hasilnya positif serta didukung oleh hasil foto toraks yang menyatakan aktif TB Paru.
5.8 Tipe Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan komplikasi TB Paru
Gambar 5.12 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Tipe
Penderita di Rumah Sakit Umum Daerah Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2011-2016
Gambar 5.13 di atas menunjukkan bahwa proporsi penderita DM tipe 2 dengan TB Paru yang dirawat inap berdasarkan tipe penderita yang tertinggi
adalah kasus baru sebanyak 58 orang 63,7 sedangkan proporsi terendah yaitu kasus kambuh relaps sebanyak 33 orang 36,3. Hal ini menunjukkan lebih
banyaknya penderita TB Paru yang belum mendapatkan pengobatan TB Paru sebelumnya. Penderita yang kasus kambuh jumlahnya juga terbilang banyak,
termasuk di dalamnya kasus lalaigagal. Hal ini disebabkan oleh masih banyaknya penderita TB Paru BTA positif yang tidak menyelesaikan pengobatannya dengan
baik ataupun penderita kambuh yang menjadi sumber penularan kepada orang lain sehingga banyak ditemukan kasus baru. Ditambah lagi adanya penyakit penyerta
63,7 36,3
Kasus Baru Kasus Kambuh
Relaps
Universitas Sumatera Utara
yang dapat membuat penyakit TB Paru kambuh kembali yaitu seperi penyakit stroke
, PJK, anemia akut, PPOK, dan pneumonia.
5.9 Analisis Statistik
5.9.1 Umur Berdasarkan Tipe Penderita
Gambar 5.13 Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita DM Tipe 2
dengan Komplikasi TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Tipe Penderita di Rumah Sakit Umum Daerah Hadrianus
Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2011-2016
Gambar 5.14 di atas menunjukkan bahwa proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi TB Paru kasus baru pada kelompok umur
≤45 tahun adalah 12,1 sedangkan pada kelompok 45 tahun adalah 87,9. Proporsi penderita
DM tipe 2 dengan komplikasi TB Paru kasus kambuh pada kelompok umur ≤45
tahun adalah 9,1 sedangkan pada kelompok umur 45 tahun adalah 90,9. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Parulian 2015
di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2013 yang mendapatkan bahwa proporsi tertinggi penderita TB Paru rawat inap berdasarkan tipe penderita kasus
baru adalah pada kelompok umur 15-34 tahun yaitu sebesar 51,6. Dalam 12,1
9,1 87,9
90,9
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Kasus Baru Kasus Kambuh Relaps
P rop
or si
Tipe Penderita
≤45 tahun 45 tahun
Universitas Sumatera Utara
penelitian ini jumlah penderita 45 tahun jauh lebih banyak dibanding penderita yang
≤ 45 tahun, maka proporsi pada kasus baru dan kasus kambuh pada penderita 45 tahun sama-sama tinggi yaitu 87,9 pada kasus baru dan 90,9
pada kasus kambuh. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher karena uji
chi-square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan diperoleh p=0,742 berarti
tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur berdasarkan proporsi tipe penderita.
5.9.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Tipe Penderita
Gambar 5.14 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita DM
Tipe 2 dengan Komplikasi TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Tipe Penderita di Rumah Sakit Umum Daerah
Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2011-2016
Gambar 5.15 di atas menunjukkan bahwa proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi TB Paru kasus baru pada laki-laki adalah 72,4 sedangkan
pada perempuan adalah 27,6. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi 72,4
66,7
27,6 33,3
10 20
30 40
50 60
70 80
Kasus Baru Kasus Kambuh Relaps
P rop
or si
Tipe Penderita
Laki-laki Perempuan
Universitas Sumatera Utara
TB Paru kasus kambuh pada laki-laki adalah 66,7 sedangkan pada perempuan adalah 33,3.
Hasil diatas menunjukkan baik pada kasus baru dan kasus kambuh relaps proporsi yang tertinggi adalah laki-laki. Hal ini karena ditemukannya lebih
banyak penderita DM tipe 2 dengan komplikasi TB Paru yang berjenis kelamin laki-laki dibanding perempuan maka hasil yang didapat proporsi laki-laki jauh
lebih tinggi dibanding perempuan. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh
p=0,564 berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis kelamin berdasarkan proporsi tipe penderita.
5.9.3 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Tipe Penderita
Gambar 5.15 Diagram Bar Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Penderita
DM Tipe 2 dengan Komplikasi TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Tipe Penderita di Rumah Sakit Umum Daerah
Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2011-2016
4,83 5,7
1 2
3 4
5 6
Kasus Baru Kasus Kambuh Relaps
Lama Rawatan Rata-Rata Hari
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.16 di atas menunjukkan bahwa lama rawatan rata-rata penderita DM tipe 2 dengan komplikasi TB Paru paling lama adalah pada kasus
kambuhrelaps yaitu selama 5,7 hari. Lama rawatan rata-rata penderita kasus baru adalah 4,83 hari.
Hal ini sesuai dengan penelitian Parulian 2015 di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2013 bahwa penderita kasus kambuhlalaigagal
mempunyai lama rawatan yang paling lama diatas 5 hari yaitu selama 7,5 hari. Karena pada kasus kambuh membutuhkan perawatan yang lebih intensif
dan lebih banyak disertai dengan penyakit komplikasi dan penyakit penyerta lain sehingga mempengaruhi lamanya rawatan. Pada kasus baru penderita dirawat 5
hari yaitu 4,83 hari yang menunjukkan bahwa pada kasus baru yang belum mendapatkan OAT dapat dilakukan rawat jalan.
5.9.4 Hasil Pemeriksaan Dahak Mikroskopis Berdasarkan Tipe Penderita
Gambar 5.16 Diagram Bar Distribusi Proporsi Hasil Pemeriksaan Dahak
Mikroskopis Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Tipe Penderita di
Rumah Sakit Umum Daerah Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2011-2016
86,2 78,8
13,8 21,2
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Kasus Baru Kasus Kambuh Relaps
P rop
or si
Tipe Penderita
BTA Negatif BTA Positif
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.17 di atas menunjukkan bahwa proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi TB Paru kasus baru pada BTA negatif adalah 86,2
sedangkan pada BTA positif adalah 13,8. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi TB Paru kasus kambuh pada BTA negatif adalah 78,8 sedangkan
pada BTA positif adalah 21,2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak penderita BTA negatif
pada kasus baru maupun kasus kambuh. Hal ini karena terdapat perbedaan proporsi yang sangat jauh lebih tinggi penderita BTA negatif daripada penderita
BTA positif. Sehingga baik di kasus lama maupun kasus baru yang terbanyak adalah penderita DM tipe 2 dengan komplikasi TB Paru yang BTA negatif.
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p=0,359 berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi pemeriksaan
dahak mikroskopis berdasarkan proporsi tipe penderita.
Universitas Sumatera Utara
5.9.5 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya
Gambar 5.17 Diagram Bar Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Penderita
DM Tipe 2 dengan Komplikasi TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di Rumah Sakit Umum Daerah
Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2011-2016
Gambar 5.18 di atas menunjukkan bahwa lama rawatan rata-rata penderita DM tipe 2 dengan komplikasi TB Paru paling lama adalah menggunakan sumber
biaya dari BPJSAskes yaitu selama 5,36 hari. Lama rawatan rata-rata penderita yang menggunakan biaya sendiriumum yaitu selama 4,54 hari.
Penelitian ini menunjukkan bahwa penderita dengan lama rawatan rata- rata tertinggi lebih banyak menggunakan sumber biaya bukan biaya sendiri
BPJSAskes dibanding yang menggunakan sumber biaya sendiriumum. Hal ini menunjukkan bahwa BPJS kesehatan sudah dimanfaatkan dengan baik melihat
bahwa lebih besar lama rawatan rata-rata sumber biaya bukan biaya sendiri yaitu selama 5,36 hari.
5.36 4.54
1 2
3 4
5 6
BPJSAskes UmumBiaya Sendiri
Lama Rawatan Rata-Rata
Universitas Sumatera Utara
Hal ini sesuai dengan sumber biaya terbanyak pada penelitian ini adalah dengan menggunakan BPJSAskes. Menurut penelitian Andriani 2011 di RSU
Herna Medan tahun 2009-2010 yaitu lama rawatan rata-rata penderita DM dengan komplikasi dengan sumber biaya bukan bukan biaya sendiri lebih lama
dibandingkan lama rawatan rata-rata penderita DM komplikasi dengan biaya sendiri yaitu dengan lama rawatan rata-rata 8,68 hari.
Semakin lama penderita DM tipe 2 dengan komplikasi TB Paru dirawat maka semakin besar biaya yang akan dikeluarkan untuk pengobatan di rumah
sakit. Hal ini menjadi pertimbangan bagi penderita untuk memanfaatkan sumber biaya dari pemerintah dalam menggunakan pelayanan di rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
69
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi TB Paru berdasarkan
sosiodemografi, proporsi tertinggi pada kelompok umur ≥ 45 tahun, jenis
kelamin proporsi tertinggi yaitu laki-laki, suku yang tercatat di rekam medik yaitu semua suku batak, agama proporsi tertinggi yaitu Kristen
Protestan, pekerjaan proporsi tertinggi yaitu PetaniNelayanBuruh, status perkawinan proporsi tertinggi yaitu jandaduda dan daerah asal proporsi
tertinggi yaitu dari Pangururan.
6.1.2 Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi TB Paru berdasarkan
sumber biaya diperoleh proporsi tertinggi yaitu BPJSASKES.
6.1.3 Lama rawatan rata-rata penderita DM tipe 2 dengan komplikasi TB Paru
adalah 5,14 5 hari. Lama rawatan minimum ialah 1 hari dan lama
rawatan maksimum ialah 15 hari.
6.1.4 Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi TB Paru berdasarkan
jenis pengobatan diperoleh proporsi tertinggi yaitu Obat Hipoglikemik
Oral OHO.
6.1.5 Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi TB Paru berdasarkan
keadaan sewaktu pulang diperoleh proporsi tertinggi yaitu sehat.
6.1.6 Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi TB Paru berdasarkan
hasil pemeriksaan TB Paru diperoleh proporsi tertinggi yaitu foto toraks.
Universitas Sumatera Utara