119
Pada sisi primer kita anggap phasa T mendapat beban sebesar I
1
, sedang phasa R dan S mendapat beban sebesar
1 2
I
1
. Hubungan Dyn5 pada Gambar 4.45b,
belitan primer 20 KV dalam hubungan segitiga, belitan sekunder 400 V dalam hubungan bintang, beda phasa tegangan primer dan sekunder 150°. Saat beban
sekunder L
1
dan N mengalir I
2
, phasa R dan N. Pada belitan primer mengalir I
1
dari L
1
dan L
2
. Transformator dengan hubungan Zig-zag memiliki ciri khusus, yaitu belitan primer memiliki tiga belitan, belitan sekunder memiliki enam belitan.
Hubungan Yzn5 Gambar 4.46 menunjukkan belitan primer 20 KV terhubung dalam bintang L
1
, L
2
dan L
3
tanpa netral N. Belitan sekunder 400 V merupakan hubungan Zig-zag dimana hubungan dari enam belitan sekunder saling menyilang
satu dengan lainnya. Saat beban terhubung dgn phasa U dan N arus sekunder I2 mengalir melalui belitan phasa phasa U dan phasa S. Bentuk vektor tegangan
Zig-zag garis tegangan bukan garis lurus, tetapi menggeser dengan sudut 60°.
4.23 Pengelompokan Hubungan Transformator
Hubungan belitan transformator 3 phasa sesuai dengan Tabel 4.1 terbagi dalam kelompok jam 0 beda phasa 0° dan kelompok jam 5 beda phasa 150°. Belitan
primer dikelompokkan dalam hubungan bintang dan segitiga, sedangkan belitan sekunder ada hubungan bintang, segitiga dan zig-zag.
Gambar 4.46 Trafo daya Yyn5 dan bentuk vektor tegangan sekundernya
Gambar 4.44 Pemasangan trafo outdoor Gambar 4.45 Trafo daya Yyn6 dan Dyn5
dengan beban asimetris
120
Gambar 4.47 Name plate trafo daya tiga phasa Gambar 4.48 Pengaturan tapping
terminal trafo distribusi
Nameplate transformator 3 phasa pada Gambar 4.47 menjelaskan daya trafo 160 KVA, tegangan primer 20 KV, dengan tiga tahapan tapping, tegangan
sekunder 400 V. Arus primer 4,62 A dan arus sekunder 231 A. Impedansi trafo 4, frekuensi 50 Hz, Hubungan belitan trafo Yzn5, Klas isolasi A kemampuan
hubung singkat 1,8 detik. Rugi tegangan pada tegangan menengah 20 KV pasti terjadi karena pengaruh panjang kabel dan pengaruh beban. Tapping trafo pada
Gambar 4.48. Belitan primer dilakukan agar ratio N
1
N
2
tetap konstan, sehingga rugi tegangan tidak berpengaruh pada tegangan sekunder. Ada tiga tapping sesuai
nameplate, yaitu pada tegangan 20.800 V, tegangan 20.000 V dan tegangan 19.200 V.
Tabel 4.1 Grup Rangkaian Umum untuk Arus Putar-Transformator Daya
4.24 Paralel Dua Transformator
Paralel dua transformator dilakukan dengan cara menyambungkan secara paralel dua transformator. Tujuannya untuk mendapatkan kapasitas daya yang
tersedia lebih besar sesuai kebutuhan beban. Prosedur paralel trafo satu phasa dengan menyambungkan dua trafo Gambar 4.49. Terminal 2.1 trafo-1
121
dihubungkan voltmeter ke terminal 2.2 trafo-2. Terminal 2.2 trafo-1 disambung- kan ke terminak 2.1 trafo-2. Jika penunjukan voltmeter 230 V berarti dicapai beda
tegangan nominal. Lepaskan voltmeter dan sambungan terminal 2.2 dan terminal 2.1 trafo-2. Kemudian trafo-2 terminal 2.1 sambung kan ke-2L1, terminal 2.2 ke-2L2.
Syarat teknis paralel dua transformator. 1.
Tegangan kedua trafo harus sama. 2.
Ratio belitan N
1
N
2
kedua trafo sama.
Paralel dua trafo 3 phasa Gambar 4.50 harus memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut:
1. Ratio belitan N
1
N
2
kedua trafo identik sama termasuk setting tapping kedua trafo juga harus sama.
2. Impedansi kedua usahakan sama, trafo dengan kapasitas daya lebih kecil
impedansinya harus lebih besar. 3.
Ratio daya trafo besar dan kecil tidak melebihi 3 : 1.
Sebelum dilakukan penyambungan paralel dilakukan pengecekan dengan voltmeter, jika penunjukan adalah 0 volt, dapat disambungkan terminal seperti
Gambar 4.50. Jika salah dalam hubungan voltmeter maka penunjukan akan dua kali lipat tegangan terminalnya = 800 V.
4.25 Rangkuman