Analisis pengaruh current ratio, quick ratio, dan working capital to total asset ratio terhadap kinerja perusahaan sektor properti

(1)

ANALISIS PENGARUH

CURRENT RATIO, QUICK RATIO,

DAN WORKING CAPITAL TO TOTAL ASSET RATIO

TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

SEKTOR PROPERTI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Roby Rahim Habibi

NIM : 104081002518

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ANALISIS PENGARUH

CURRENT RATIO, QUICK RATIO,

DAN WORKING CAPITAL TO TOTAL ASSET RATIO

TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

SEKTOR PROPERTI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Roby Rahim Habibi

NIM : 104081002518

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Indoyama Nasarudin, SE., MAB

NIP. 1969 0203 200 112 1003 NIP. 1974 1127 200 112 1002

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1430 H/2010 M

ANALISIS PENGARUH


(3)

DAN WORKING CAPITAL TO TOTAL ASSET RATIO

TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

SEKTOR PROPERTI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Roby Rahim Habibi

NIM : 104081002518 Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Indoyama Nasarudin, SE., MAB

NIP. 1969 0203 200 112 1003 NIP. 1974 1127 200 112 1002

Penguji Ahli I Penguji Ahli II

Prof. Dr. Abdul Hamid Arief Mufraini, Lc., M.Si

NIP : 1957 0617 198 503 1002 NIP: 1977 0122 200 312 1000

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

Hari ini, Kamis Tanggal Dua Puluh Delapan Januari Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Roby Rahim Habibi, NIM: 104081002518, dan dengan judul skripsi “Analisis Pengaruh Current Ratio, Quick Ratio, dan Working Capital To Total Asset Ratio Terhadap Kinerja Perusahaan Sektor Properti”. Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 28 Januari 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Prof. Dr. Abdul Hamid Prof. Dr. Ahmad Rodoni

Penguji 1 Penguji 2

Indoyama Nasarudin, SE. MAB. Penguji 3


(5)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Roby Rahim Habibi Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 02 Agustus 1986 Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

E-mail : [email protected]

Telepon : 0856 1254573 / 021 74711089

Alamat : Jl. Kenangan, RT. 02, RW. 09, No. 9A, Rempoa, Ciputat, Tangerang, 15412

Pendidikan Formal

1. 1992-1998: SDN, Situ Gintung II Jakarta 2. 1998-2001: SMPN 178 Jakarta

3. 2001-2004: SMUN 86 Jakarta

4. 2004-2009: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Jurusan Manajemen.

Pendidikan Non Formal

1. 1997 : Pertukaran Pelajar Internasional DEPDIKNAS di Fukuoka Jepang. 2. 2007 : Seminar Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial


(6)

3. 2007 : Seminar Ekonomi “Introduction to Capital Market”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah , Jakarta.

4. 2009 : Lulus kursus Bahasa Inggris LBA LIA tingkat Advance, Jakarta. 5. 2009 : Lulus kursus Electric Guitar Yamaha Music tingkat Advance, Jakarta.

Pengalaman Organisasi

• Pengurus Kepanitiaan Event Organizer Musik Indie Alternatif Jakarta 2007 –

Sekarang.

Pengalaman Kerja


(7)

ABSTRACT

This research is analyze the relation of liquidity ratio (current ratio, quick ratio, and working capital to total asset ratio) against the company performance (earning after tax) in simultaneous and partial, also to analyze independent variable which its have a dominant effect on property sector in Indonesian stock exchange. Financial report data is obtained from the publication of financial statements during four years, from the period December 2005 to December 2008. Research sample consist of 25 property companies.

The result of research is using multiple regression analyzing, which show that current ratio, quick ratio, and working capital to total asset ratio has a significant effect in simultaneous on company performance, and partially all of independent variable (current ratio, quick ratio, and working capital to total asset ratio) has a significant effect on company performance. The most dominant variable in this research which have an effect on financial performance is working capital to total asset ratio.


(8)

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis pengaruh rasio likuiditas (current ratio, quick ratio, dan working capital to total asset ratio) terhadap kinerja perusahaan (earning after tax) baik secara simultan maupun parsial, serta menganalisis variabel independen mana yang mempunyai pengaruh paling dominan pada sektor properti di Bursa Efek Indonesia. Data laporan keuangan didapat dari publikasi laporan keuangan selama empat tahun, dari periode desember 2005 sampai desember 2008. sampel penelitian terdiri dari 25 perusahaan properti.

Hasil dari penelitian menggunakan analisis regresi berganda, yang menunjukkan bahwa current ratio, quick ratio, dan working capital to total asset ratio

mempunyai pengaruh signifikan secara simultan terhadap kinerja perusahaan, dan secara parsial seluruh variabel independen (current ratio, quick ratio, dan working capital to total asset ratio) berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan. Variabel paling dominan dalam penelitian ini yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan adalah variabel working capital to total asset ratio.

Kata kunci: rasio likuiditas, kinerja perusahaan, dan earning after tax.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, nikmat sehat maupun iman kepada kita semua. Sholawat serta salam tercurahkan kepada suri tauladan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya.

Alhamdulillahi Robbil’alamin atas ijin Allah SWT akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Current Ratio, Quick Ratio, dan Working Capital To Total Asset Ratio Terhadap Kinerja Perusahaan Sektor Properti”. Penulis menyadari hasil skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat terbatasnya kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang penulis miliki, maka inilah hasil kerja yang dapat penulis berikan.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, juga pada pihak-pihak-pihak-pihak yang telah membantu Penulis selama menjalankan kuliah hingga selesai. Ucapan terima kasih yang tak terhingga Penulis persembahkan kepada:

1. Ibu dan Bapak tercinta, yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, perhatian, kesabaran, dan dukungan baik moral, spiritual, maupun material pada penulis. Kasih sayang mereka yang teruntai begitu indah dan tulus menjadi inspirasi dan motivasi bagi penulis. Kedua kakakku yang telah memberikan motivasi, dukungan, dan doa hingga terselesaikannya skripsi ini, juga Keponakan-keponakanku yang telah banyak menghibur penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, yang telah banyak membantu penulis ketika pertama kali memasuki kampus UIN.

3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pudek I Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial dan juga dosen Pembimbing I yang telah memberikan ilmu dan pembelajaran bagi Penulis, serta selalu memotivasi penulis untuk selalu berjuang dan bersemangat.

4. Bapak Indoyama Nasarudin SE. MAB., selaku Kepala Jurusan Manajemen dan juga dosen Pembimbing II terima kasih atas kesabaran dan ketulusannya


(10)

memberikan bimbingan, pengarahan, semangat, doa, serta dorongan agar Penulis bisa menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen yang telah mendidik dan mengajarkan Penulis serta memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama kuliah di FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh Karyawan Akademika FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu selama pengerjaan skripsi.

7. Malaikat-malaikat kecil yang pernah mengisi kehidupan penulis yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan doa.

8. Keluarga besar kelas Manajemen C angkatan 2004 atas doa, dukungan, bantuan, pembelajaran, kebersamaan dan semangatnya, semoga kita tetap bisa menjaga dan menjalin Tali sillaturrahim persahabatan kita.

9. Kluarga besar Nikotin: Ahmad beserta keluarga dan Dennis beserta keluarga yang telah memberikan doa, semangat, bantuan, berbagi ilmu, dan dukungan serta mengisi hari-hari penulis dengan penuh warna, tawa, dan keceriaan. 10.Kluarga besar The Northside: Yayan, Fery, Aktor, dan Adhi, yang telah

memberikan doa, hiburan, pengalaman, dan semangt..

11.Kluarga besar U-Mind: Aksan, Alam, Idho, dan Raray, yang telah memberikan semangat, menghibur, memotivasi, dan doa.

12. Keluarga besar The Right: Helmi, Aktor, dan Mothy yang telah memberikan keceriaan, motivasi, dukungan, dan doa.

13.Keluarga besar Komunitas Musik Alternatif Blok-M yang telah memberikan inspirasi kepada penulis untuk selalu menjadi lebih baik, semangat, dukungan, dan doa.

14.Keluarga besar Yamaha Sincere Music: Amel, Mas Irawan, Mba Risma, Mas Ipan, Bapak Sarmuji, dan terutama Guru saya Ka Ito yang telah memberikan banyak inspirasi, memberikan masukan, motivasi, semangat, dan doa.

15.Teman-teman komplek Safari: Phinda, Ririe, Lissa, dkk. Yang telah memberikan semangat, motivasi, hiburan, keceriaan, dan doa.

16.Teman-teman facebook yang telah memberikan semangat, dukungan, doa, dan hiburan di waktu-waktu senggang selama pengerjaan skripsi.


(11)

Dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada pada diri ini, Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan segala kerendahan hati Penulis menerima saran maupun kritik yang dapat menjadikan skripsi ini lebih baik.

Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin…

Jakarta, 16 Februari 2010

Roby Rahim Habibi


(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

ABSTRACT... vi

... ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah... 7

... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Laporan Keuangan ... 10

1. Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan... 11

2. Jenis dan Bentuk Laporan Keuangan... 13

B. Kinerja Perusahaan... 15

C...Rasio Likuiditas ... 16

1. Current Ratio... 21

2. Quick Ratio... 22

3. Working Capital To Total Asset Ratio... 24

D. Penelitian Sebelumnya ... 25

E. Kerangka Pemikiran ... 29


(13)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A Ruang Lingkup Penelitian... 32

B. Metode Penelitian Populasi Dan Sampel ... 32

C. Metode Pengumpulan Data ... 33

1. Penelitian Laporan keuangan ... 33

2. Metode Kepustakaan... 33

D. Metode Analisis Data ... 34

1. Uji Asumsi Klasik... 34

2. Uji Signifikansi... 38

3. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)... 41

4. Analisis Regresi Berganda ... . 41

E. Operasionalisasi Variabel-varibel Penelitian ... . 42

1. Operasionalisasi Variabel-Variabel Independen ... 42

2. Operasionalisasi Variabel Dependen ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 47

1. Properti... 47

B. Deskriptif Analisis ... 53

1. Deskripsi Data Sampel... 53

2. Deskripsi Analisis Data ... 54

B Hasil dan Pembahasan ... 60

1. Pengujian Asumsi Klasik ... 60

2. Pengujian Hipotesis ... 69

3. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)... 72

4. Analisis Regresi Berganda ... 73

C. Interpretasi ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Keterbatasan Penelitian ... 79

C. Implikasi bagi Penelitian Berikutnya ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80


(14)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hal.

Tabel 4.1 Sampel Data Penelitian...53

Tabel 4.2 Current Ratio...55

Tabel 4.3 Quick Ratio...57

Tabel 4.4 Working Capital To Total Asset Ratio...59

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas Sebelum Outlier...63

Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinieritas Setelah Outlier...64

Tabel 4.7 Hasil Uji Autokolerasi Sebelum Outlier...68

Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi Setelah Outlier...68

Tabel 4.9 Hasil Uji F...69

Tabel 4.10 Hasil Regresi...71


(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan. Hal.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran...30

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Sebelum Outlier...61

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier...62

Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sebelum Outlier...65


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Hal.

Lampiran 1 Sampel Data Penelitian...84

Lampiran 2 Current Ratio Tahunan...85

Lampiran 3 Quick Ratio Tahunan...86

Lampiran 4 Working Capital To Total Asset Ratio Tahunan...87

Lampiran 5 Earning After Tax Tahunan...88

Lampiran 6 Output SPSS Sebelum Outlier...89

Lampiran 7 Output SPSS Setelah Outlier...92


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Seorang manajer harus memiliki perencanaan yang tepat dalam mengmabil keputusan. Perencanaan yang baik didasarkan pada kekuatan dan kelemahan sebuah perusahaan. Salah satu pertimbangan dalam membuat perencanaan dan mangambil keputusan keuangan yaitu dengan melakukan analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan adalah segala sesuatu yang menyangkut penggunaan informasi akuntansi untuk membuat keputusan bisnis dan investasi. Laporan keuangan dirancang bagi pengusaha, investor, dan kreditor dimana mereka harus memahami bagaimana membaca, mengartikan, serta menganalisis laporan keuangan. Laporan keuangan melaporkan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun selama beberapa periode yang lalu. (Astuti, 2002:29).

Kondisi suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Melalui analisis terhadap laporan keuangan, akan dapat diketahui posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan yang bersangkutan, dimana dari hasil analisis tersebut pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil suatu keputusan, Halim (2007:156). Analisis laporan keuangan berguna untuk mengidentifikasi setiap kelemahan dari keadaan keuangan yang dapat menimbulkan masalah di masa depan, dan menentukan setiap kekuatan yang dapat dipergunakan.. (Muslich, 2007:44).

. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut antara lain manajemen, pemilik, kreditor, investor, dan pemerintah, Sutrisno (2009:9). Antara pengguna laporan keuangan yang satu dengan yang lainnya mempunyai kepentingan yang berbeda.


(18)

Pemegang saham akan menilai kinerja manajemen sebagai pihak yang diberi tanggung jawab untuk menjalankan dana pemegang saham. Investor memerlukan informasi keuangan untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasinya. Karyawan berkepentingan terhadap laporan keuangan agar perusahaan selalu berkembang dan menghasilkan laba, disamping itu untuk melihat rencana pensiun di masa depan. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat.

Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi keuangan mengenai suatu perusahaan. Informasi dalam laporan keuangan ini diharapkan akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan ekonomi, Harnanto (1994:9). Dari analisis laporan keaungan terdapat banyak faktor yang dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan keputusan ekonomi dan mempengaruhi kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu, namun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah seberapa besar rasio Likuiditas mempunyai pengaruh dan hubungan secara signifikan terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan maupun kinerja yang telah dicapai perusahaan untuk suatu periode tertentu, khususnya perusahaan di sektor properti.

Likuiditas (liquidity) secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya yang telah jatuh tempo, Lancaster

et al. (1998:28). Ukuran likuiditas perusahaan yang hingga saat ini masih sering digunakan adalah current ratio dan quick ratio.


(19)

Current ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar (current asset) dengan hutang lancar (current liabilities); sedangkan quick ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan hutang lancar, Brigham and Daves (2004:231). Aktiva lancar tersebut umumnya berupa kas, surat berharga, piutang dagang, dan persediaan. Sedangkan hutang lancar pada umumnya berupa hutang dagang, shortterm notes payable, pajak yang ditangguhkan, dan biaya-biaya yang ditangguhkan. (Brigham and Daves, 2004:231).

Masalah likuiditas merupakan salah satu masalah penting dalam suatu perusahaan yang relatif sulit dipecahkan, Kim et. al. (1998:335). Dipandang dari sisi kreditor, perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi merupakan perusahaan yang baik, karena dana jangka pendek kreditor yang dipinjam perusahaan dapat dijamin oleh aktiva lancar yang jumlah relatif lebih banyak. Tetapi jika dipandang dari sisi manajemen, perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi menunjukkan kinerja manajemen yang kurang baik, Helfert (1996:96), karena likuiditas yang tinggi menunjukkan adanya saldo kas yang menganggur, persediaan yang relatif berlebihan, atau karena kebijakan kredit perusahaan yang tidak baik sehingga mengakibatkan tingginya piutang usaha. Masalah likuiditas juga dapat dipandang sebagai masalah penting jika dilihat dari besarnya dana yang diinvestasikan dalam aktiva lancar. Sebagai contoh pada perusahaan-perusahaan tingkat dunia yang terdaftar di Global Value Database pada tahun 1998, menunjukkan investasi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut dalam aktiva lancarnya hampir mencapai 9% dari nilai buku ekuitasnya, Ditmarr et. al. (2002:1). Selama tahun 1975-1994, investasi dalam aktiva lancar yang dilakukan


(20)

oleh perusahaan-perusahaan manufaktur di Amerika Serikat hampir mencapai 8.1% dari total asetnya.

Menurut Munawir (2002:114), perusahaan-perusahaan yang menggunakan teknik manajemen kas yang modern akan menginvestasikan kelebihan kas yang bersifat sementara pada aktiva yang sangat likuid (yang dapat dijual setiap saat pada harga pasar yang berlaku). Investasi di dalam aktiva lancar atau aktiva likuid menimbulkan trade-off bagi perusahaan, di satu sisi terlalu besar aktiva lancar atau aktiva likuid maka holding cost yang harus ditanggung perusahaan juga besar, selain itu kemampuan aktiva likuid dalam menghasilkan keuntungan tergolong rendah, Kim et. al. (1998:335). Di sisi lain, pada kondisi di mana biaya dana ekternal relatif tinggi maka aktiva likuid yang besar justru menguntungkan perusahaan, karena perusahaan dapat menggunakan aktiva likuid tersebut untuk membiayai kegiatan operasi.

Masalah likuiditas merupakan trade off yang senantiasa dihadapi oleh manajer. Manajer harus mampu melakukan perencanaan dan pengendalian aktiva lancar dan hutang lancarnya sedemikian rupa sehingga dapat meminimalkan risiko ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi hutang-hutang jangka pendeknya, selain harus pula menghindari investasi dalam aktiva lancar yang berlebihan, Eljerlly (2004:48). Ketidakseimbangan antara jumlah aktiva likuid yang dimiliki perusahaan dengan hutang-hutang yang harus segera dibayar merupakan penyebab yang umum dari timbulnya financial distress. (John, 1993).

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka analisa pengaruh likuiditas yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan sangatlah diperlukan, karena analisa fundamental ini bertolak dari anggapan bahwa investor adalah makhluk rasional sehingga mereka akan selalu mencoba mempelajari hubungan antara tingkat


(21)

hutang dengan kondisi perusahaan. Dalam menganalisa hal tersebut dapat digunakan analisa rasio, seperti current ratio, quick ratio dan working capital to total asset ratio.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh current ratio, quick ratio, current ratio, dan working capital to total asset ratio terhadap kinerja perusahaan dan menganalisis variabel independen manakah yang paling dominan berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Pada peneitian ini dilakukan pengujian baik secara simultan maupun parsial seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut dengan tingkat earning after tax perusahaan properti di BEI pada tahun 2005 sampai dengan 2008. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda dan casewise dengan bantuan software SPSS.

Penulis tertarik untuk melakukan penelitian tema tersebut dalam rangka memenuhi persyaratan penyelesaian studi dan memperoleh gelar SE dalam bidang Keuangan dan Pasar Modal, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta menulis hasil penelitian tersebut dalam sebuah karya ilmiah yang disebut skripsi. Dari uraian di atas peneliti mencoba melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul:

Analisis Pengaruh Current Ratio, Quick Ratio, dan Working Capital To Total Asset Ratio terhadap Kinerja Perusahaan Sektor Properti ”.

Variabel current Ratio, quick Ratio, dan working capital to total asset ratio

dipilih untuk diketahui pengaruhnya terhadap perubahan kinerja perusahaan, karena dalam pemikiran hipotesis penulis ketiga variabel likuiditas tersebut merupakan variabel likuiditas yang paling efektif dalam menilai kinerja perusahaan.


(22)

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan, penulis akan melakukan penelitian yang mengkhususkan pada rasio likuiditas saja, maka dapat disusun perumusan masalahnya adalah:

1. Apakah current ratio, quick ratio dan working capital to total asset ratio

berpengaruh signifikan terhadap tingkat kinerja perusahaan (earning after tax) baik secara simultan maupun secara parsial?

2. Berapa besar pengaruh dari variabel current ratio, quick ratio dan working capital to total asset ratio terhadap kinerja perusahaan (earning after tax)? 3. Variabel independen manakah yang paling dominan berpengaruh signifikan

terhadap tingkat kinerja perusahaan (earning after tax)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk menganalisis pengaruh signifikan current ratio, quick ratio dan

working capital to total asset ratio terhadap tingkat earning after tax baik secara simultan maupun secara parsial.

b. Untuk menganalisis besarnya pengaruh dari variabel current ratio, quick ratio dan working capital to total asset ratio terhadap earning after tax. c. Untuk menganalisis variabel independen yang paling dominan

berpengaruh signifikan terhadap tingkat earning after tax. 2. Manfaat Penelitian


(23)

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut:

a. Bagi Penulis

Dapat menerapkan Ilmu Ekonomi, khususnya dalam Manajemen Keuangan yang telah diperoleh selama masa perkuliahan.

b. Bagi Investor

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi untuk mengetahui keadaan keuangan perusahaan sehingga dapat dimanfaatkan oleh para investor dalam pengambilan keputusan investasi.

c. Bagi Akademisi

Penelitian ini memberi bukti empiris tentang bagaimana pengaruh current ratio, quick ratio dan working capital to total asset ratio terhadap tingkat

earning after tax. Selain itu juga dapat memperkaya bahan kajian atau referensi di bidang keuangan dan pasar modal untuk penelitian yang akan datang.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama, yaitu Neraca dan Laporan Rugi-laba. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut antara lain manajemen, pemilik, kreditor, investor, dan pemerintah, Sutrisno (2009:9).

Analisis laporan keuangan adalah segala sesuatu yang menyangkut penggunaan informasi akuntansi untuk membuat keputusan bisnis dan investasi. Laporan keuangan dirancang bagi pengusaha, investor, dan kreditor dimana mereka harus memahami bagaimana membaca, mengartikan, serta menganalisis laporan keuangan. Laporan keuangan melaporkan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun selama beberapa periode yang lalu, Astuti (2002:29). Diantara laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan kepada pemegang saham, laporan tahunan / annual report adalah laporan yang paling penting. Laporan tahunan ini diterbitkan setiap tahun oleh perusahaan kepada para pemegang saham. (Astuti, 2002:15).


(25)

Pihak yang berkepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut. Kondisi suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Melalui analisis terhadap laporan keuangan, akan dapat diketahui posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan yang bersangkutan, dimana dari hasil analisis tersebut pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil suatu keputusan, Halim (2007:156).

Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya, kelompok besar ini merupakan unsur laporan keuangan. Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba-rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan perubahan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba-rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca, Harmono (2009:22). Informasi yang didasarkan pada analisis laporan keuangan mencakup penilaian keadaan keuangan perusahaan, baik yang telah lampau, saat ini, dan masa depan. (Muslich, 2007:44). 1. Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan, analisis rasio merupakan hal yang sangat umum digunakan, yang menghubungkan dua data keuangan (neraca dan laporan rugi-laba), baik secara individu atau kombinasi dari keduanya dengan cara membagi data yang satu dengan data yang lainya. Analisis rasio dalam banyak hal mampu memberikan indikator dan gejala-gejala yang muncul di sekitar kondisi yang melingkupinya. Apabila rasio-rasio yang dihitung diinterpretasikan secara


(26)

tepat, maka akan mampu menunjukan pada aspek mana evaluasi dan analisis lebih lanjut harus dilakukan, Halim (2007:156). Analisis rasio keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi laporan keuangan dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi kekurangan perusahaan dan kemudian melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja perusahaan, sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Dalam penghitungan rasio keuangan digunakan data yang terdapat dalam neraca dan laporan laba rugi. (Astuti, 2004:29).

Laporan Keuangan disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut antara lain manajemen, pemilik, kreditor, investor, dan pemerintah, Sutrisno (2009:9). Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya, kelompok besar ini merupakan unsur laporan keuangan, Harmono (2009:22). Tujuan dari analisi laporan keuangan adalah untuk mengidentifikasi setiap kelemahan dari keadaan keuangan yang dapat menimbulkan masalah di masa depan, dan menentukan setiap kekuatan yang dapat dipergunakan. Analisis rasio keuangan merupaka alat utama dalam analisis keuangan, karena analisis ini dapat digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang keadaan keuangan perusahaan, Muslich (2007:44). Analisis rasio keuangan membantu kita untuk mengidentifikasi beberapa kelemahan dan kekuatan keuangan perusahaan. Rasio keuangan memberikan dua cara bagaimana membuat perbandigan dan data keuangan perusahaan, yaitu kita dapat meneliti rasio antar waktu (katakanlah untuk 5


(27)

tahun terakhir) untuk meneliti pergerakanya dan kita dapat membandingkan suatu rasio perusahaan dengan dengan rasio perusahaan lainya. (Keown et. al.,

2008:74).

2. Jenis dan Bentuk Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama, yaitu Neraca dan Laporan Rugi-laba:

a. Neraca adalah laporan yang menunjukan posisi keuangan pada saat tertentu. Neraca mempunyai dua sisi, sisi debit dan kredit. Pada sisi debit menunjukan posisi kekayaan perusahaan (aktiva), dan pada sisi kredit menunjukan sumber kekayaan perusahaan yang terdiri dari dua sumber yaitu utang dan modal, Sutrisno (2009:9). Neraca merupakan suatu laporan tentang posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu, yang meliputi aktiva, utnag, dan modal. Aktiva merupakan sumber daya yang dimiliki perusahaan, sedangkan utang dan modal menunjukan bagaimana sumber daya ini dibelanjai oleh perusahaan, Muslich (2007:44). Neraca adalah laporan posisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu dimana pada sisi kiri neraca menunjukan aktiva perusahaan, sedangkan di sisi kanan neraca menunjukan kewajiban dan ekuitas, atau klaim terhadap aktiva tersebut, Astuti (2002:19).

b. Laporan rugi-laba merupakan suatu laporan hasil operasi perusahaan dalam suatu periode tertentu, Muslich (2007:44). Laporan rugi-laba adalah laporan yang mengikhtiarkan pendapatan dan beban perusahaan selama periode akuntansi tertentu yang umumnya setiap kuartal atau setiap tahun. Jadi laporan rugi-laba melaporkan operasi perusahaan


(28)

periode tertentu untuk tujuan perencanaan dan pengendalian manajemen biasanya meramalkan laporan ini secara bulanan kemudian membandingkan hasil aktual dengan laporan yang dianggarkan, Astuti (2002:17). Laporan rugi-laba dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan perusahaan dalam menjalankan usahanya selama satu periode tertentu. Laporan rugi-laba pada dasarnya menggambarkan dua macam arus yang menggambarkan rugi atau laba. Laba terjadi apabila penghasilan yang diperoleh dalam satu periode lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan, sebaliknya rugi akan timbul bila pendapatan lebih rendah dibanding dengan biaya yang dikeluarkan. (Sutrisno, 2009:10).

B. Kinerja Perusahaan

Kinerja perusahaan umumnya diukur berdasarkan penghasilan bersih (laba). Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban. Unsur penghasilan dan beban di definisikan sebagai berikut:

1. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

2. Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar dan berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal, Harmono (2009:23)


(29)

Informasi dan gambaran perkembangan keuangan atau kinerja perusahaan dapat diperoleh dengan mengadakan interpretasi dari laporan keuangan, yaitu dengan menghubungkan elemen-elemen yang ada dalam laporan keuangan seperti elemen-elemen dari berbagai aktiva satu dengan lainya, elemen-elemen pasiva yang satu dengan lainya, elemen-elemen aktiva dengan pasiva, elemen-elemen neraca dengan elemen-elemen rugi-laba, akan dapat diperoleh banyak gambaran mengenai kondisi keuangan atau kinerja suatu perusahaan, Sutrisno (2009:212). Unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja perusahaan dalam laporan rugi-laba adalah pendapatan dan beban. Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dikenal dengan sebutan berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, dan lain-lain. Pendapatan pada hakekatnya tidak berbeda dengan keuntungan, yaitu mencerminkan kenaikan manfaat ekonomi. Sedangkan beban menkacup kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa meliputi beban pokok penjualan, gaji, dan penyusutan. (Arifin, 2007:13).

C. Rasio Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan atau badan usaha untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi, Riyanto (2001:25). Sedangkan menurut Syahyunan (2003), istilah likuiditas berasal dari kata likuid yang berarti cair. Suatu perusahaan dikatakan likuid apabila perusahaan itu sanggup membayar hutang jangka pendek tepat pada waktunya. Dengan kata lain rasio likuiditas adalah ‘rasio yang mengukur kemampuan memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi’.

Likuiditas berhubungan dengan masalah kepercayaan kreditor jangka pendek kepada perusahaan, artinya semakin tinggi tingkat likuiditas maka semakin tinggi


(30)

pula kepercayaan kreditor jangka pendek, Sutrisno (2009:14). Karena peranan likuiditas itu dianggap begitu penting, maka sering pula dikatakan bahwa likuiditas memberikan kesan pertama tentang baik buruknya suatu perusahaan. Secara umum pengertian likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya yang jatuh tempo. (Lancaster, 1998:14).

Likuiditas tidak hanya terpengaruh oleh kememadainya aktiva lancar untuk memenuhi kewajiban lancar pada saat jatuh tempo, tetapi juga terpengaruh oleh seberapa cepat piutang usaha akan ditagih dan seberapa cepat persediaan akan dijual, dalam hal ini periode penagihan rata-rata dan perputaran persediaan merupakan pertanda yang diperhatikan secara cermat, Horgen (2000:289).

Dijelaskan oleh Helfert (1996:95), dari sudut pandang pemberi pinjaman terdapat anggapan bahwa semakin tinggi nilai rasio lancar, maka semakin baik posisi pemberi pinjaman. Hal ini juga dapat dilihat dari sudut pandang investor, dimana semakin tinggi nilai rasio lancar akan memberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerugian drastis bila terjadi kegagalan perusahaan. Kelebihan aktiva lancar yang besar atas kewajiban lancar tampaknya membantu melindungi klaim, karena persediaan dapat dicairkan dengan pelelangan atau karena tidak terdapat banyak masalah dalam penagihan piutang usaha. Sehingga bisa dikatakan semakin tinggi tingkat likuiditas maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

Likuiditas menjelaskan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajiban yang harus segera dipenuhi, dalam hali ini yaitu hutang jangka pendek, oleh karena itu rasio ini biasa digunakan untuk mengukur tingkat keamanan kreditor jangka pendek, serta mengukur apakah operasi perusahaan tidak akan terganggu bila kewajiban jangka pendek ini segera ditagih, Sutrisno (2009:215).


(31)

Likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya bila jatuh tempo. Semakin tinggi rasio ini menunjukan semakin mampu perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang harus segera dibayar. Namun, bila terlampau tinggi akan berpengaruh jelek terhadap kemampulabaan perusahaan, karena ada sebagian dana yang tidak produktif yang diinvestasikan dalam current assets, akhirnya profitabilitas perusahaan tidak optimal. (Halim, 2007:159),

Mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Keynes, Sukirno (2004:300), perusahaan memegang atau menahan kas karena didorong oleh motif atau tujuan: (1) untuk transaksi, (2) untuk berjaga-jaga, dan (3) untuk berspekulasi. Dalam menjalankan operasinya perusahaan perlu dana untuk membeli bahan baku pembuatan produk, membayar pegawai dan lain-lain, dana yang diperlukan untuk tujuan ini merupakan dana yang disediakan perusahaan untuk transaksi. Selain itu perusahaan juga perlu menyediakan dana untuk berjaga-jaga dalam menghadapi ketidakpastian penerimaan kas di masa depan. Jika pada suatu saat perusahaan menerima kas yang rendah sehingga tidak mencukupi untuk kebutuhan operasional, maka perusahaan mencukupi kekurangan dana tersebut dari kas yang disediakan untuk berjaga-jaga. Pada kondisi perusahaan memiliki kesempatan untuk melakukan investasi pada aktivitas-aktivitas yang dapat memberikan keuntungan atau peningkatan nilai perusahaan, mungkin manajer memutuskan untuk melakukan kegiatan investasi tersebut.

Perusahaan yang likuid adalah perusahaan yang memiliki kekuatan besar untuk membayar, sehingga mampu memenuhi kewajiban finansialnya yang segera jatuh tempo. Meskipun perusahaan memiliki kekuatan membayar yang besar, namun jika pada saat harus memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo


(32)

ternyata tidak mampu memenuhinya, maka perusahaan tersebut dinyatakan tidak likuid. Likuiditas ditekankan pada kemampuan membayar, bukan pada kekuatan membayar. (Moeljadi, 2006:68).

Perusahaan yang mempunyai cukup kemampuan untuk membayar hutang jangka pendek disebut perusahaan yang likuid. Sedang apabila perusahaan berada dalam keadaan tidak mempunyai kemampuan membayar hutang jangka pendek yang cukup, disebut illikuid. Kemampuan untuk membayar utang jangka pendek dari suatu perusahaan terletak pada atau diukur dari kemampuannya untuk mendapatkan kas (alat pembayaran) atau kemampuannya untuk mengkonversikan aktiva non kas menjadi kas. Pada umumnya aspek likuiditas tidak dipandang hanya pada suatu saat, tetapi dikaitkan dengan satu periode tahun buku atau kadang-kadang diidentifikasikan dengan siklus operasi normal perusahaan. Siklus operasi normal perusahaan itu sendiri adalah suatu jangka waktu yang tercakup dari sejak dimulainya aktivitas pembelian, produksi, penjualan hingga aktivitas pengumpulan piutang. Penilaian atau pengukuran aspek likuiditas suatu perusahaan yang diidentifikasikan dengan siklus operasi normalnya, umumnya digunakan pada perusahaan-perusahaan yang siklus operasinya melampaui satu periode tahun buku.. (Kustiadi, 2006).

Evans (2000) , menyatakan bahwa rasio likuiditas menjelaskan mengenai kesanggupan perusahaan untuk melunasi hutang jangka pendeknya. Dalam analisis likuiditas mencakup aktiva lancar dan hutang lancar, adapun yang dimaksud aktiva lancar mencakup kas, piutang, surat-surat berharga jangka pendek, persediaan dan persekot, sedangkan yang termasuk utang lancar adalah utang dagang, utang wesel, utang gaji, utang pajak, dan utang obligasi jangka panjang yang sudah jatuh tempo.


(33)

Harmono (2009:106), konsep likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam melunasi sejumlah hutang jangka pendek, umumnya kurang dari satu tahun. Dimensi konsep likuiditas mencakup Current Ratio, Quick Ratio,

dan Working Capital To Total Asset Ratio. Dimensi konsep likuiditas tersebut mencerminkan ukuran-ukuran kinerja manajemen ditinjau dari sejauh mana manajemen mampu mengelola modal kerja yang didanai dari hutang lancar dan saldo kas perusahaan.

Harmono (2009:107), menyatakan bahwa rasio likuiditas ini tidak dapat dianalisis secara parsial antara rasio yang satu dengan yang lainya. Hal ini disebabkan karena mendeteksi kondisi modal kerja berdasarkan salah satu alat analisis rasio misalnya current ratio saja, karena belum cukup untuk menunjukan tingkat likuiditas perusahaan.

Perhitungan likuiditas dalam penelitian ini diwakili oleh beberapa faktor yaitu: variabel current ratio, quick ratio, dan working capital to total asset ratio. Dari ketiga faktor ini akan dilakukan perhitungan baik secara simultan maupun secara parsial terhadap earning after tax, dan dari ketiga faktor ini akan dilihat faktor mana yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap kinerja perusahaan. Berikut ini penjelasan dari ketiga faktor tersebut:

1. Current Ratio

Current ratio yaitu kemampuan perusahaan membayar hutang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar, contoh aktiva lancar antara lain adalah kas, piutang, investasi jangka pendek, persediaan, dan beban dibayar di muka, Riyanto, (2001:332). Current ratio adalah rasio yang membandingkan antara jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek, Sutrisno (2009:216). Rasio ini menunjukan besarnya kewajiban


(34)

lancar yang ditutup dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek. (Astuti, 2004:31).

Current ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, dengan asumsi bahwa semua aktiva lancar dikonversikan kedalam kas, Muslich (2007:49). Current ratio

merupakan rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur kesanggupan membayar hutang jangka pendek, karena rasio ini menunjukan besarnya tagihan atas utang jangka pendek oleh kreditor yang dapat ditutup oleh harta yang diharapkan dapat diubah menjadi uang kas dalam satu saat yang bersamaan dengan waktu pembayaran hutang tersebut, Weston (1993:116).

Current ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar (current asset) dengan hutang lancar (current liabilities). (Brigham and Daves, 2004: 231).

2. Quick Ratio

Quick ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan hutang lancar, Brigham and Daves (2004:231). Angka perbandingan antara jumlah uang kas, bank, piutang dagang, dan sekuritas yang mudah dijual terhadap jumlah utang lancar. Rasio ini dipakai sebagai ukuran kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dalam perspektif waktu yang lebih singkat. (Muslich, 2007:49)

Riyanto (2001:104), menyatakan quick ratio adalah kemampuan untuk membayar hutang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid. Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi

Aktiva Lancar

Current Ratio =


(35)

kewajiban-kewajiban jangka pendek dengan asset yang dimiliki.. Rasio ini lebih tajam dari current ratio, karena hanya membandingkan aktiva yang sangat likuid dengan hutang lancar. Quick ratio menunjukan besarnya alat likuid yang paling cepat yang bisa digunakan untuk melinasi hutang lancar. Persediaan dianggap sebagai aktiva lancar yang paling tidak lancar, sebab itu untuk menjadi uang tunai (kas) memerlukan dua langkah, yaitu menjadi piutang terlebih dahulu sebelum kemudian menjadi kas, Sutrisno (2009:216).

Quick ratio dihitung dengan mengurangkan persediaan dari harta lancar karena persediaan dianggap harta lancar perusahaan yang tingkat likuiditasnya rendah dan merupakan harta yang paling sering merosot nilainya bila terjadi likuiditas, Weston (1993:117). Menurut Astuti (2004:32) quick rasio dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva lancar dan kemudian membagi hasilnya dengan kewajiban lancar.

3. Working capital to total asset ratio

Working capital to total asset ratio adalah sebuah alat ukur likuiditas perusahaan dari keseluruhan aset yang dimiliki, Newton (2009:50). Working capital to total asset ratio menunjukkan likuiditas dan total aktiva dan posisi modal kerja netto. Dalam rasio ini diperbandingkan modal kerja netto dengan total aktiva, hal ini sering dijumpai dalam studi kasus permasalahan perusahaan, ini adalah ukuran bersih pada aktiva lancar perusahaan terhadap modal perusahaan, Syahyunan (2003). Modal kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar karaktertistik likuiditas

Aktiva Lancar - Persediaan

Quick Ratio =


(36)

benar ditentukan secara jelas biasanya sebuah perusahaan yang mengalami kerugin operasi yang terus-menerus akan menyusutkan aktiva lancar sehubungan dengan total aktiva. Di antara penilaian terhadap rasio likuiditas, rasio ini terbukti paling berharga. Rasio ini merupakan likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja, Riyanto (2001:333).

Working capital to total asset ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibanya dan memberikan indikasi distribusi dari asset perusahaan apakah likuid atau tidak likuid, Nelson (2008:458). Menurut Harmono (2009:108) working capital to total asset ratio dapat dihitung dengan rumus:

D. Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dian Meriewaty danAstuty Yuli Setyani (2005) yang berjudul “Analisis Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Kinerja pada Perusahaan di Industri Food and Beverages yang terdaftar di BEJ”, menunjukkan hasil bahwa rasio keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap

operating profit adalah current ratio, yang berpengaruh positif terhadap operating profit pada level a = 1% dengan tingkat signifikan sebesar 4,494. Hasil uji statistik mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan kinerja pada perusahaan di industri food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ), menunjukkan bahwa rasio keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan kinerja (untuk operating profit) adalah Current Ratio.

Penelitian yang dilakukan Yuni Nurmala Sari (2007) dalam penelitian yang berjudul ”Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Total Asset Turn Over Terhadap Perubahan Laba pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek

Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar

Working Capital To Total Asset Ratio =


(37)

Jakartamenunjukkan hasil Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan antara lain: Secara simultan ketiga rasio keuangan yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Total Assets Turn Over (TATO) dapat berpengaruh terhadap perubahan laba, dengan konstribusi sebesar 52,4%. CR secara parsial berpengaruh positif terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta dengan nilai signifikasi uji variabel CR terhadap perubahan laba sebesar 5%. DER secara parsial berpengaruh positif terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta dengan nilai signifikasi uji variabel DER terhadap perubahan laba sebesar 5%. TATO secara parsial tidak berpengaruh terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta dengan nilai signifikasi uji variabel TATO terhadap perubahan laba sebesar 5%.

Penelitian yang di lakukan Ardi Hamzah (2006) dalam jurnal yang berjudul “Analisis Rasio Likuiditas, Profitabilitas, Aktifitas, Solvabilitas, dan Investment Opportunity Set dalam Tahapan Siklus Kehidupan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ” menunjukkan hasil pengujian dengan regresi berganda antara variabel-variabel independent berupa rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas, dan solvabilitas terhadap variabel dependen berupa investment opportunity set (IOS) berpengaruh secara signifikan pada tahap pendirian (start-up) dan ekspansi awal (initial expansion), sedangkan pada tahap ekspansi akhir (final expansion), kedewasaan (mature), dan decline tidak berpengaruh secara signifikan. Untuk pengujian regresi secara parsial pada tahap pendirian hanya rasio aktivitas dan solvabilitas yang berpengaruh secara signifikan pada IOS, sedangkan pada tahap ekspansi awal hanya rasio aktivitas yang berpengaruh secara signifikan pada IOS. Pada tahap ekspansi akhir, kedewasaan, dan decline tidak ada satu pun rasio


(38)

keuangan dalam penelitian ini yang berpengaruh secara signifikan terhadap IOS. Dengan adanya hal itu, maka rasio-rasio keuangan dapat digunakan sebagai alat analisis perusahaan manufaktur yang dijadikan sample penelitian ini pada tahap pendirian dan ekspansi awal, tetapi tidak pada tahap ekspansi akhir, kedewasaan, dan decline.

Penelitian yang dilakukan oleh Trie Mulyati (2005) Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Jakarta penelitian yang berjudul ”Analisis Pengaruh Rasio-rasio Operasi dan Finansial Perusahaan serta Rasio Persaingan Industri Terhadap Kinerja Perusahaan Dilihat Dari Perspektif Internal dan Eksternal Pada Sektor Industri Tekstil dan Pakaian Jadi” menghasilkan analisis sebagai berikut:

Hasil uji regresi menunjukan hasil bahwa kinerja perusahaan dipengaruhi secara signifikan oleh variabel Quick Ratio dan Inventory Share. Berdasarkan nilai koefisien determinasi dapat dikatakan bahwa proporsi sumbangan dari variabel tersebut terhadap variabel dependen secara bersama-sama relatif lemah, yaitu sebesar 20.5%. Nilai koefisien regresi variabel quick ratio berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2004) Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri yang berjudul “Analisis Pengaruh Likuiditas Terhadap Tingkat Penjualan Pada Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di BEJ” menghasilkan analisis, yaitu hasil uji regresi linear berganda antara variabel independen (likuiditas) terhadap tingkat penjualan menunjukan nilai adjust R. Square sebesar 35.8%, dapat diartikan bahwa perubahan tingkat penjualan dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 35.8%. Hasil uji f menunjukan variabel independen (likuiditas) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan


(39)

antara current ratio, quick ratio, & cash ratio terhadap variabel tingkat penjualan. Setelah dilakukan uji parsial didapatkan hasil bahwa current ratio berpengaruh secara positif terhadap variabel dependen, sedangkan quick ratio dan cash ratio

berpengaruh secara negatif terhadap variabel dependen.

Penelitian yang dilakukan oleh Hasanah (2006) yang berjudul “Analisis Pengaruh Quick Ratio, Debt to Asset Ratio, dan Effesiensi Ratio Terhadap Harga Saham Perusahaan Perdagangan, Jasa, dan Investasi” yang diobservasi selama 3 tahun yaitu, quick ratio mempunyai angka signifikansi sebesar 0.094 yang berarti lebih besar dari nilai alpha 0.05, maka variabel quick ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2009) “Analisis Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Investment, Working Capital, Earning Per Share, dan Price Earning Ratio

Terhadap Harga Saham”, menunjukan bahwa hasil uji t untuk variabel working capital mempunyai signifikansi sebesar 0.064 yang berarti lebih besar dari nilai alpha 0.05, maka Ha ditolak dan dapat disimpulkan bahwa variabel working capital tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2004) yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi Profitabilitas Perusahaan Properti yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta”, variabel current ratio dan quick ratio mempunyai nilai uji t sebesar 0.260 dan -1.076, sedangkan tingkat signifikansinya sebesar 0.285 dan 0.555, nilai tersebut jauh diatas nilai alpha sebesar 0.05. Hal ini berarti bahwa variabel current ratio dan quick ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas.


(40)

Penelitian ini menganalisa pengaruh current ratio, quick ratio, dan working capital to total asset ratio terhadap earning after tax pada perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dilakukan metode regresi dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan uji asumsi klasik multikolinearitas, normalitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi, kemudian dilakukan uji f, uji t, dan Koefisien Determinasi untuk melihat pengaruh variabel independen baik secara simultan maupun parsial terhadap earning after tax. Software yang di gunakan adalah dalam penelitian ini adalah SPSS. Secara umum kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pengaruh Current Ratio, Quick Ratio, dan Working Capital to Total Asset Ratio Terhadap Kinerja

Perusahaan Sektor Properti Penentuan Populasi

Penentuan Sampel

Dependen Variabel : Earning After Tax

Independen Variabel :

1. Curren Ratio

1. Quick Ratio

2. Working capital to total asset ratio Uji Asumsi klasik :

1. Uji Normalitas 2. Uji Multikolinearitas 3. Uji

Heteroskedastisitas 4. Uji Autokorelasi


(41)

Gambar. 2.1 Skema Kerangka Berfikir

F. Rumusan Hipotesis

1. H0 : b1, b2, b3 = 0, Variabel independen (Current Ratio, Quick Ratio, dan Working capital to total asset ratio) tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen (Earning After Tax).

H1 : b1, b2, b3 0, Variabel independen (Curren Ratio, Quick Ratio, dan Working capital to total asset ratio) berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen (Earning After Tax).

2. H0 : bi = 0, Variabel independen (Curren Ratio, Quick Ratio, dan Working capital to total asset ratio) tidak berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen (Earning After Tax).

H1 : bi 0, Variabel independen (Curren Ratio, Quick Ratio, dan Working capital to total asset ratio) berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen (Earning After Tax).

Analisis Regresi Berganda

Interpretasi Uji T Parsial


(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan properti yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) selama periode Desember 2005 sampai dengan Desember 2008. Di pilihnya periode tersebut karena peneliti ingin mengetahui pengaruh rasio keuangan terhadap tingkat keuntungan saham sektor properti di mana pada periode tersebut perekonomian indonesia mengalami inflasi yang tinggi akibat naiknya harga bahan bakar minyak. Dari sumber di atas, maka dikumpulkan data current ratio, quick ratio dan working capital to total asset ratio, dan earning after tax untuk dilakukan penelitian.

B. Metode Penelitian Populasi dan Sampel

Penelitian ini menggunakan populasi berupa perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Indonesia yang tergolong ke dalam sektor properti. Dari populasi tersebut selanjutnya diambil beberapa sampel. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang memenuhi kriteria.

Pemilihan sampel dalam penelitian ini dimulai dari pemilihan populasi, yang dilanjutkan dengan memberikan kriteria-kriteria terhadap populasi tersebut, sehingga diperoleh sekumpulan sampel, dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Perusahaan tercatat di BEI tahun 2005 sampai dengan tahun 2008

b. Data laporan keuangan tersedia berturut-turut untuk laporan tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.

c. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit dengan menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember. d. Perusahaan yang termasuk dalam sektor properti.


(43)

C. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, dibutuhkan data dan informasi yang mendukung penelitian ini. Data sekunder dan informasi yang dibutuhkan penulis diperoleh dari :

1. Penelitian Laporan Keuangan

Laporan keuangan (neraca dan laporan rugi-laba) 31 Desember 2005, 31 Desember 2006, 31 Desember 2007, 31 Desember 2008.

2. Metode Kepustakaan

Penelitian ini juga dilakukan melalui studi kepustakaan seperti jurnal, literatur, buku, website dan lain-lain yang behubungan dengan penelitian ini.

D. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik

Menurut pendapat Algifari (2003:83) mengatakan: “Model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary least square) merupakan model regresi yang menghasilkan estimator linier yang bias yang terbaik (Best linear Unbias Estimator/BLUE)". Kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi yang dengan asumsi klasik.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen atau keduanya terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau


(44)

mendekati normal. Pengujian tersebut dapat menggunakan metode grafis normal P-P Plot. (Purwoto, 2007:96)

Menurut Singgih Santoso (2000:124) ada beberapa cara mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah: 1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar dari agris diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas berarti adanya hubungan linier yang kuat antar variabel bebas yang satu dengan yang lain dalam model regresi. Model regresi yang baik adalah yang tidak memiliki korelasi linier/hubungan yang kuat antara variabel bebasnya. Jika dalam model regresi terdapat gejala multikolinearitas, maka model regresi tersebut tidak dapat menaksir secara tepat sehingga diperoleh kesimpulan yang salah tentang variabel yang diteliti.

Pengujian gejala multikolinearitas dengan cara mengkorelasikan variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain dengan menggunakan program SPSS for Windows.

Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai toleransi atau VIF (Variance Inflation Factor) dari masing-masing variabel. Jika nilai tolerance < 0.10 atau VIF > 10 maka terdapat Multikolinearitas, sehingga variabel tersebut harus dibuang (atau sebaliknya).


(45)

c. Uji Heteroskedastisitas

Bhuono Agung Nugroho (2005:62). Heterokedastisitas menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaan. Dalam hal ini metode regresi yang baik adalah yang tidak terjadi Heterokedastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya Heterokedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar scatterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat Heterokedastisitas jika:

1) Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0

2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja 3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola

bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. 4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

d. Uji Autokorelasi

Istilah autokorelasi (autocorrelation) menurut Maurice G. Kendall dan William R. Buckland, A Dictionary of Statistical Term: “Correlation between member’s of series of observations ordered in time (as in time-series data) or space (as cross-sectional data)”. Jadi autokorelasi merupakan korelasi antara anggota seri observasi yang disusun menurut


(46)

urutan waktu (seperti data time series) atau menurut urutan tempat (seperti data cross section) atau korelasi pada dirinya sendiri.

Autokorelasi dapat didefinisikan pula sebagai terjadinya korelasi diantara data pengamatan sebelumnya, dengan kata lain bahwa munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui nilai Durbin Watson (DW). Bila nilai DW terletak diantara dU < d < 4-dU maka dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi baik positif maupun negatif atau jika nilai d mencapai sekitar 2, dimana dU adalah batas atas dan dL adalah batas bawah (J. Supranto, 1983).

Menurut Durbin Watson Statistics terdapat 5 (lima) kondisi autokorelasi:

1) 0 < d <dL = ada autokorelasi positif.

2) dL < d <dU = inconclusive (ragu-ragu ada autokorelasi positif). 3) dU < d <4-dU = tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif. 4) 4-dU <d<4-dL = inconclusive (ragu-ragu ada autokorelasi negatif). 5) 4-dL < d < 4 = ada autokorelasi negatif.

Selain itu menurut Singgih Santoso (2000:218) secara umum angka D-W yang dapat dijadikan dalam pengambilan keputusan adalah:

1) Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

2) Angka D-W di antara -2 sampai dengan 2 berarti tidak ada autokorelasi.


(47)

Jika ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang seharusnya signifikan (dilihat angka F dan signifikannya), menjadi tidak layak untuk dipakai Uji F (uji secara simultan).

2. Uji Signifikansi

Uji signifikansi keseluruhan variabel secara serentak ditunjukkan oleh bilangan F (F-test), sedangkan uji signifikansi terhadap kontribusi masing-masing variabel terikat ditunjukkan oleh besarnya bilangan t (t-test).

a. Uji Serempak (Uji F)

Uji F yaitu untuk menguji keberartian regresi secara keseluruhan. dipergunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : b1, b2, b3 = 0 variabel bebas (independent) secara simultan tidak

berpengaruh terhadap earning after tax.

Ha : b1, b2, b3 0 variabel bebas (independent) secara simultan

berpengaruh terhadap earning after tax.

Pengujian dengan uji F variansnya adalah dengan membandingkan F hitung (Fh) dengan F tabel (Ft) pada = 0,05

Untuk menghitung Fhitung digunakan rumus sebagai berikut:

Di mana:

R2 = Koefisien Determinasi n = Jumlah pengamatan/sampel k-1 = Jumlah variabel independen

apabila hasil perhitungannya:

1) Fh Ft, maka Ho ditolak dan Ha diterima

R2/2 F =


(48)

2 2 − = n e se − = n x x se sb 2

2 ( )

Artinya variasi dari model regresi berhasil menerangkan variasi variabel bebas secara keseluruhan, sejauh mana pengaruhnya terhadap variabel terikat.

2) Fh < Ft, maka Ho diterima dan Ha ditolak

Artinya variasi dari model regresi tidak berhasil menerangkan variasi variabel bebas secara keseluruhan, sejauh mana pengaruhnya terhadap variabel terikat.

b. Uji Parsial (Uji t)

Pengujian secara parsial melalui uji t. Adapun rumus hipotesis dengan menggunakan uji t adalah sebagai berikut:

Ho : bi = 0, artinya semua variabel bebas secara parsial tidak

berpengaruh terhadap earning after tax.

Ha : bi 0, tidak benar, artinya tidak semua variabel bebas secara

parsial berpengaruh terhadap earning after tax. Untuk menghitung t hitung digunakan rumus sebagai berikut:

Di mana:

bi = Koefisien variable ke i sb = Kesalahan standar

sb adalah standar error dari koefisien regresi dengan rumus matematis sebagai berikut:

se adalah standar error sampel yang dirumuskan sebagai berikut: bi

t hitung =


(49)

Di mana e 2 dirumuskan sebagai berikut:

3. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependen, karena variabel independennya lebih dari dua.

4. Analisis Regresi Berganda

Karena variabel bebas yang diteliti lebih dari satu maka penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda untuk membentuk hubungan antar variabel terikat dan variabel bebas. Regresi linier berganda ini menggunakan tingkat keyakinan (Signifikansi) sebesar = 5%.

Berdasarkan permasalahan dan perumusan hipotesis yang telah disajikan, maka teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = a + 1 x1 + 2 x2 + 3 x3

Di mana:

a = konstanta

1… 3 = koefisien regresi x1… x3

x1 = Current Ratio

x2 = quick ratio

x3 = working capital to total asset ratio

Y = earning after tax

Berdasarkan hasil pengolahan data akan dilakukan analisis secara deskriptis dan pembuktian hipotesis.


(50)

E. Operasionalisasi Variabel-variabel Penelitian

1. Operasionalisasi Variabel-Variabel Independen Penelitian

Variabel ini dalam bahasa Indonesia sering disebut jg dengan variabel bebas, yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen, Sugiyono (2008:39). Untuk memudahkan pengertian dan menghindari kesalahan persepsi dari masing-masing variabel penelitian, maka perlu didefinisikan variabel-variabel independen yang dipergunakan dalam penelitian ini disertai cara pengukurannya. Data-data yang dibutuhkan adalah data: current ratio, quick ratio dan working capital to total asset ratio. Berikut ini dijelaskan definisi dari masing-masing variabel penelitian disertai cara pengukurannya :

a. Current Ratio

Current ratio adalah rasio yang membandingkan antara jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek, Sutrisno (2009:216). Rasio ini menunjukan besarnya kewajiban lancar yang ditutup dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek. (Astuti, 2004:31). Current ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, dengan asumsi bahwa semua aktiva lancar dikonversikan kedalam kas. (Muslich, 2007:49).

b. Quick Ratio

Riyanto (2001:104), menyatakan Quick ratio adalah kemampuan untuk membayar hutang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar

Aktiva Lancar

Current Ratio =


(51)

yang lebih likuid. Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek dengan asset yang dimiliki. Rasio ini lebih tajam dari current ratio, karena hanya membandingkan aktiva yang sangat likuid dengan hutang lancar. Quick ratio menunjukan besarnya alat likuid yang paling cepat yang bisa digunakan untuk melinasi hutang lancar. Persediaan dianggap sebagai aktiva lancar yang paling tidak lancar, sebab itu untuk menjadi uang tunai (kas) memerlukan dua langkah, yaitu menjadi piutang terlebih dahulu sebelum kemudian menjadi kas. (Sutrisno, 2009:216).

c. Working capital to total asset ratio

Seperti telah dikatakan di sebelumnya, working capital to total asset ratio menunjukkan likuiditas dan total aktiva dan posisi modal kerja netto. Dalam rasio ini diperbandingkan modal kerja netto dengan total aktiva, hal ini sering dijumpai dalam studi kasus permasalahan perusahaan, ini adalah ukuran bersih pada aktiva lancar perusahaan terhadap modal perusahaan, Syahyunan (2003). Modal kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar karaktertistik likuiditas benar-benar ditentukan secara jelas biasanya sebuah perusahaan yang mengalami kerugin operasi yang terus-menerus akan menyusutkan aktiva lancar sehubungan dengan total aktiva. Di antara penilaian terhadap rasio likuiditas, rasio ini terbukti paling berharga. Rasio ini merupakan likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja, Riyanto (2001:333).

Aktiva Lancar - Persediaan

Quick Ratio =


(52)

Working capital to total asset ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibanya dan memberikan indikasi distribusi dari asset perusahaan apakah likuid atau tidak likuid. (Nelson, 2008:458).

2. Operasionalisasi Variabel Dependen Penelitian

Variabel dipenden sering juga disebut dengan variabel output, kriteria, konsekuen, dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. (Sugiyono, 2008:39).

a. Earning After Tax

Menurut prinsip akuntansi Indonesia penyajian laba dalam laporan rugi-laba adalah:

a. Penjuala – Harga Pook Penjualan = Laba Bruto b. Laba Bruto – Beban Usaha = Laba Usaha

c. Laba Usaha + Pendapatan Lain-lain – Beban Lain-lain = Laba Sebelum Pos Luar Biasa

d. Laba Sebelum Pos Luar Biasa – Pos Luar Biasa dan Pengaruh Kumulatif dari Perubahan Prinsip Akuntansi = Laba Sebelum Pajak e. Laba Sebelum Pajak – Pajak = Laba Setelah Pajak (earning after tax) Perhitungan laba-rugi perusahaan dilakukan dengan membandingkan antara pendapatan suatu periode tertentu dengan biaya-biaya untuk

Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar

Working Capital To Total Asset Ratio =


(53)

memperoleh pendapatan tersebut. Selisih dari pendapatan dan biaya-biaya akan merupakan laba atau rugi perusahaan. Jika terjadi lebih pendapatan atas biaya-biaya yang terjadi berarti perusahaan mendapatkan laba, sedangkan jika terjadi selisih kurang pendapatan atas biaya-biaya maka perusahaan mengalami kerugian. (Gade, 2005:16)

Net After-Tax Income (Laba bersih Setelah Pajak) umumnya ditampilkan pada bottom line, yaitu Laba operasi tersisa setelah dikurangi dengan Biaya bungan, Biaya tidak terduga, serta Pajak pendapatan (Income Taxes). Laba bersih setelah pajak (earning after tax) sangat diperlukan oleh pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, karena hal ini menunjukan dana yang masih tersedia, apakah dana itu untuk membayarkan deviden bagi para pemegang saham atau ditahan dalam rangka pengembangan atau mempertahankan usaha dimasa datang. (Wino, 2008).

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian

a. Properti

Properti atau real estate merupakan salah satu investasi yang paling populer di banyak negara maju. Di Indonesia sendiri sektor properti telah digandrungi sejak tahun 1980-an oleh seluruh kalangan, mulai dari konglomerat, kelas menengah, hingga rakyat biasa. Hal ini dapat dilihat dengan kasat mata dengan maraknya pembangunan sektor properti seperti kompleks-kompleks perumahan, apartemen, pusat perbelanjaan, hotel, tempat rekreasi, rumah-rumah petakan, dan kos-kosan. Demiian pula dengan berjamurnya kantor-kantor agen properti yang berlabel lokal maupun asing


(54)

sebagai tempat mediasi transaksi properti. Para pakar dan praktisi menyatakan bahwa properti menjadi pilihan berinvestasi yang menarik karena properti dinilai menawarkan banyak peluang bagi lebih banyak orang dibandingkan investasi lainnya. Dalam sektor properti siapa pun dapat berkecimpung, secara makro bisnis properti tidak banyak berpengaruh oleh kondisi apa pun. Pada saat perekonomian baik atau buruk, suku bunga tinggi atau rendah, pasar yang marak atau lesu, bagi properti relatif tidak ada bedanya. Perputaran uang di dalamnya tetap berlangsung dan selalu menarik, bahkan bagi sebagian orang justru dengan kondisi-kondisi tertentu merupakan peluang untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Tidak sedikit pula yang ingin mendapatkan materi yang besar dari bisnis properti dan itu dapat diwujudkan.

Sektor properti ada yang mengibaratkannya seperti sebuah tambang emas. Seseorang baru dapat menemukanya bongkahan emas hanya melalui penggalian yang berat dan gigih. Pendapat lain juga menganjurkan untuk menaati apa yang disebut ”piramida real estate”, yakni seiring dengan peningkatan pendapatan (atau karier), hendaknya bergerak naik ke properti yang lebih besar dan bertransaksi yang lebih besar pula. Maksudnya, mulailah dengan investasi properti yang kecil, tambahkan nilai, bertransaksi properti yang lebih baik atau lebih besar, dan proses tersebut terus dilakukan hingga terhimpun keuntungan atau pemasukan sesuai dengan yang diharapkan.

Pada literatur disebutkan bahwa bentuk properti terdiri dari aset berwujud (tangible property), aset tidak berwujud (intangible property), dan surat-surat berharga (marketable securities). Aset berwujud dapat berupa tanah, bangunan, peralatan bangunan, termasuk kendaraan dan perhiasan. Aset tidak


(55)

berwujud dapat berupa merek dagang, waralaba, hak cipta dan paten. Sedangkan surat-surat berharga diantaranya saham, obligasi, reksa dana, deposito, dan tabungan. (Santoso, 2008:2).

Dilf de Ross, yang terkenal sebagai penulis buku laris Real Estate Riches

(2005) pernah melakukan sebuah riset terhadap orang-orang kaya. Penelitian yang berlangsung lebih dari tujuh bulan ini guna menemukan apa yang secara umum mereka miliki. Dia akhirnya menemukan dua hal yang sama-sama dimiliki oleh orang-orang tersebut. Pertama, hampir tanpa kecuali, mereka mempunyai integritas. Ucapan mereka sesuai dengan perbuatan mereka, sehingga dipercaya oleh orang lain. Integritas itu bukan murni karena faktor keturunan, tetapi setiap orang harus mempelajarinya. Kedua, hampir tanpa kecuali orang-orang tersebut menghasilkan kekayaan atau menyimpan kekayaanya pada sektor properti. Gary W. Eldred, PhD, penulis buku Trump University Real Estate 101 (2006) berkeyakinan bahwa properti itu menawarkan lebih banyak peluang bagi banyak orang, karena dalam keadaan perekonomian hebat, perekonomian lemah, suku bunga tinggi, suku bunga rendah, pasar yang marak, pasar yang lesu, tidak akan berpengaruh terhadap bisnis properti. Eldred telah menghasilkan banyak keuntungan tanpa terpengaruhi oleh kondisi pasar tersebut dan terkenal sebagai investor properti yang sukses. (Santoso, 2008:8).

Sementara Donald Trump dan Robert T. Kiyosaki dalam bukunya Why We Want You to be Rich (2006) secara tegas menyatakan bahwa properti menawarkan keuntungan lain. Jika properti dibeli dengan harga tepat, didanai


(56)

dengan baik, berada pada area yang bagus, dan dikelola dengan baik, setidaknya dapat menghasilkan keuntungan sebagai berikut:

a. Arus kas akan masuk setiap bulan dan tahun.

b. Bankir atau kreditor akan berbaris memberikan pinjaman untuk berinvestasi di properti.

c. Nilai properti meningkat melaluin kreativitas, seperti memperbaiki rumah menjadi lebih menarik, atau mengubah apartemen menjadi kondominium. d. Kemampuan untuk dikembangkan, dari membeli sebuah rumah keluarga

menjadi unit-unit yang berlipat.

e. Dengan manajemen yang baik, nilai properti dapat ditingkatkan menjadi lebih baik sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan.

f. Perkembangan populasi penduduk yang meningkat akan mengakibatkan permintaan naik, yang juga menyebabkan harga properti naik.

Hempasan krisis keuangan global saat ini berdampak terhadap semua bisnis, tidak terkecuali bisnis properti. Namun optimisme dari para pengembang yakin jika hempasan tersebut tidak berpengaruh. Saat ini properti menjadi salah satu bisnis yang memiliki prospek yang cukup cerah, sekalipun telah terjadi krisis keuangan global bisnis ini tetap berjalan. Himpunan Pengusaha Muda Indonesia mengungkapkan optimismenya bahwa sektor properti di tahun 2009 akan berprospek baik, meski tidak dapat dipungkiri adanya perlambatan hampir di semua sektor industri. Optimisme terhadap prospek baik sektor properti tahun 2009 disebabkan kebutuhan perumahan yang masih cukup tinggi, terutama untuk rumah susun sederhana milik (rusunami) dan rumah sederhana sehat (RSh). Prediksinya tahun di 2009 ini


(57)

akan banyak proyek infrastruktur dan percepatan di bidang konstruksi. (Darmawan, 2009:110).

Prospek pembangunan properti perumahan di Indonesia masih terbuka dibanding pasar di negara di ASEAN. Hal tersebut menjadi simpulan survei perumahan yang dilakukan Thai Appraisal Foundation. "Peluang properti sangat besar dilihat dari segi lahan yang sudah terbangun dibandingkan negara ASEAN seperti Malaysia dan Thailand," kata Sopon Pornchockchai, presiden Thai Appraisal Foundation pada Seminar Pasar Perumahan di Indonesia di Hotel Sultan Jakarta, Kamis, 19 Februari 2009. Menurut Pornchockchai, luasan pembangunan lahan di Indonesia baru terbangun 3,73 persen dari luasan 1,9 juta kilometer persegi. Sedangkan jumlah populasi mencapai 230 juta jiwa dan kepadatan 77 orang, serta pertumbuhan penduduk mencapai 1,5 persen sehingga merupakan peluang besar bagi industri perumahan. "GDP (pertumbuhan domestik bruto) tumbuh 5,9 persen per tahun dan jumlah penduduk di bawah angka kemiskinan 18 persen," ujarnya. Dia menuturkan, selama survei sejak akhir November 2008 hingga awal Februari 2009 memperlihatkan kondisi perumahan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) yang mengalami pertumbuhan perumahan sangat cepat. Survei tersebut memperlihatkan, sebanyak 219 proyek perumahan tersedia selama masa survei. Jumlah total perumahan mencapai 52.184 unit perumahan dengan nilai total Rp 41,12 triliun atau US$3,7 miliar. Dan dari hasil survei diketahui harga rata-rata per unit Rp 788 juta. Sebanyak 64 persen dari total unit sudah terjual, atau sekitar 18.606 unit masih tersedia di pasar. Sementara itu, penjualan rata-rata penjualan mencapai 6 persen atau 2.145 unit perbulan. "Suplai saat ini mencapai 18.606 unit akan terserap pasar dalam waktu enam


(58)

bulan," katanya. Namun yang perlu diperhatikan, kata Pornchockchai, dari 912 proyek tersebut baru 20 persen yang selesai dibangun. Sisanyanya, sekitar 80 persen unit masih dalam pembangunan yang diperkirakan selesai 2009. "Di sini ada resiko bagi pembeli apakah unit akan diselesaikan atau tidak," katanya. Solusinya, menurut dia, harus ada kontrak yang fair untuk membangun kepercayaan masyarakat.

Hasil survei itu menunjukkan di antara daerah yang disurvei, Jakarta pusat merupakan lokasi yang paling banyak terbangun yakni 55 persen dari pembangunan di Jakarta. Sebab, selama survei area central Jakarta membangun 14.837 unit, 28 persen di antaranya termasuk dalam survei. Sedangkan pendapatan dari pembangunan di area Jakarta Pusat mencapai Rp 21,63 triliun atau US$1.967. Adapun kinerja proyek perumahan 2008, terdapat 84 proyek baru diresmikan dengan total 16,737 unit senilai Rp 11,57 triliun atau US$1,052 miliar. Harga rata-rata yang ditawarkan Rp 692 juta. (Nurlaila, 2009).

B. Deskriptif Analisis

1. Deskripsi Data Sampel

Berdasarkan pengambilan sampel secara judgement Sampling maka dapat diperoleh sampel sebagai berikut :

a. Perusahaan tercatat di BEI tahun 2005 sampai dengan tahun 2008

b. Data laporan keuangan tersedia berturut-turut untuk laporan tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.

c. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit dengan menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember.


(1)

Lampiran 6

Output SPSS Sebelum Outlier

Hasil Uji Normalitas Sebelum Outlier

Hasil Uji Heteroskedastisitas Sebelum Outlier

Hasil Uji Multikolinieritas Sebelum Outlier

Collinearity Statistics

Model


(2)

(Constant)

CR .116 8.591

QR .130 7.705

1

WCTTAR .669 1.494

Hasil Uji Autokolerasi Sebelum Outlier Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .311a .097 .069 112.98645 1.071

a. Predictors: (Constant), cr, qr, wcttar b. Dependent Variable: eat

Hasil Uji F Sebelum Outlier

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean

Square F Sig.

Regression 131513.741 3 43837.914 3.434 .020a

Residual 1225530.138 96 12765.939

1

Total 1357043.879 99

a. Predictors: (Constant), WCTTAR, QR, CR b. Dependent Variable: EAT

Hasil Regresi Sebelum Outlier

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients Model

B Std. Error Beta

t Sig

(Constant) 65.958 12.854 5.131 .000

cr -8.122 2.694 -.857 -3.015 .003

qr 7.300 2.804 .701 2.604 .011

1


(3)

Koefisien Determinasi (Adjusted R2 ) Sebelum Outlier Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

1 .311a .097 .069

a. Predictors: (Constant), x3, x2, x1 b. Dependent Variable: y

Lampiran 7

Output SPSS Setelah Outlier

Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier


(4)

Hasil Uji Multikolinieritas Setelah Outlier

Collinearity Statistics

Model

Tolerance VIF

(Constant)

CR .116 8.618

QR .130 7.720

1

WCTTAR .667 1.499

Hasil Uji Autokolerasi Setelah Outlier Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .383a .147 .120 99.51968 .969

a. Predictors: (Constant), cr, qr, wcttar b. Dependent Variable: eat

Hasil Uji F Setelah Outlier

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean

Square F Sig.

Regression 162198.280 3 54066.093 5.459 .002a

Residual 940895.818 95 9904.167

1


(5)

a. Predictors: (Constant), WCTTAR, QR, CR b. Dependent Variable: EAT

Hasil Regresi Setelah Outlier

]Koefisien Determinasi (Adjusted R2 ) Setelah Outlier Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

1 .383a .147 .120

a. Predictors: (Constant), x3, x2, x1 b. Dependent Variable: y

Lampiran 8

Tabel Casewise

Casewise Diagnosticsa

Case

Number Std. Residual EAT Predicted Value Residual

76 -4.682 -445.42 83.5445 -528.96646

a. Dependent Variable: EAT

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients Model

B Std. Error Beta

t Sig

(Constant) 71.707 11.372 6.305 .000

cr -8.889 2.377 -1.040 -3.739 .000

qr 7.927 2.472 .844 3.206 .002

1


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Hutang, Operating Ratio, Earning Power of Total Invesment, Rate of Return for Owners , Working Capital, Quick Ratio terhadap Dividen Tunai pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2013

3 49 100

Analisis Pengaruh Likuiditas (Current Ratio), Profitabilitas (Return On Equity, Return On Investment, Earning Per Share), dan Inventory Turnover Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Tekstil Dan Garmen Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 110 99

Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

5 89 108

Pengaruh Opini Audit, Debt To Total Asset Ratio, Earning Per Share, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 64 99

Analisis pengaruh Quick Ratio, Working Capital to Total Asset, Inventory Turnover, Operating Ratio, Time Interest Earned terhadap Return On Asset pada perusahaan manufaktur sektor Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

5 60 115

Pengaruh Debt to Total Assets Ratio, Kualitas Audit, dan Opini Going Concern Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 49 97

Analisis Hubungan Receivable Turnover Ratio, Inventory Turnover Ratio, dan Total Asset Turnover Ratio Dengan Kemampulabaan Perusahaan Pada PTPN III (Persero) Medan

3 138 91

Analisis Pengaruh Current Ratio, Debt To Total Assets, Return On Invesment Dan Earning Per Share Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Terbuka Di Bursa Efek Indonesia

1 55 97

Analisis Pengaruh Debt To Total Asset Ratio Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Earning Per Share Pada Perusahaan Sektor Properti Dan Sektor Manufaktur Yang Go Public Di Bei

2 49 90

Analisis pengaruh risiko sistematis dan likuiditas terhadap ekspektasi pengembalian 14 saham LQ-45 di BEI periode 2004-2008 dengan menggunakan path analyisis

1 14 124