Pola Dasar Kepemimpinan Teori Kepemimpinan

otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model menjadi teladan, penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukum, restrukturisasi organisasi dan mengkomunikasikan visi.

2.1.1.2 Pola Dasar Kepemimpinan

Model kepemimpinan menurut George R. Terry didasarkan pada kenyataan bahwa kepemimpinan muncul dari adanya suatu hubungan yang kompleks terdiri dari: 1 pimpinan, 2 pengikut, 3 struktur organisasi, 4 nilai sosial dan pertimbangan politik Herujito, 2004; 181. Dalam setiap kepemimpinan ada dua pola dasar kepemimpinan, yaitu pola dasar kepemimpinan formal dan pola dasar kepemimpinan informal. 1. Pola Kepemimpinan Formal Kepemimpinan formal ada secara resmi pada seseorang yang diangkat dalam jabatan kepemimpinan. Hal ini tampak pada berbagai ketentuan yang mengatur hierarki organisasi dan dalam bagan organisasi. Adapun penerimaan atas kepemimpinan formal masih harus diuji dalam praktek yang hasilnya tampak dalam kehidupan organisasi. Jadi tidak secara otomatis merupakan jaminan diterima oleh para anggota. Kepemimpinan formal dikenal juga dengan istilah ”headship”. 2. Pola Kepemimpinan Informal Universitas Sumatera Utara Kepemimpinan informal tidak didasarkan pada pengangkatan, ia tidak terlihat dalam hieararki atau bagan organisasi. Efektifitas kepemimpinan informal terlihat pada pengakuan nyata dan penerimaan dalam praktek atas kepemimpinan seseorang. Biasanya kepemimpinan informal didasarkan pada kriteria sebagai berikut: a Kemampuan memikat hati orang. b Kemampuan membina hubungan yang serasi dengan organisasi atau orang lain. c Penguasaan atas arti tujuan organisasi yang hendak dicapai. d Penguasaan tentang implikasi implikasi pencapaian tujuan dalam kegiatan operasional. e Pemikiran atas keahlian tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain.

2.1.1.3 Teori Kepemimpinan

Teori-teori kepemimpinan pada umumnya berusaha menerangkan faktor- faktor yang memungkinkan munculnya kepemimpinan dan sifat dari kepemimpinan Pramudji, 1992 : 145. Studi tentang kepemimpinan bisa dikelompokan menjadi 4 empat pendekaten. Fiedler dalam Nawawi, 2003 : 44, menyatakan keempat teori kepemimpinan tersebut, yaitu: 1. Teori “Great Man” dan Teori “Big Bang” Teori ini mengemukakan kepemimpinan merupakan bakat atau bawaan sejak seseorang lahir dari kedua orang tuanya. Bennis dan Nannus dalam Nawawi, 2003 : 44 , menyatakan pemimpin dilahirkan bukan diciptakan. Teori ini Universitas Sumatera Utara melihat kekuasaan berada pada sejumlah orang tertentu, yang melalui peroses pewarisan memiliki kemampuan memimpin atau karena keberuntungan memiliki bakat untuk menempati posisi sebagai pemimpin. Teori Big-Bang mengintegrasikan antara situasi dan pengikut anggota organisasi sebagai jalan yang dapat mengantarkan seseorang menjadi pemimpin. Situasi yang dimaksud adalah peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian besar seperti revolusi, kekacauankerusuhan, pemberontakan, reformasi dan lain-lain. 2. Teori Sifat atau Karakteristik Keperibadian Teori ini mengemukakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin apabila memiliki sifat-sifat atau karakteristik kepribadian yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin, meskipun orang tuanya khususnya ayah bukan seorang pemimpin. Teori ini bertolak dari pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimipin ditentukan oleh sifat-sifatkarakteristik kepribadian yang dimiliki. 3. Teori Perilaku Teori ini bertolak dari pemikiran bahwa kepemimpinan untuk mengefektifkan organisasi, tergantung pada perilaku atau gaya bersikap atau gaya bertindak seorang pemimpin. Dengan demikian berarti teori ini juga memusatkan perhatiannya pada fungsi-fungsi kepemimpinan. Dengan kata lain, keberhasilan seorang pemimpin dalam mengefektifkan organisasi, sangat Universitas Sumatera Utara tergantung dari perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan di dalam strategi kepemimpinannya. 4. Teori Kontingensi atau Teori Situasional Teori situasional dapat disimpulkan bahwa seorang peminpin yang efektif memperhatikan faktor-faktor situasional yang terdapat di dalam organisasi. Karena faktor-faktor situasi tersebut tidak selalu tetap, maka diperlukan kemampuan dari peminpin untuk mengadaptasi kepeminpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

2.1.1.4 Definisi Gaya Kepemimpinan