Latar Belakang PROYEK PERANCANGAN

2

BAB 1 PROYEK PERANCANGAN

DALAM KERANGKA ACUAN KERJA

1.1 Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir, transformasi industri perkotaan telah memberikan banyak kesempatan untuk pembangunan kembali daerah tepian sungai. Pada saat yang sama, kasus yang berhasil dikembangkan dengan baik berada di Benua Eropa dan Amerika, dengan demikian orang-orang menyadari bahwa pengembangan tepian sungai ini dapat menaikkan nilai sosial dan ekonomi yang sangat besar. Sementara itu, tepian muka sungai banyak menjadi hal utama dalam perencanaan kota dan mempunyai nilai bersejarah, yang membuatnya menjadi suatu bagian dari ekologi lingkungan dan lansekap kawasan yang kuat. Karena keterbatasan pemahaman dan biaya dalam departemen pemerintah, sebagian langkah transformasi atau revitalisasi daerah tepian sugai saat ini telah ditangani oleh departemen yang berbeda, misalnya seperti departemen yang mengurusi masalah pemeliharaan air yang hanya menekankan pengendalian banjir dan irigasi, lalu sektor tranportasi yang menekankan fungsi transportasi air, serta dalam sektor pariwisata yang seringkali hanya mempertimbangkan nilai-nilai wisata. Departemen-departemen tersebut menganggap bahwa sungai hanya sebagai entitas rekayasa daripada ruang publik perkotaan. Maka, pemerintah akhirnya mempertimbangkan kebutuhan psikologis dan fisiologis rakyat dengan merencanakan proyek ini sebagai gerakan revitalisasi pada kawasan-kawasan tepian sungai yang berada di Kota Medan. Dalam konteks kota-kota di Indonesia kawasan muka sungai riverfront merupakan kawasan yang paling identik dengan lokasi terlantar, tidak tertata dan kumuh. Universitas Sumatera Utara Daerah sempadan sungai yang seharusnya bebas struktur fisik kerap diisi oleh bangunan atau fungsi yang tidak legal. Kenyataan ini diperburuk dengan kecenderungan masyarakat yang menjadikan sungai sebagai daerah belakang, yang berfungsi sebagai sasaran akhir sebegai tempat pembuangan sampah. Berbagai upaya mengembalikan fungsi sungai sebagai daerah muka, dan memperbaiki kondisi fisiknya sampai saat ini masih jauh dari yang diharapkan. Penggunaan dan pembangunan yang tidak terkendali di daerah sempadan sungai merupakan kondisi nyata di lapangan yang mengindikasikan kompleksitas permasalahanyang harus diatasi. Pada daerah tepian sungai, eksistensi kehidupan air pada nilai-nilai sosial - ekonomi masyarakat diimplementasikan dalam wujud pola ruang perkotaan yang dibentuknya. Dalam dinamika pertumbuhan dan perkembangan yang dibentuk dalam waktu panjang dan terakumulasi dari setiap tahapan perkembangannya, muncul pola ruang perkotaan yang tidak terkendali dan terlepas dari nilai kehidupan sungai. Tercatat pada tahun 2008 Kota Medan memiliki kawasan kumuh yang menyebar di 7 kecamatan dan 18 kelurahan dengan luas sekitar 403 hektar. Luas daerah kumuh di Medan mencapai 1,5 per tahun dari total keseluruhan luas daerah tersebut. Daerah ini meliputi tujuh kecamatan antara lain Medan Area dengan luas daerah kumuh 24,55 hektar dengan 1.625 penduduk miskin, Medan Denai 207.4 hektar dengan 6.849 penduduk miskin, Medan Perjuangan 14.30 hektar dengan 1.067 penduduk miskin, Medan Belawan 61.35 hektar dengan penduduk miskin 17.716 warga, Medan Deli 112.2 hektar dengan penduduk miskin 25.280 orang, Medan Labuhan 56,5 hektar dengan penduduk miskin 20.599 dan Medan Marelan 27 hektar dengan 11.931 penduduk miskin. Kondisi ini menimbulkan tekanan yang sangat kuat terhadap kualitas lingkungan, serta penyediaan sarana dan prasarana perkotaan. Permasalahan menjadi lebih kompleks Universitas Sumatera Utara mengingat cepatnya perubahan lahan produktif menjadi berbagai keperluan seperti permukiman, prasarana umum, serta area komersial yang dapat menciptakan suasana sosial dan ekonomi antar manusia dapat terjalin. Dalam upaya mengatasi permukiman kumuh di kota Medan, khususnya pada daerah bantaran sungai, perlu dilakukan penataan dan revitalisasi yang tepat sehingga dapat meningkatkan mutu lingkungan tata ruang dan mempertegas struktur ruang kota serta memberikan pemecahan masalah terhadap semakin sempitnya lahan permukiman di Kota Medan khususnya untuk tepian muka sungai.

1.2 Maksud dan Tujuan