tinggi Tapanuli Utara, Simalungun, Pematang Siantar, Karo, dan Dairi.
3 Pantai Timur Medan, Binjai, Langkat, Tebing Tinggi, Asahan, Tanjung Balai, dan Labuhan Batu.
Daerahnya terdiri atas pantai dan dataran rendah di sebelah timur dan barat provinsi ini, dan dataran tinggi yang terdapat di dataran tinggi Karo, Toba dan
Humbang. Gunung-gunungnya antara lain Sibayak, Sinabung, Martimbang, Sorik Marapi dan lain-lain. Kemudian sungai-sungainya adalah sungai Wampu, Batang
Universitas Sumatera Utara
41
Serangan, Deli, Asahan dan lain-laainnya. Kekayaan alam yang dimiliki Sumatera Utara adalah minyak bumi, batu bara, belerang, emas dan sebagainya yang
merupakan hasil tambang. Dan kini provinsi ini lebih dikenal lagi dengan bendungan raksasa Asahan dengan air terjun Sigura-gura yang merupakan proyek
besar pembangkit tenaga listrik. Flora ada bermacam-macam, dari tanaman yang ada di hutan dengan hasil hutan kayu, damar dan rotan, juga tanaman yang
diusahakan oleh penduduk seperti padi, sayur-sayuran dan tanaman perkebunan lainnya
Penduduk Sumatera Utara menurut golongan etnis terdiri dari penduduk asli Sumatera Utara, penduduk asli pendatang dan penduduk asing. Yang
termasuk penduduk asli ialah: suku Melayu, Batak Karo, Simalungun, Fak- fakDairi, Batak Toba, Mandailing, Pesisir dan Nias. Golongan pribumi pendatang
adalah suku: Jawa, Sunda, Bali, Ambon, Minahasa, Banjar, Palembang, Riau, Minangkabau dan lain-lain, sedangkan penduduk asing adalah orang-orang Arab,
India, Cina dan bangsa-bangsa lain. Penduduk Sumatera Utara sekitar 80 tinggal di desa-desa sebagai petani dan lainnya tinggal di kota sebagai pedagang,
pegawai, tukang dan sebagainya. Susunan masyarakat di daerah Sumatera Utara adalah berdasarkan
genealogis-teritorial atau suatu keturunan daerah dan wilayah, misalnya suku Batak Toba, Mandailing dan Nias. Sedangkan di wilayah Sumatera Timur atau
Melayu adalah berdasarkan teritorial. Bila ditinjau dari kekerabatan dari segi garis keturunannya, maka suku Batak dan Nias adalah patrinileal yaitu garis keturunan
yang dipandang dari garis keturunan Batak, dan suku Melayu adalah parental,
Universitas Sumatera Utara
42
yaitu garis keturunan yang dipandang dari kedua belah pihak, bapak dan ibu. Kelompok kekerabatan Nias disebut Sangabato yakni keluarga batih dan keluarga
luas yang disebut sangabato sehua. Gabungan dari sangabato sehua dari satu leluhur disebut mado yang dapat disamakan dengan marga pada suku Batak, yakni
klen besar patrilokal. Provinsi Sumatera Utara terletak pada 10-40 Lintang Utara dan 980 1000
Bujur Timur, yang pada tahun 2004 memiliki 18 Kabupaten dan 7 kota, dan terdiri dari 328 kecamatan, secara keseluruhan Provinsi Sumatera Utara
mempunyai 5.086 desa dan 382 kelurahan. Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 71.680 km2, Sumatera Utara tersohor karena luas perkebunannya, hingga kini,
perkebunan tetap menjadi primadona perekonomian provinsi. Perkebunan tersebut dikelola oleh perusahaan swasta maupun negara. Sumatera Utara menghasilkan
karet, coklat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar di Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan,
Labuhan Batu, dan Tapanuli Selatan. Komoditas tersebut telah diekspor ke berbagai negara dan memberikan sumbangan devisa yang sangat besar bagi
Indonesia. Selain komoditas perkebunan, Sumatera Utara juga dikenal sebagai penghasil komoditas holtikultura sayur-mayur dan buah-buahan; misalnya Jeruk
Medan, Jambu Deli, Sayur Kol, Tomat, Kentang, dan Wortel yang dihasilkan oleh Kabupaten Karo, Simalungun dan Tapanuli Utara. Produk holtikultura tersebut
telah diekspor ke Malaysia dan Singapura. Sumatera Utara merupakan provinsi yang keempat terbesar jumlah
penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Universitas Sumatera Utara
43
Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk SP 1990 penduduk Sumatera Utara pada tanggal 31 Oktober 1990 hari sensus berjumlah 10,81 juta
jiwa, dan pada tahun 2002, jumlah penduduk Sumatera Utara diperkirakan sebesar 11,85 juta jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa
per km2 dan tahun 2002 meningkat menjadi 165 jiwa per km2, sedangkan laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun 1990-2000
adalah 1,20 persen per tahun. Sensus penduduk 2010 Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara
sebanyak 12.982.204 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 6.382.672 jiwa 49,16 persen dan di daerah perdesaan
sebanyak 6.599.532 jiwa 50,84 persen. Persentase distribusi penduduk menurut kabupatenkota bervariasi dari yang terendah sebesar 0,31 persen di Kabupaten
Pakpak Bharat hingga yang tertinggi sebesar 16,16 persen di Kota Medan. Sumatera Utara dibagi menjadi Pemerintahan Kabupaten dan Kota yaitu
sebanyak 33 Kabupaten Kota. Diantaranya 25 Kabupaten dan 8 Kota, adapun daerah yang merupakan Pemerintahan Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara
yakni dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Pemerintahan Kabupaten di Sumatera Utara
No Nama Kabupaten
No Nama Kabupaten
1 Kabupaten Asahan
14 Kabupaten Pakpak Bharat
2 Kabupaten Dairi
15 Kabupaten Nias Selatan
3 Kabupaten Deli Serdang
16 Kabupaten Humbang Hasundutan
4 Kabupaten Tanah Karo
17 Kabupaten Serdang Bedagai
5 Kabupaten Labuhan Batu
18 Kabupaten Samosir
6 Kabupaten Langkat
19 Kabupaten Batu Bara
Universitas Sumatera Utara
44
Lanjutan Tabel 4.1
No Nama Kabupaten
No Nama Kabupaten
7 Kabupaten Mandailing Natal
20 Kabupaten Padang Lawas
8 Kabupaten Nias
21 Kabupaten Padang Lawas Utara
9 Kabupaten Simalungun
22 Kabupaten Labuhanbatu Selatan
10 Kabupaten Tapanuli Selatan
23 Kabupaten Labuhanbatu Utara
11 Kabupaten Tapanuli Tengah
24 Kabupaten Nias Utara
12 Kabupaten Tapanuli Utara
25 Kabupaten Nias Barat
13 Kabupaten Toba Samosir
Sedangkan Untuk daerah yang merupakan Pemerintahan Kota disumatera Utara adalah sebanyak 7 tujuh Pemerintahan Kota. Adapun yang termasuk
kedalam Pemerintahan Kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Pemerinatahn Kota Provinsi Sumatera Utara
No Nama Kota
1 Kota Medan
2 Kota Binjai
3 Kota Tanjung Balai
4 Kota Tebing Tinggi
5 Kota Pematang Siantar
6 Kota Sibolga
7 Kota Padangsidempuan
8 Kota Gunung Sitoli
Data Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Tabel 4.3
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Tahun 2011-2014
dalam persen
No Nama Kab Kota
TKKD 2011
2012 2013
2014 1
ASAHAN 3,45
4,06 5,38
5,45 2
DELI SERDANG 22,11
22,90 24,15
25,11
Universitas Sumatera Utara
45
Lanjutan Tabel 4.3
No Nama Kab Kota
TKKD 2011
2012 2013
2014 4
LABUHAN BATU 8,46
8,00 9,60
10,10 5
LANGKAT 3,70
4,73 4,53
7,34 6
MANDAILING NATAL 4,16
7,08 6,41
6,27 7
SIMALUNGUN 6,16
8,86 4,65
6,05 8
TAPSEL 6,80
8,58 8,36
9,57 9
TAPTENG 3,16
4,28 3,06
3,20 10
TAPUT 2,21
2,17 4,67
4,75 11
MEDAN 46,1
63,21 68,39
53,96 12
SIANTAR 8,12
10,18 10,15
8,13 13
SERDANG BEDAGAI 4,98
5,01 5,38
5,59 14
BATU BARA 3,11
2,84 4,43
3,96
Sumber Data: Data yang diolah Peneliti, 2016 Tabel diatas menunjukkan rasio setiap Kabupaten dan kota selama tahun
2011 sampai dengan 2014. Pada tahun 2011, rasio kemandirian keuangan daerah tertinggi dimiliki oleh Kota Medan sebesar 46,1, sedangkan rasio terendah
dimiliki oleh Kabupaten Tapanuli Utara sebesar 2,21. Pada tahun 2012, rasio kemandirian keuangan daerah tertinggi tertinggi dimiliki oleh Kota Medan
sebesar 63,21, sedangkan rasio terendah dimiliki oleh Kabupaten Tapanuli Utara sebesar 2,17. Pada tahun 2013, rasio kemandirian keuangan daerah
tertinggi dimiliki oleh Kota Medan sebesar 68,39, sedangkan rasio terendah dimiliki oleh Kabupaten Tapanuli Tengah sebesar 3,06. Pada tahun 2014, rasio
kemandirian keuangan daerah tertinggi dimiliki oleh Kota Medan sebesar 53,96, sedangkan rasio terendah dimiliki oleh Kabupaten Tapanuli Utara sebesar 3,20.
Universitas Sumatera Utara
46
Data Pendapatan Asli Daerah PAD Tabel 4.4
Rasio PAD Tahun 2011-2014
dalam persen
No Nama Kab Kota
Rasio Pendapatan Asli Daerah 2011
2012 2013
2014 1
ASAHAN 3,37
3,9 5,11
5,17 2
DELI SERDANG 18,1
18,63 19,45
20,07 3
TANAH KARO 4,9
6,12 5,63
6,71 4
LABUHAN BATU 7,8
7,4 8,76
9,17 5
LANGKAT 3,57
4,52 4,33
6,84 6
MANDAILING NATAL
3,1 6,61
6,02 5,9
7 SIMALUNGUN
5,8 8,14
4,44 5,7
8 TAPSEL
6,36 7,9
7,72 8,73
9 TAPTENG
3,07 4,1
2,97 3,09
10 TAPUT
2,17 2,12
4,47 4,54
11 MEDAN
31,57 38,73
40,61 35,05
12 SIANTAR
7,51 9,24
9,21 7,52
13 SERDANG
BEDAGAI 4,75
4,77 5,11
5,3 14
BATU BARA 3,02
2,77 4,24
3,81 Sumber Data: Data yang diolah Peneliti, 2016
Tabel diatas menunjukkan rasio setiap Kabupaten dan kota selama tahun 2011 sampai dengan 2014. Pada tahun 2011, rasio Pendapatan Asli Daerah
tertinggi dimiliki oleh Kota Medan sebesar 31,57, sedangkan rasio terendah dimiliki oleh Kabupaten Batu Bara sebesar 3,02. Pada tahun 2012, rasio
pertumbuhan ekonomi tertinggi dimiliki oleh Kota Medan sebesar 38,70, sedangkan rasio terendah dimiliki oleh Kabupaten Batu Bara sebesar 2,77. Pada
tahun 2013, rasio Pendapatan Asli Daerah tertinggi dimiliki oleh Kota Medan 40,61, sedangkan rasio terendah dimiliki oleh Kabupaten Batu Bara sebesar
4,23. Pada tahun 2014, rasio Pendapatan Asli Daerah tertinggi dimiliki oleh
Universitas Sumatera Utara
47
Kabupaten Deli Serdang sebesar 35,05, sedangkan rasio terendah dimiliki oleh Kabupaten Tapanuli Tengah sebesar 3,09.
Data Dana Alokasi Umum Tabel 4.5
Rasio DAU Tahun 2011-2014
dalam persen
No Nama Kab Kota
Rasio Dana Alokasi Umum 2011
2012 2013
2014 1
ASAHAN 66,3
76,92 69,36
69,5 2
DELI SERDANG 53,62
53,94 52,74
48,3 3
TANAH KARO 69,41
71,45 73,24
68,45 4
LABUHAN BATU 59,13
68,34 68,51
60,34 5
LANGKAT 66,21
64,62 61,72
61,91 6
MANDAILING NATAL
72,83 79,54
80,13 81,68
7 SIMALUNGUN
69,2 62,3
68,13 55,88
8 TAPSEL
62,76 63,79
62,25 64,79
9 TAPTENG
63,13 66,65
54,73 51,64
10 TAPUT
65,49 72,3
68,29 73,19
11 MEDAN
36,81 31,55
29,33 32,22
12 SIANTAR
60,7 66,14
63,32 67,62
13 SERDANG
BEDAGAI 60,97
64,5 59,74
60,63 14
BATU BARA 71,43
71,13 62,09
76,55
Sumber Data: Data yang diolah Peneliti, 2016 Tabel diatas menunjukkan rasio setiap Kabupaten dan kota selama tahun
2011 sampai dengan 2014. Pada tahun 2011, rasio DAU tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Mandailing Natal sebesar 72,83, sedangkan rasio terendah dimiliki
oleh Kota Medan sebesar 36,81. Pada tahun 2012, rasio DAU tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Mandailing Natal sebesar 79,54, sedangkan rasio terendah
dimiliki oleh Kota Medan sebesar 31,55. Pada tahun 2013, rasio DAU tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Mandailing Natal sebesar 80,13, sedangkan rasio
Universitas Sumatera Utara
48
terendah dimiliki oleh Kota Medan sebesar 29,33. Pada tahun 2014, rasio DAK tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Mandailing Natal sebesar 81,68, sedangkan
rasio terendah dimiliki oleh Kota Medan sebesar 32,22.
Data Dana Bagi Hasil Tabel 4.6
Rasio DBH Tahun 2011-2014
dalam persen
No Nama Kab Kota
Rasio DBH 2011
2012 2013
2014 1
ASAHAN 5,39
5,79 5,64
5,78 2
DELI SERDANG 5,26
4,33 3,32
2,26 3
TANAH KARO 3,53
4,55 4,07
1,77 4
LABUHAN BATU 8,35
7,75 7,22
5,64 5
LANGKAT 12,95
11,64 10,21
7,96 6
MANDAILING NATAL
5,33 5,04
5,03 4,5
7 SIMALUNGUN
7,44 4,76
4,35 4,67
8 TAPSEL
4,25 4,75
4,79 5,34
9 TAPTENG
4,15 3,71
2,78 1,86
10 TAPUT
4,38 3,85
3,19 2,97
11 MEDAN
10,12 3,37
4,63 4,96
12 SIANTAR
5,32 3,12
1,97 2
13 SERDANG
BEDAGAI 6,79
6,26 4,59
3,8 14
BATU BARA 5,32
6,02 3,22
3,55
Sumber Data: Data yang diolah Peneliti, 2016 Tabel diatas menunjukkan rasio setiap Kabupaten dan kota selama tahun
2011 sampai dengan 2014. Pada tahun 2011, rasio DBH tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Langkat sebesar 12,95, sedangkan rasio terendah dimiliki oleh
Kabupaten Tanah Karo sebesar 3,53. Pada tahun 2012, rasio DBH tertinggi dimiliki oleh Langkat Natal sebesar 11,64, sedangkan rasio terendah dimiliki
oleh Kota Pematang Siantar sebesar 3,12. Pada tahun 2013, rasio DBH tertinggi
Universitas Sumatera Utara
49
dimiliki oleh Kabupaten Langkat sebesar 10,21, sedangkan rasio terendah dimiliki oleh Kota Siantar sebesar 1,97. Pada tahun 2014, rasio DBH tertinggi
dimiliki oleh Kabupaten Langkat sebesar 7,96, sedangkan rasio terendah dimiliki oleh Kabupaten Tanah Karo sebesar 1,77.
Data Dana Alokasi Khusus Tabel 4.7
Rasio DAK Tahun 2011-2014
dalam persen
No Nama Kab Kota
Rasio Dana Alokasi Khusus 2011
2012 2013
2014 1
ASAHAN 6,41
7,97 7,55
5,94 2
DELI SERDANG 4,05
3,21 3,42
3,71 3
TANAH KARO 6,67
5,02 5,63
5,61 4
LABUHAN BATU 7,26
11,18 6,55
4,32 5
LANGKAT 4,98
4,27 5,1
4 6
MANDAILING NATAL 7,75
6,11 6,63
7,07 7
SIMALUNGUN 7,35
6,54 5,63
4,05 8
TAPSEL 7,42
7,49 6,54
7,18 9
TAPTENG 9,6
7,67 9,28
7,22 10
TAPUT 9,1
7,45 6,89
5,92 11
MEDAN 3,1
1,81 1,72
1,71 12
SIANTAR 7,71
4,38 5,33
4,25 13
SERDANG BEDAGAI 8,75
7,54 6,48
6,04 14
BATU BARA 7,2
6,94 5,05
6,7
Sumber Data: Data yang diolah Peneliti, 2016 Tabel diatas menunjukkan rasio setiap Kabupaten dan kota selama tahun
2011 sampai dengan 2014. Pada tahun 2011, rasio DAK tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Tapanuli Tengah sebesar 9,6, sedangkan rasio terendah dimiliki oleh
Kota Medan sebesar 3,10. Pada tahun 2012, rasio DAK tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Labuhan Batu sebesar 11,18, sedangkan rasio terendah dimiliki oleh
Universitas Sumatera Utara
50
Kota Medan sebesar 1,81. Pada tahun 2013, rasio DAK tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Langkat sebesar 9,28, sedangkan rasio terendah dimiliki oleh Kota
Medan sebesar 1,72. Pada tahun 2014, rasio DAK tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Tapanuli Tengah sebesar 7,22, sedangkan rasio terendah dimiliki
oleh Kota Karo sebesar 1,71.
4.2. Hasil Penelitian 4.2.1 Statistik Deskriptif