Pola Relasi Sosial Masyarakat Agraris

tetap apabila petani pemilik membutuhkannya untuk mengolah lahannya namun tidak terikat dan dapat bekerja di tempat lain, dan buruh tani bebas tidak terikat dengan petani pemilik dan bebas bekerja di lahan pertaniaan siapa saja. Hasil kajian Kusyrono dalam Susilowati menyatakan bahwa di empat desa di Jawa Barat menemukan buruh tani yang mempekerjakan buruh tani tetap. Buruh tetap bekerja pada seorang pemilik lahan untuk berbagai macam kegiatan baik kegiatan pertanian maupun non pertanian. Penggunaan buruh tani tetap bagi pemilik lahan adalah kepastian untuk memperoleh tenaga kerja. Penggunaan buruh tani langganan mengandung tujuan yang sama dengan penggunaan buruh tani tetap. Penggunaan buruh tani langganan memperlihatkan peningkatan sistem upah harian, mingguan atau upah bulanan.Susilowati,2005 : 10. Buruh tani di desa Tanjung Rejo merupakan buruh tani yang memang hanya mendapatkan penghasilan dengan bekerja di bidang pertanian tanpa mengolah lahan dan buruh tani yang sekaligus memiliki lahan relatif sempit sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan juga bekerja sebagai buruh tani. Dengan terjalinnya relasi kerja antara petani dan buruh tani, secara otomatis juga terjalinnya relasi sosial diantara mereka.

2.1.3 Pola Relasi Sosial Masyarakat Agraris

Dalam artikel Gusti Alif Prassojo 2011 yang berjudul“Pola Hubungan Petani dalam Masyarakat”, dikatakan bahwa relasi sosial atau hubungan sosial tersebut menciptakan suatu kelompok atau komunitas. Relasi yang terus menerus dalam komunitas tersebut lama kelamaan akan menciptakan suatu pola. Pola hubungan inilah yang membuat setiap manusia mendapat bagiannya sendiri-sendiri dalam komunitas. Petani adalah mahluk manusia dan manusia Universitas Sumatera Utara adalah mahluk sosial yang dalam kehidupannya tidak dapat lepas dari manusia lain. Dahulu sebagian besar petani, anggota keluarganya juga ikut bertani meski bukan pekerjaan utamanya. Antara petani dan keluarganya tersebut memiliki suatu pola relasi atau hubungan yang saling mendukung. Relasi yang saling mendukung tersebut yang membuat keluarga petani hidup dengan tentram. Begitu juga antara petani dan buruh tani juga memiliki suatu pola relasi yang sangat mendukung. Di desa-desa para petani menjunjung tinggi rasa persaudaraan. Itu terbukti dengan semangat gotong royong yang kuat, pembuatan rumah yang tidak perlu menyewa tukang bangunan, penanaman padi yang dilakukan secara beramai-ramai, panen yang juga dilakukan secara beramai-ramai, bila ada hajatan “terdengar suara sound yang keras” mereka langsung berbondong-bondong mengungkapkan rasa simpati mereka. Relasi antara petani satu dan yang lain sangat harmonis. Masalah memang ada dalam masyarakat pertanian, sebagai contoh saat petani kesulitan air dimusim kemarau mereka berebut mendapatkan jatah air, pertikaian antar kampung lantaran rasa solidaritas tinggi tanpa dibarengi logika, dan lain-lain.Prassojo, 2011. Pola relasi sosial antar petani dan buruh tani yang terjadi di desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang terdapat tiga relasi sosial yang terjalin yaitu relasi petani dengan buruh tani tetap, relasi petani dan buruh tani langganan dan relasi petani dengan buruh tani bebas. Ketiga relasi sosial ini memiliki bentuk relasi sosial yang berbeda-beda. Relasi petani dan buruh tani bebas ditandai dengan adanya relasi ketetanggaan dan bahkan hanya relasi kerja atau pertukaran sosial atau hubungan transaksi di Universitas Sumatera Utara pasar tenaga kerja saja. Relasi petani dengan buruh tani langganan ditandai dengan adanya hubungan kekerabatan, persaudaraan, kekeluargaan, dan lainnya.Banyak petani yang hasil panen bersihnya setelah dipotong sewa dan biaya produksi dibawah subsistensi, pekerjaan-pekerjaan sampingan itu sudah merupakan bagian yang lazim dan tidak terpisahkan dan subsistensi secara keseluruhan. Seorang petani mungkin akan dibantu oleh sanak saudaranya, kawan-kawannya, warga desanya, seorang pelindung yang berpengaruh dan malahan jarang sekali olehnya untuk mengatasi satu masa yang sulit akibat gagal panen. Sanak saudaranya biasanya merasa berkewajiban untuk berbuat apa yang dapat diperbuat untuk menolong seorang kerabat dekat yang sedang dalam kesulitan, akan tetapi mereka tidak dapat menawarkan lebih dari sumber daya yang dapat mereka mampu di kalangan mereka sendiri.Scott, 1994 : 40. Relasi petani dan buruh tani tetap ditandai dengan adanya relasi patronase yakni hubungan yang relatif lebih rumit. Relasi patronase yang terbentuk bervariasi tergantung kompleksitas hubungan yang telah terjadi dan perbedaan sosial budaya yang melatarbelakanginya. Dalam banyak hal, orang tidak dapat mengandalkan kepada sesama warga desanya untuk mendapat bantuan dalam jumlah dan dengan kepastian yang sama besarnya dengan apa yang bisa diperolehnya dari kerabat dan tetangga-tetangganya. Dengan demikian banyak buruh tani yang meminta tolong pada orang yang memiliki status sosial yang lebih atas yang dapat membantunya. Orang tersebut disebut dengan patron. Patron dianggap pelindung bagi kliennya karena patron dapat membantu klien-kliennya dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Universitas Sumatera Utara

2.2 Hubungan Patron–Klien Patron-Client Relationship dalam