Material Bangunan Ruang Terbuka dan Tata Hijau Sistem Utilitas Kawasan

2.3.2 Material Bangunan

Material yang digunakan setiap bangunan bervariasi, untuk konstruksi rumah banyak menggunakan beton dan kayu, dinding bangunan menggunakan batu bata dan kayu, untuk bahan atap menggunakan seng sebagai penutup bangunan. Pada kawasan proyek terlihat kondisi rumah berdasarkan kenyamanan termal tidak memenuhi standar rumah yang seharusnya. Akibat rumah-rumah yang menempel satu sama lain, sirkulasi udara dan cahaya pada rumah tidak baik. Gambar 2.5 Material Beton Sumber : Penulis 2014 Gambar 2.6 Material Kayu Sumber : Penulis 2014 Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Ruang Terbuka dan Tata Hijau

Gambar 2.7 Area Ruang Terbuka Hijau pada Lokasi Proyek Perancangan Sumber : Penulis 2014 Dilihat pada gambar di atas, kebanyakan ruang terbuka yang tersedia dijadikan tempat untuk menumpuk barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi dan dijadikan tempat sampah. Terdapat beberapa ruang terbuka lainnya, namun kesemuanya ditutup dengan perkerasan sehingga tanaman apapun tak bisa menumbuhi ruang terbuka tersebut. Lapangan sekolah terutama sangat tidak aman untuk anak-anak bermain karena merupakan perkerasan dan juga tidak ada terdapat satupun pohon sehingga terasa gersang dan panas. Pinggiran sungai yang terdapat banyak pohon seharusnya dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau yang bisa digunakan sebagai aktivitas sosial, namun pada site kebanyakan pinggiran sungai dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah rumah Universitas Sumatera Utara tangga warga kampung Hamdan. Sirkulasi udara di sekitar sitepun kurang nyaman dan terasa panas ketika berjalan karena tidak ada pohon disekitar perumahan warga.

2.3.3 Sistem Utilitas Kawasan

Kondisi utilitas pada lokasi perancangan belum memadai. Kondisi saluran dreinase yang berupa selokan tidak memiliki penutup, sehingga menjadi tempat menumpuknya sampah. Hal ini menyebabkan pemandangan pada lokasi perancangan tidak menyenangkan dan dapat berdampak negatif bagi kesehatan warga setempat. Kondisi yang mengkhawatirkan juga terlihat dari kebiasaan warga yang menggunakan kabel listrik sebagai tempat menjemur pakaian. Beberapa penerangan jalan dibuat sendiri oleh warga dengan menggantung lampu pada kabel listrik. Gambar 2.8 Gambar Lampu Jalan Pada Lokasi Perancangan Sumber : Pemulis 2014 Kondisi yang sama mengkhawatirkannya juga terlihat pada lokasi perancangan yang tidak memiliki tempat pembuangan sementara TPS sehingga di beberapa titik pada lokasi perancangan menjadi tempat menumpuknya sampah warga termasuk di pinggiran Universitas Sumatera Utara Sungai Deli, bahkan ironisnya tidak hanya di pinggiran tetapi badan sungai juga menjadi tepat pembuangan sampah warga sekitar. Masalah dreinase pada kawasan juga merupakan masalah yang cukup rumit untuk diselesaikan. Kurangnya kesadaran warga akan pentinganya kesehatan menjadi sorotan utama pada kawasan ini. Dimulai dari kesadaran warga mengenai membuang sampah pada tempatnya. Malah kebanyakan warga meletakkan sampah begitu saja di samping rumah atau di tepi jalan pedestrian, di selokan-selokan yang berada di sekitar rumah warga. Gambar 2.9 Gambar keadaan saluran dreinase pada tapak Sumber : Penulis 2014 Selokan warga baik yang besar maupun kecil dipenuhi oleh sampah rumah tangga maupun sampah-sampah organik dan non organik. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 2.4. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.10 Gambar keadaan pinggiran sungai sebagai Tempat Pembuangan Sampah Sumber. Penulis 2014 Pinggiran sungai juga dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah rumah tangga dan industri, dapat dilihat pada Gambar 2.5. Kondisi ini membuat Sungai Deli di kawasan ini tercemar dan mengurangi kedalaman sungai karena sampah yang masuk ke dalam sungai, yang mengakibatkan sampah mengendap di dasar sungai.

2.3.4 Akses Kendaraan