langganannya. Hal ini dilakukan karena kebanyakan buruh taninya adalah saudaranya sendiri, seperti yang diaktakan oleh Scott 1994 bahwa sanak
saudara dalam masyarakat pertanian merasa berkewajiban untuk berbuat apa yang dapat di perbuat untuk menolong seorang kerabat dekat yang sedang
dalam kesulitan, akan tetapi mereka tidak dapat menawarkan lebih dari sumber daya yang dapat mereka lakukan di kalangan mereka sendiri Scott, 1994 : 40.
Salah satu cara yang dilakukan oleh petani-petani di desa ini untuk membantu saudaranya adalah dengan mempekerjakannya dan memberikan upah yang
lebih banyak dibanding biasanya. Karena mereka tidak dapat melakukan hal lain atau menawarkan lebih dari sumber daya mereka misalnya memberikan
hak garap pada saudaranya. Jadi salah satu cara untuk membantunya adalah dengan mempekerjakannya dengan memberikan upah lebih.
Pemberian upah lebih ini juga sebagai bentuk terima kasih karena sudah ingin bekerja dengan baik sesuai dengan kemauannya dan sebagai
bentuk tindakan manusia yang berjiwa sosial jadi ingin membantu terhadap sesama. Petani lebih sering memilih saudaranya yang bekerja sebagai buruh
tani langganannya daripada orang lain. Sebaliknya buruh tani langganan merasa beruntung apabila memiliki petani langganan selain mereka sering
diperlakukan dengan baik oleh petani langganannya, mereka juga tidak sulit lagi untuk mencari pekerjaan. Karena mereka sudah memiliki petani langganan
yang pasti akan menyuruh atau meminta mereka untuk bekerja.
4.4.3 Relasi Petani dan Buruh Tani Tetap
Relasi petani dengan buruh tani tetap di desa ini berjalan relatif rumit dan terkait erat yaitu terjalin relasi patronase. Hubungan mereka tidak hanya
Universitas Sumatera Utara
sekedar hubungan kerja dan relasi sosial seperti biasanya, tetapi jauh lebih dekat bahkan buruh tetap sudah dianggap sebagai saudara yang terjalin
hubungan sangat erat. Keeratan ini terbetuk karena intensitas pertemuan mereka sangat tinggi. Hampir setiap hari mereka bertemu. Berbeda dengan
relasi petani dengan buruh tani bebas dan langganan yang bertemu hanya pada saat turun sawah saja.
Relasi petani dan buruh tani tetap di desa ini sering disebut sebagai relasi majikan dengan pekerjanya. Dalam hubungan ini petani memiliki
kekuasaan untuk menyuruh buruh taninya melakukan pekerjaan apa saja yang dikehendakinya dan buruh tani selalu mengikuti perintah yang diberikan oleh
petani. Karena itu petani disebut dengan patron dan buruh tani disebut dengan klien.
Relasi mereka terjalin tidak hanya sebagai majikan dan buruh, tetapi sudah meluas pada hubungan persaudaraan atau kekeluargaan. Berdasarkan
hasil wawancara dengan Bapak Yudi sebagai berikut : “kalau kami ini sama pak Legino udah kayak saudara malah. Udah gak
kayak pekerja lagi awak dibuatnya. Malahan lebih deket sama bapak ini daripada sama saudara awak”. Hasil wawancara tanggal 11
Februari 2012. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan Bapak Ebet sebagai
berikut: “saya ini sudah dianggap kayak anak sendiri sama bapak itu. Kan disini
saya merantau. Kalaupun mau minta bantuan ya sama bapak ini. istilahnya kan dia udah jadi bapak awak walaupun gak kandung” Hasil
wawancara tanggal 11 Februari 2012. Mereka sudah menganggap bahwa mereka adalah bersaudara. Petani
memperlakukan buruh tetapnya bukan sebagai pekerja lagi tetapi sudah diperlakukan sebagai saudaranya sendiri. Begitu juga buruh tetapnya, mereka
Universitas Sumatera Utara
sudah menganggap petani atau majikannya tersebut sebagai ayahnya yang selalu membantunya, melindunginya, apabila mereka mengalami kesulitan.
Buruh tani tetap tidak lagi mengutamakan atau mengandalkan saudaranya atau tetangganya, atau sesama warga desanya untuk dapat membantunya, tetapi
mereka mengharapkan bantuan atau meminta tolong terutama kepada majikannya. Mereka menganggap majikannya memiliki kemampuan untuk
membantu dan memiliki status sosial yang tinggi di masyarakat. Seorang petani atau seorang majikan di desa ini yang memiliki buruh
tani tetap adalah petani yang memiliki lahan seluas 2ha keatas baik itu kepemilikan tetap atau kepemilikan sementara menyewa. Karena itu petani
yang memiliki buruh tani tetap dianggap sebagai orang yang memiliki status sosial yang lebih tinggi. Petani ini disebut dengan patron yang dapat membantu
kliennya buruh taninya dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Berdasarkan wawancara dengan bapak Legino sebagai berikut :
“saya punya pekerja tetap untuk bantu saya itu karena saya punya lahan luas, ada 7 ha, buat penangkaran bibit, jadi rasanya saya perlu ekerja
tetap. Terus kalau kita punya pekerja gini, sama aja kan kita menciptakan lapangan kerja. Apalagi sekarang cari kerja itu
susah”.Hasil wawancara tanggal 23 Januari 2012.
Pekerja merasa senang apabila menjadi buruh tani tetap karena dengan menjadi buruh tani tetap maka mereka dapat bekerja setiap hari. Berdasarkan
hasil wawancara dengan Bapak Yudi sebagai berikut : “enak kalilah bisa kerja kayak gini, gak susah-susah lagi cari kerja,
awak udah ada kerja netap. Istilahnya penghasilannya pun da pasti ada”. Hasil wawancara tanggal 11 Februari 2012.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini berarti mereka pasti akan mendapatkan penghasilan yang rutin setiap harinya. Mereka juga tidak merasa susah lagi untuk mencari pekerjaan,
karena mereka sudah dapat bekerja setiap harinya, apalagi sekarang lapangan pekerjaan sudah sulit. Menjadi buruh tetap adalah keberuntungan bagi mereka.
Bahkan petani ini sering memberikan pinjaman berupa uang kepada buruh taninya apabila buruhnya membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhannya.
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Yudi sebagai berikut : “kadang bapak ini juga ngasih utangan sama kami. Kalau kami
bayarnya ya kalau punya uang. Gak potong gaji. Kalau kita bilang potong gaji, nanti baru dipotong gaji kita”. Hasil wawancara tanggal
11 Februari 2012. Pembayaran pinjaman ini bisa dibayar kapan saja, bisa dengan
pemotongan gaji dan bayar tunai. Namun buruh tani sendiri merasa segan apabila membayar hutang terlalu lama. Selain itu, mereka juga saling bantu
membantu di luar pekerjaan misalnya membantu mempersiapkan pesta yang akan diselenggarakan, seperti para keluarga petani lainnya.
4.5Pola Relasi Patron Klien Petani dan Buruh Tani
Relasi patronase atau patron klien ini terjalin antara petani dengan buruh tani tetap karena relasi mereka paling erat dan paling lama terjalin
dibandingkan dengan relasi petani dengan buruh tani bebas dan buruh tani langganan. Relasi mereka dapat dikatakan sebagai relasi majikan dan
pekerjanya tau relasi patron dan kliennya. Relasi patronase ini sudah berlangsung dalam waktu yang relatif lama, sehingga telah membentuk suatu
pola. Majikan dalam relasi ini memiliki kekuasaan terhadap pekerjanya. .
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Yudi sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
“namanya kita kerja ya kita harus maksimal. Apalagi bapak ini baik, kita juga harus bekerja dengan baik. Kita nurut apa yang disuruh sama
dia. Ya harus gini. Masak orang udah baik terus kita gak mau nurut”. Hasil wawancara tanggal 11 Februari 2012.
Sama halnya dengan yang dikatakan oleh Bapak Ebet sebagai berikut :
“kita kan disini udah dibayar untuk kerja jadi apa yang disuruh pasti kita buat. Apalagi bapak ini orangnya baik, kita kan juga harus baik.
Kadang aja bapak ini juga nyuruh ntah ngambil-ngambil barang apa. Ya kita mau aja, walaupun itu bukan kerjaan kita”. Hasil wawancara
tanggal 11 Februari 2012. Majikan dan pekerjanya memiliki hubungan yang vertikal yaitu
memiliki status sosial yang berbeda. Majikan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjanya yang memiliki kedudukan yang lebih
rendah. Majikan dapat memerintah apapun pekerjaan yang harus dikerjakan oleh pekerjanya. Pekerjanya akan mematuhi semua perintah yang
diperintahkan oleh majikannya pada saat kapan pun juga. Pekerja sangat berharap kepada majikannya agar mereka tetap dipekerjakan supaya mereka
dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka dan bertahan hidup. Rasa terima kasih klien kepada patronnya merupakan kewajiban klien untuk mengerjakan
apa yang diperintahkan oleh patronnya. Pekerja selalu berusaha untuk memenuhi apa yang diperintahkan oleh majikannya. Misalnya patron
menyuruh lembur, maka pekerja kerja akan lembur. Hal ini berarti majikan memiliki kekuasaan untuk memerintah pekerjaanya. Bahkan di luar
pekerjaannya pun buruh tani tetap akan melakukan pekerjaan itu. Ini merupakan rasa terima kasih pekerja terhadap majikanya karena majikan
merupakan pelindung baginya yang selalu membantunya.
Universitas Sumatera Utara
Klien juga merasa segan apabila istirahat terlalu lama atau lama dalam mengerjakan pekerjaan. Berdasarkan wawancara dengan bapak Ebet sebagai
berikut : “kalau saat istirahat ya kami istirahat, kalau kerja ya kerja. Tapi ya gak
mungkin kami duduk-duduk aja. Kita kan digaji, seganlah kalau malas- malasan. Kalau bisa itu kita kerjanya betul-betul”.Hasil wawancara
tanggal 11 Februari 2012.
Klien tidak mau duduk-duduk ketika jam kerja. Klien selalu bekerja semaksimal mungkin. Mereka tidak ingin dianggap malas atau kelihatan malas
oleh majikannya. Kedekatan relasi patron dengan kliennya juga menimbulkan kepercayaan diantara mereka. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak
Yudi sebagai berikut: “kalau awak mau minjem uang sama bapak ini, kalau ada pasti dikasih.
Dan seringnnya kalau kita minjem ya ada, karena kita juga agk banyak- banyak minjemnya. Kadang kalau awak minjem Rp 5.000.000, nanti
misalnya gak ada, nanti dikasihnya setengah, tapi ya tetep dikasih”. Pokoknya beruntunglah kerja disini”. Hasil wawancara tanggal 11
Februari 2012. Sama yang dikatakatan oleh Bapak Ebet sebagai berikut:
“kalau bantu itu banyak yang dibantu sama dia. Kalau kita minjem misalnya untuk anak kita sakit, sekolah, kebutuhan lain, atau kita kena
musibah, pasti dikasih. Kadang bapak ini pun jenguk ke rumah”. Hasil wawancara tanggal 11 Februari 2012.
Kepercayaan ini dapat dilihat dari pemebrian pinjaman atau bantuan.
Klien juga percaya bahwa patronnya akan memberikan bantuan kepadanya apabila klien meminta bantuan kepadanya dan patron percaya bahwa kliennya
akan bekerja sebaik mungkin padanya. Patron akan memberikan bantuan sekuat kemampuannya dan klien sangat berterima kasih dengan bekerja sebaik
mungkin kepada patronnya. Patron juga memberikan bantuan yang diberikan lebih bersifat personal seperti membantu dalam biaya sekolah anak kliennya,
Universitas Sumatera Utara
membantu dalam biaya pengobatan apabila keluarga kliennya sakit, dan sebagainya.Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Ebet yang
sering menerima bantuan dari majikannya untuk memenuhi kebutuhan personalnya, sebagai berikut:
“bapak itu kalau sama saya udah gak kayak orang lain. Ini saya kan butuh motor, dia belikan dulu untuk uang muka. Nanti saya bayarnya
nyicil sama dia. Padahal kan saya ini pekerjanya”.Hasil wawancara tanggal 11 Februari 2012.
Dengan demikian,pekerja akan merasa segan untuk melakukan sesuatu
yang dapat merusak hubungan antara patron dan klien. Pekerja membalas semua pemberian majikannya dengan kesetiannya kepada majikannya serta
keluarganya yaitu pekerja segan untuk keluar dari pekerjaanya kalau tidak dalam kondisi kritis. Pekerja merasa memiliki kewajiban untuk membalas budi
kepada patronnya. Membalas budi merupakan salah satu moral bagi relasi patronase yang terjalin dalam relasi petani dengan buruh tani tetap. Selain itu,
pekerja juga akan segan untuk melakukan kecurangan dalam bekerja, misalnya memperlama waktu istirahat. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak
Yudi sebagai berikut: “kalau mau keluar gak kerja lagi ya gak apa-apa, tapi ya udah enak kok
pergi. Ya awak pun gak enak kalau mau keluar, wes apik kayak gini sama kita. Kalau keluar itu kan kalau majikannya gak baik”. Hasil
wawancara tanggal 11 Februari 2012.
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan Bapak Ebet sebagai berikut:
“kita itu kalau kerja ya kerja, gak pernah kami neko-neko. Kalau orang baik sama kita, ya kita pasti baik sama dia. Buat apa malas-malasan,
toh juga dikasih waktu istirahat. Masak ada kerjaan di depan mata kita enak-enakan”. Hasil wawancara tanggal 11 Februari 2012.
Universitas Sumatera Utara
Rasa keseganan secara tidak langsung mengikat para pekerja untuk selalu bekerja dan patuh terhadap apa yang diperintahkan oleh majikannya.
pekerja tidak ingin merusak hubungan baik dengan majikannya dengan ketidakjujurannya. Mereka selalu bersikap jujur dalam bekerja.
Majikan dapat memberikan perlindungan dan bantuan kepada pekerjanya. Sebaliknya pekerja juga membalas dengan jasanya dalam bekerja
dan membantu semua pekerjaan majikannya termasuk di luar pekerjaannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Yudi sebagai berikut:
“ awak ini udah kayak dulor,nanti kalau dia pesta, mau bangun, ya kita bantuin. Gitu juga sama kita. Nanti kalau gak banyak kerja, ya kita
bantu-bantu bersiin kebunnya, kadang ya ngeduk paret rumahnya, ngasih makan ayamnya. Bapak ini juga pernah ngasih awak modal
untuk bertani nanti bayarnya kalau panen. Kayak saudaralah..” hasil wawancara tanggal 11 Februari 2012.
Rasa persaudaraan ini ditanamkan majikan bertujuan supaya tercipta
kenyamanan bagi pekerjanya sehingga merasa betah bekerja di tempatnya. Bahkan ada seorang pekerja yang hidup merantau kemudian bekerja pada salah
seorang petani dan sekarang pekerja telah diangkat sebagai anak angkatnya. Pengenalan diantara mereka sudah mendalam sehingga hal-hal pribadi si
pekerja juga diketahui oleh majikan. Pekerja melakukan pelayanan pribadi kepada majikannya, karena pekerja tidak dapat membalas jasa patronnya
dengan material atau uang seperti yang diberikan oleh majikannya, karena itu pekerja membalasnya dengan memberikan pelayanan yang terbaik bagi
patronnya. Seperti membantu memperbaiki rumah, mengolah tanah, mengurus ternak, dan lain-lain. Di lain pihak pekerja dibantu tidak hanya dalam bentuk
modal usaha pertanian saja, melainkan juga kalau ada musibah, mengalami
Universitas Sumatera Utara
kesulitan dalam mengurus sesuatu, mengadakan pesta-pesta atau selamatan tertentu dan berbagai keperluan lainnya.
Relasi patronase yang terjalin antara petani dan buruh tani tetap di desa ini bersifat semu dan berbentuk assosiatif atau kerja sama. Mereka saling
membutuhkan, melakukan pertukaran dengan berbagai bentuk, mereka saling percaya satu dengan lainnya, bahkan mereka masing-masing telah
menganggap saudara. Hal ini sesuai dengan pernyataan Scott dalam Ibrahim 2003 bahwa relasi patronase merupakan proses assosiatif yang berbentuk
kerja sama antar dua orang yang berbeda statusnya, dengan ciri-ciri si patron melindungi klien dalam berbagai transaksi, saling membutuhkan, saling
percaya, dan kedua belah pihak terlibat dalam keakraban. Scott dalam Ibrahim:2003,24. Majikan memberikan pengetahuan kepada pekerjanya
dalam bekerja pada awal pekerja mulai bekerja. Majikan juga memberikan segenap pengetahuan kepada pekerjanya agar pekerjanya dapat bekerja dengan
baik dan menguasai pekerjaan tersebut. Pertukaran yang terjadi dalam relasi mereka terlihat sebagai pertukaran
yang terdapat ketidaksamaan. Hal ini terjadi karena pekerja tidak memiliki materi yang sama dengan majikannya sehingga pekerja merasa sangat segan
dan terikat dengan relasi kerja ini. Hal ini sama dengan pernyataan Scott bahwa bahwa hubungan patronase mempunyai ciri-ciri tertentu yang
membedakannya dengan hubungan sosial lain, salah satunya yaitu terdapat ketidaksamaan inequality dalam pertukaran. Dalam pengertian ini seorang
klien adalah seseorang yang masuk dalam hubungan pertukaran yang tidak seimbang unequal, di mana dia tidak mampu membalas sepenuhnya. Suatu
Universitas Sumatera Utara
hutang kewajiban membuatnya tetap terikat pada patron. Scott dalam Ramadhan, 2009: 15.
4.6 Pertukaran Sosial Petani dengan Buruh Tani