Inhalasi Translokasi Patogenesis Pneumonia Nosokomial

endotrakeal atau trakeostomi. Jika fasiliti memungkinkan dapat dilakukan pemeriksaan biakan kuman secara semikuantitatif atau kuantitatif dan dianggap bermakna jika ditemukan ≥ 106 colony-forming unitsml dari sputum, ≥ 105-106 colony-forming unitsml dari aspirasi endotrracheal tube, ≥ 104-105 colony-forming unitsml dari bronchoalveolar lavage BAL, ≥ 103 colony-forming unitsml dari sikatan bronkus dan paling sedikit 102 colony-forming unitsml dari vena kateter sentral. Dua set kultur darah aerobik dan anaerobik dari tempat yang berbeda lengan kiri dan kanan sebanyak 7 ml. Kultur darah dapat mengisolasi bakteri patogen pada 20 pasien. Jika hasil kultur darah + maka sangat penting untuk menyingkirkan infeksi di tempat lain. Pada semua pasien pneumonia nosokomial harus dilakukan pemeriksaan kultur darah. Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biakan yaitu bila ditemukan sel PMN 25lapangan pandang kecil lpk dan sel epitel 10lpk. Analisis gas darah untuk membantu menentukan berat penyakit. Jika keadaan memburuk atau tidak ada respons terhadap pengobatan maka dilakukan pemeriksaan secara invasif. Bahan kultur dapat diambil melalui tindakan bronkoskopi dengan cara bilasan, sikatan bronkus dengan kateter ganda terlindung dan bronchoalveolar lavage BAL. Tindakan lain adalah aspirasi transtorakal.CDC,1994

2.1.4.1. Penggunaan Protected Brush Specimen , dan Bronchoalveolor Lavage

Penegakkan diagnosis melalui cara ini, telah diteliti di Perancis, dan memberikan hasil yang lebih dalam mendiagnosis pneumonia nosokomial yang lebih berkaitan dengan ventilator mekanik Fagon dkk,2000.

2.1.5 Penatalaksanaan

Berdasarkan panduan dari WHO pada tahun 2001 bahwa penatalaksanaan pneumonia nosokomial tergantung dari mikroorganisme yang terdapat di negara serta rumah sakit masung-masing. Rekomendasi untuk terapi empiris tergantung dari data epidemiologis dan kepekaan mikroorganisme di daerah tersebut. Song dan Asian HAP Working Group 2008 menyatakan bahwa kejadian pneumonia nosokomial lebih sering ditemukan di negara-negara Asia dibandingkan di negara maju, hal ini berkaitan dengan prevalensi mikroorganisme yang resisten berbagai antibiotik, sehingga strategi penatalaksanaan pneumonia nosokomial dengan pendekatan sebagai berikut :

2.1.5.1. Terapi Empiris Pada Pneumonia Nosokomial

Pendekatan terhadap terapi empiris dibahagi pasien ke dalam dua kelompok yaitu kelompok dengan pneumonia nosokomial onset awal dan kelompok dengan pneumonia nosokomial onset lanjut. Kelompok dengan pneumonia nosokomial onset awal tidak berisiko terhadap mikroorganisme resisten berbagai antibiotik sehingga tidak memerlukan terapi antibiotik spektrum luas, sedangkan kelompok dengan pneumonia nosokomial onset lanjut berisiko terinfeksi mikroorganisme yang resisten terhadap berbagai antibiotik dan berhubungan dengan peningkatan angka kesakitan dan kematian. Terapi antibiotik empiris dipilih dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti pola kepekaan kuman, ketersediaan antibiotik dan biaya yang dikeluarkan Song dan Asian HAP Working Group, 2008.