Usia Lanjut Pola makan dan obesitas kegemukan

Tidak seperti diabetes tipe 1, diabetes tipe 2 tidak berhubungan dengan gen pada area HLA. Sejauh ini, 19 varian gen telah dijelaskan dan divalidasi berhubungan dengan diabetes tipe-2 Bilous dan Donelly, 2015.

b. Usia Lanjut

Prevalensi diabetes melitus yang terdiagnosis pada penduduk usia di atas 65 tahun menurut data Riskesdas tahun 2007 adalah 4,6. Diabetes melitus pada lansia seringkali tidak disadari karena gejala-gejala diabetes seperti sering haus, sering berkemih, dan penurunan berat badan tersamarkan akibat perubahan fisik alamiah lansia yang mengalami penurunan, sehingga diabetes yang tidak terdiagnosis ini akan terus berkembang menjadi komplikasi yang dapat berakibat fatal Rosyada dan Trihandini, 2007. Data di Rumah Sakit Umum Daerah RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung menunjukkan angka prevalensi diabetes melitus mencapai 35,5 dengan 76,2 mengalami komplikasi. Sebanyak 13 poli lansia puskesmas kecamatan Jatinegara juga menunjukkan angka prevalensi diabetes melitus yang tak jauh berbeda yaitu mencapai 29,3 pada lansia usia 60-69 tahun dan 20,8 pada lan sia usia ≥ 70 tahun Rosyada dan Trihandini, 2007.

c. Pola makan dan obesitas kegemukan

Obesitas merupakan salah satu faktor risiko yang dapat memperburuk kondisi pasien. Pasien dengan obesitas sentral abdominal obesity adalah salah satu faktor yang memengaruhi timbulnya penyakit dan memperburuk DM tipe 2 karena obesitas sentral dikaitkan dengan peningkatan risiko komplikasi kardiometabolik dan diabetes. Hal ini disebabkan akumulasi lemak didaerah perut Universitas Sumatera Utara lebih sensitif terhadap regulasi enzim lipolisis dan hormon endokrin terkait dengan resistensi insulin pada DM tipe 2. Peningkatan ukuran lingkar pinggang akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan komplikasi DM. Pengukuran lingkar pinggang sebesar 94 cm untuk pria dan 80 cm untuk wanita membutuhkan manajemen penurunan berat badan yang ideal untuk mengurangi risiko, meskipun memiliki indeks massa tubuh IMT. Lingkar pinggang adalah prediktor risiko diabetes yang lebih baik dibandingkan parameter lainnya, dan dapat digunakan sebagai distribusi prediksi jaringan adiposa di daerah perut Kirtishanti dkk, 2013.

d. Kurangnya aktifitas fisik

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 47 115

Karakteristik Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Komplikasi Tuberkulosis Paru yang Dirawat Inap di RSUD DR. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2011-2016

1 1 19

Karakteristik Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Komplikasi Tuberkulosis Paru yang Dirawat Inap di RSUD DR. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2011-2016

0 0 2

Karakteristik Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Komplikasi Tuberkulosis Paru yang Dirawat Inap di RSUD DR. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2011-2016

0 0 7

Karakteristik Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Komplikasi Tuberkulosis Paru yang Dirawat Inap di RSUD DR. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2011-2016

0 0 19

Karakteristik Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Komplikasi Tuberkulosis Paru yang Dirawat Inap di RSUD DR. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2011-2016

0 0 5

Karakteristik Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Komplikasi Tuberkulosis Paru yang Dirawat Inap di RSUD DR. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2011-2016

0 0 19

Cover Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 0 16

Abstract Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 0 2

Reference Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

0 0 3