Klasifikasi Pneumonia Nosokomial Pneumonia Nosokomial

Beberapa pathogenesis terjadinya pneumonia nosokomial ,yaitu dengan melalui empat rute Torres.dkk, 2006. 1. Aspirasi, dimana floranya berasal dari orofaring, nasal, sinus dan lambung. 2. Inhalasi, misalnya daripada perlengkapan alatan medik seperti alat bantu nafas pada pasien ventilator, alat penghisap dan nebulizer ataupun bronkoskopi yang terkontiminasi. 3. Hematogen, yaitu penyebaran melalui darah dari organ tubuh yang lebih jauh dari paru. 4. Translokasi langsung dari sisi tubuh

2.1.3.1. Aspirasi

Aspirasi sekresi orofaring, nasal, sinus, dan lambung berperan besar dalam terjadinya pneumonia nosokomial.Sekitar 45 orang yang sehat akan mengalami aspirasi dalam keadaan normal pada saat tidur, akan tetapi pada pasien dengan gangguan pembersihan mukosilier dan penurunan kekebalan tubuh terjadinya pneumonia nosokomial Kieninger dan Lipsett, 2009. Faktor resiko yang terpenting terjadinya pneumonia nosokomial adalah aspirasi, pada pasien dalam keadaan terintubasi atau sedang mendapatkan ventilasi mekanik, oleh kerana mekanisme pertahanan tubuh alami antara orofaring dan salran pernafasan bahagian bawah yang tidak dapat berfungsi dengan baik dan diperberat oleh faktor prediposisi lain seperti penurunan motiliyas saluran cerna, penurunan refleks , kemampuan menelan yang abnormal dan keterlambatan pengosongan lambung Celis dkk.1998. Lambung berperanan sebagai reservoir mikroorganisme penyebab pneumonia nosokomial, hal ini dapat diperhatikan pada pasien memakai nasogastric tube atau penggunaan obat-obatan yang meningkatkan asam lambung. Pada orang sehat, lambungnya akan diisi dengan asam klorida, hal ini menyebabkan bakteri yang memasuki lambung tidak mampu pertahanan, akan tetapi penggunaan antasida maupun penghambat H2 reseptor yang meningkat pH lambung menjadi ≥ 4 menyebabkan mikrooorganisme patogen dapat berkembang baik dengan konsentrasi tinggi di lambung Inglis dkk.1993.

2.1.3.2. Inhalasi

Sumber eksogen diperoleh dari lingkungan rumah sakit merupakan salah satu mikroorganisme penyebab pneumonia nosokomial. Misalnya, apabila terjadi kontaminasi pada peralatan bantu nafas yang digunakan oleh pasien meskipun hal ini jarang ditemui pada pasien dan umumnya terjadi pada penumonia nosokomial onset lanjut atau sebelumnya pernah mendapatkan perawatan di ruang rawat inap ICU Inglis dkk..1993 . Petugas ataupun peralatan medis juga dapat menjadi salah satu rute penularan mikroorganisme oleh kerana kolonisasi mikroorganisme langsung pada paru. Mikroorganisme yang memasuki saluran pernfasan bawah secara langsung melalui inhalasi aerosol akibat terkontaminasi peralatan medis, misalnya seperti peralatan nebulizer, alat penghisap, ventilator ataupun peralatan anestesi. Saat cairan dalam reservoir nebulizer terkontaminasi bakteri, maka aerosol yang dihasilkan akan mengandungi bakteri dengan konsentrasi yang tinggi yang kemudian terdisturbsi ke saluran pernafasan bagian bawah .Pasien yang terinhalasi aerosol amat berbahaya, terutama pada pasien yang diintubasi kerana pipa endotrakeal , menyediakan akses langsung ke saluran pernafasan bagian bawah Kieninger dan Lipsett,2009. 2.1.3.3. Hematogen Rute hematogen, yang merupakan salah satu penyebab pneumonia nosokomial .Bakteri penyebabnya kebiasanya berasal dari bagian tubuh yang jauh dan menyebar secara hematogen seperti akibat flebitis atau infeksi saluran kemih Tablan dkk.,2004.

2.1.3.4. Translokasi

Pneumonia nosokomial, yang disebabkan oleh translokasi biasanya diperkirakan terjadi pada pasien dengan kekebalan tubuh yang lemah atau dengan imunosupresi, seperti pada pasien dengan keganasan ataupun luka bakar, namun hipotesa tersebut belum dibuktikan pada manusia. Translokasi bakteri mungkin berasal dari sisi tubuh yabg berdekatan dengan paru, contohnya saluran percernaan, jantung maupun pleura melalui epitel mukosa ke kelenjar getah bening mesenterika menuju ke paru Tablan dkk,2004.

2.1.4. Diagnosis

Diagnosis pneumonia dapat ditegakkan umunya dengan, secara klinis daripada konfirmasi oleh hasil kultur cairan pleura, punksi paru atau kultur darah. Diagnosis dengan demikian dapat dibuat menurut kriteria diagnosis CDC Zul Dahlan, 1994.

2.1.4.1. Gambaran Klinik

Gambaran klinis berupa dengan gambaran pneumonia bakteril akut yang ditandai dengan gejala misalnya demam tinggi, batuk produktif, dahak purulen yang produktif, danjuga disertai sesak nafas. Tetapi pada pasien yang dirawat di rawat inap, hal ini tidak dapat dikaitkan secara langsung karena berbagai keadaan penyakit yang gejalanya mirip dengan pneumonia. Diagnosis pneumonia nosokomial sering tidak jelas, hal ini kerana diagnosis pneumonia nosokomial adalah proses yang berhubungan dengan toksik dan alergi obat atau inspirasi, atelektasis, emboli paru, ARDS gagal jantung kongestif, dan trakheobronkitis. Pneumonia aspirasi bahan kimia bisa mirip dengan pneumonia bakteril. 2.1.4.2. Kriteria Diagnosis Menurut kriteria dari Center for Disease Control and Prevention CDC pneumonia dapat di diagnosis seperti berikut : a Onset pneumonia yang terjadi selepas 48 jam setelah pasien dirawat di rumah sakit , dan menyingkirkan semua infeksi yang intubasinya terjadi pada waktu pasien dimasukan ke rumah sakit. b Diagnosis pneumonia nosokomial juga dapat ditegakkan atas beberapa dasar :  Foto toraks : ditemui infiltrat baru atau progresif  Ditambah 2 diantara kriteria berikut : suhu tubuh 38 ˚C : secret purulen : leukositosis