Segitiga Tegangan Rangkaian Resistor Paralel Induktor Listrik AC

69 Gambar 3.26 Bentuk gelombang tegangan beban resistor dan induktor Rangkaian resistor R seri dengan induktor X L pada sumber tegangan AC, pada resistor terjadi drop tegangan U W , dan pada ujung induktor drop tegangan U bL Gambar 3.26a. Diagram lingkaran memiliki tiga lingkaran, lingkaran terluar menyatakan tegangan sumber U, lingkaran tengah menyatakan drop tegangan U W dan U bL , lingkaran dalam menyatakan besaran arus i Gambar 3.26b. Bentuk gelombang arus i dan drop tegangan resistor U W dijadikan referensi, tegangan sumber U mendahului terhadap arus i sebesar ϕ Gambar 3.26c. – Bilangan kompleks terdiri komponen nyata dan imajiner R + jX – Komponen nyata adalah resistor, komponen imajiner +j untuk induktor dan –j untuk kapasitor. R + jX L atau R – jX C – Sudut diperoleh dari arc tg XR.

3.5.1 Segitiga Tegangan

Tegangan U W , U BL , dan U membentuk segitiga Gambar 3.27, dengan sudut ϕ antara tegangan U W dan U. Beban dengan induktor X L di seri dengan resistor R bila dialiri arus AC, terjadi drop tegangan U BL dan U W . Tegangan U merupakan penjumlahan secara vektor tegangan U W dan U BL . Tegangan U W sephasa dengan arus I, artinya setiap beban resistor memiliki sifat sephasa antara tegangan dan arusnya. Sudut phasa ϕ merupakan beda antara tegangan U dengan arus I, selanjutnya dapat dilanjutkan menghitung faktor kerja cos ϕ . Gambar 3.27 Segitiga daya 70 Beban induktor X L dan resistor R Gambar 3.28a dapat membentuk komponen segitiga. Komponen R digambarkan horizontal, induktor X L berbeda 90° dari resistor, hasilnya adalah impedansi Z Gambar 3.28b. Impedansi dapat dihitung: X = bL U I R = W U I Z = U I = 2 2 L R X + R = Z cos ϕ X L = Z sin ϕ X L = Reaktansi induktif Ω Z = Impedansi Ω U BL = Drop tegangan induktor V U W = Drop tegangan resistor V I = Arus beban A U = Tegangan sumber V ϕ = Sudut beda phasa Contoh: Rangkaian Gambar 3.28a resistor R = 1 k Ω , diberikan tegangan AC 24 V dipasang Ampermeter dan terukur 4,8 mA. Hitung besarnya impedansi Z, besarnya induktor X L , serta drop tegangan pada resistor U W dan drop tegangan induktor U BL ? Jawaban: a Z = U I = 24 V 4,8 mA = 5.000 Ω = 5 k Ω b X L 2 = Z 2 – R 2 ⇒ X L = 2 2 Z R + = 2 2 5.000 10.000 Ω − Ω = 4.900 Ω Ω Ω Ω Ω c U W = I R = 4,8 mA · 1.000 Ω = 4,8 V U bL = I X L = 4,8 mA · 4900 Ω = 23,5 V • Rangkaian seri resistor dan induktor dengan sumber listrik AC akan terjadi drop tegangan pada masing-masing, dan terjadi pergeseran phasa kedua tegangan sebesar 90°. • Ada pergeseran sudut phasa antara tegangan dan arus sebesar j. Gambar 3.28 Segitiga impedansi 71

3.5.2 Rangkaian Resistor Paralel Induktor Listrik AC

Komponen resistor R diparalel dengan induktor X L , diberikan sumber tegangan AC sinusoida Gambar 3.29. Berlaku hukum arus Kirchhoff, jumlah arus yang masuk I sama dengan jumlah arus yang keluar I W dan I BL . Arus melewati resis- tor I W digambarkan garis horizontal, arus yang melewati induktor I BL berbeda sudut phasa 90°. Arus total I merupakan penjumlahan vektor arus resistor I W dan arus indukstor I BL Gambar 3.30. Perbedaan sudut phasa antara arus re- sistor I W dan arus total I sebesar ϕ . Arus I W yang mengalir ke resistor R di- gambar sephasa dengan tegangan sumber U. I = 2 2 W bL I I + Y = 2 2 L G B + Admitansi dengan simbol Y merupakan kebalikan dari impedansi Z , memiliki dua komponen lainnya, yaitu konduktansi G dan suseptansi B yang merupakan bilangan kompleks. Y = 1 Z G = 1 R B L = 1 L X I = Arus total A I W = Arus cabang resistor A I bL = Arus cabang induktor A Y = Admitansi mho, Ω –1 G = Konduktansi mho, Ω –1 B L = Suseptansi mho, Ω –1 Z = Impedansi Ω R = Resistor Ω X L = Reaktansi induktif Ω Rangkaian paralel resistor dan induktor diberikan tegangan AC, mengalir dua cabang arus yang lewat induktor I bL dan yang melewati resistor I W Gambar 3.32a. Diagram lingkaran memiliki tiga jari-jari lingkaran berbeda, jari-jari terluar menyatakan arus total I, jari-jari lingkaran tengah menyatakan arus resistor I W , dan jari-jari lingkaran terdalam sumber tegangan U Gambar 3.32b. Grafik tegangan sinusodal memperlihatkan gelombang tegangan sumber U dengan arus total I berbeda sudut phasa ϕ . Tegangan U sephasa dengan arus resistor I W , dengan arus induktor I BL berbeda 90°. Gambar 3.29 Resistor paralel induktor Gambar 3.30 Segitiga arus Gambar 3.31 Segitiga konduktansi, suseptansi dan admitansi 72 Gambar 3.32a, b, dan c Bentuk arus beban resistor paralel induktor Rangkaian paralel resistor dan induktor dengan sumber tegangan AC menghasilkan cabang arus resistor I W sebagai referensi, arus cabang induktor berbeda sudut phasa sebesar 90° terhadap arus I W , arus total merupakan penjumlahan arus cabang resistor dan arus cabang induktor.

3.5.3 Daya Listrik AC