Selain itu, arsitektur hijau diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap
kesehatan. Arsitektur hijau juga dapat direncanakan melalui tata letak, konstruksi, operasi dan pemeliharaan bangunan.
3.2 Aspek Berkelanjutan
Terdapat tiga aspek utama yang harus diperhatikan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, yaitu aspek ekologi, sosial, dan ekonomi, dan masing-
masing aspek tersebut mempunyai persyaratan agar pembangunan suatu wilayah atau suatu sektor dapat berlangsung secara berkelanjutan. Antara spek tersebut sebaiknya
terintegrasi sehingga pembangunan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat tanpa mengabaikan prinsip-prinsip kelestarian sumber daya
alam dan lingkungan hidup. Terdapat beberapa syarat dalam aspek ekologi ini, yaitu : Pertama, keharmonisan
ruang diperlukan dalam kehidupan manusia dan kegiatan pembangunan. Kedua, tingkat pemanfaatan sumberdaya dapat pulih tidak boleh melebihi kemampuan pulih dari
sumberdaya tersebut dalam kurun waktu tertentu. Ketiga, eksploitasi sumberdaya tidak pulih harus dilakukan dengan cara yang tidak merusak lingkungan agar tidak mematikan
kelayakan usaha sektor pembangunan lainnya. Keempat, pembuangan limbah yang memenuhi kapasitas asimilasi lingkungan. Dan kelima, pembangunan kawasan harus
sesuai dengan kaidah alam yang tidak merusak secara ekologis. Memandang pentingnya penekanan demokratisasi, pemberdayaan, peran serta,
transparansi, dan keutuhan budaya sebagai kunci untuk melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan. Proses pemberdayaan, peran serta dan transparansi saat ini masih
menggunakan pola konvensional yang belum dilaksanakan dengan seutuhnya. Intervensi
Universitas Sumatera Utara
pemerintah dan keengganan mitra kerja dalam membangun sistem yang proporsional dan sistematis merupakan penghambat dalam pembangunan yang berkelanjutan. Keterbukaan
dan memberikan ruang bagi pihak-pihak yang berperan serta sangat diperlukan dalam pembangunan yang berkelanjutan, sehingga setiap komponen saling mengenali dan
berperan aktif. Kebiasaan masyarakat yang suka berkumpul menjadi sorotan utama di kampung
Hamdan ini. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa suka berkumpul untuk melakukan interaksi dengan tetangga ataupun warga sekitar. Area berkumpul warga pun
tersebar di banyak tempat, mulai dari area tepi sungai, warung-warung makan, area ruang terbuka, bahkan bantaran jalan di dalam lokasi perancangan. Kegiatan yang mereka
lakukan juga cukup beragam, misalkan apabila berkumpul di sungai mereka melakukan beberapa kegiatan seperti mandi, mencuci baju, memancing, bahkan melakukan
pembuangan akhir seperti buang air bahkan buang sampah. Kondisi ini sangat ironi sekali, mengingat mereka juga menggunakan air untuk memasak nasi, mencuci, bahkan
melakukan aktivitas mandi di sungai. Bisa dibayangkan bagaimana tercemarnya air sungai apabila pembuangan itu tetap berlangsung walaupun kegiatan pokok masyarakat
di sungai lebih mengutamakan air yang bersih dan sehat karena akan digunakan untuk konsumsi langsung seperti mandi bahkan minum.
Perlunya memfokuskan perhatian pada upaya peningkatan kemakmuran semaksimal mungkin dalam batasan ketersediaan modal dan kemampuan teknologi.
Sumberdaya alam merupakan modal yang akan menjadi langka dan menjadi kendala bagi upaya kemakmuran, sedangkan sumberdaya manusia dengan kemampuan teknologinya
akan menjadi tumpuan harapan untuk melonggarkan batas dan mengubah kendala yang ada sehingga perkembangan kemakmuran terus berlanjut.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat Kampung Hamdan terkenal dengan industri baksonya, dapat dilihat dari terdapatnya warung bakso yang cukup terkenal di kota Medan yaitu bakso Amat
yang terletak di pinggiran lokasi perancangan Kampung Hamdan ini. Keadaan ini menjadi poin penting dari kawasan, walaupun tidak sebahagian besar warga bermata
pencaharian sebagai tukang bakso, tapi setidaknya ada contoh kasus yang berhasil dalam usaha bakso yang bisa dijadikan sebagai ciri khas kampung tersebut. Namun selain usaha
bakso, dikampung ini juga banyak terdapat usaha-usaha warga yang lain seperti warung nasi, toko jajanan, warkop, salon, penjahit, bengkel, dan lain-lain. Usaha-usaha itu
sebahagian besar terdapat di pinggiran lokasi perancangan yang berorientasi ke jalan sehingga dengan keadaan ini memicu terjadinya kemacetan. Bantaran jalan yang
digunakan sebagai tempat parkir mengakibatkan kemacetan yang cukup parah, ditambah lagi ruas jalan yang cukup kecil. Penjabaran ini merupakan poin-poin besar bagaimana
keadaan sosial ekonomi warga di kampung tersebut, mulai dari kebiasaan hingga mata pencaharian warga yang dominan.
3.3 Penerapan Pendekatan Desain Terhadap Desain