Analisis Multivariat HASIL PENELITIAN

31,6 dan stres berat tidak ditemukan. Sedangkan beban kerja yang berat seluruhnya100 hanya mengalami stres sedang. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square memberikan hasil p 0,001 α 0,05 sehingga dapat diketahui sebuah kesimpulan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara beban kerja dengan stres kerja.

4.4. Analisis Multivariat

Hasil uji regresi linier ganda pada variabel hubungan beban kerja dan kondisi dengan stres kerja pada perawat di instalasi rawat inap RSU Kabanjahe, dapata diuraikan bahwa nilai koefisien B beban kerja = 0,912 dan kondisi kerja 1,275, dengan nilai konstanta 14,083, maka diperoleh persamaan regresi linier yaitu : Y = -14,083 + 0,912 BK + 1,275 KK Penjelasan dari persamaan tersebut adalah jika ada penambahan satu point beban kerja terhadap perawat maka akan terjadi peningkatan stres kerja sebesar 0,912, begitu juga jika ada penambahan satu point pada kondisi kerja parawat maka akan terjadi peningkatan stres kerja sebesar 1,275. Dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini. Tabel. 4.8. Analisis Regresi Linear Berganda Pengaruh Kondisi Kerja dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Perawat di ruang rawat inap RSU Kabanjahe No Variabel Nilai B Nilai p 1 Beban Kerja 0,912 0,000 2 Kondisi Kerja 1,275 0,000 Nilai R 0,858 Konstanta -14,083 Universitas Sumatera Utara Dari uji statistik diketahui bahwa pada variabel beban kerja memperoleh hasil p 0,000 α 0,05 dan variabel kondisi kerja memperoleh hasil p 0,000 α 0,05 , dengan demikian dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa ada hubungan yang bermakna antara beban kerja dan kondisi kerja dengan terjadinya stres kerja. Setelah kedua variabel dianalisis secara multivariat, ternyata yang paling dominan berpengaruh terhadap stres kerja adalah aspek kondisi kerja.

5. Perbedaan Beban Kerja, Kondisi Kerja dan Stres Kerja Perawat di tiap

Ruangan. 5.1. Perbedaan Kondisi kerja di tiap ruangan Perbedaan kondisi kerja di tiap ruangan kerja bila dilihat persentasenya yang terbagi menjadi kategori menyenangkan, kurang menyenangkan dan tidak menyenangkan maka diperoleh hasil kondisi kerja yang paling tidak menyenangkan seluruhnya 100 ditemukan pada ruangan obgyn. 5.2. Perbedaan beban kerja di tiap ruangan Perbedaan beban kerja di tiap ruangan bila dilihat persentasenya yang dibagi menjadi ringan, sedang, berat dapat diperoleh hasil ruangan yang memiliki kategori beban kerja berat terdapat diruangan obgyn 50 kemudian diikuti dengan ruangan bedah 5,9 ruangan anak 14,3 dan interna 0,0. Sedangkan beban kerja yang ringan terdapat di ruangan bedah 47,1 kemudian diikuti dengan ruangan anak 14,3, ruangan obgyn 0,0 dan ruangan interna 19,0. Universitas Sumatera Utara 5.3. Perbedaan Stres kerja perawat di tiap ruangan Perbedaan stres kerja di tiap ruangan bila dilihat hasil persentasenya yang dikategorikan menjadi stres kerja ringan, sedang dan berat dimana ruangan yang memiliki stres kerja berat tidak ditemukan. Sedangkan ruangan yang memiliki stres kerja ringan pada ruangan bedah 88,2 kemudian diikuti ruangan obgyn 50,0 ruang anak 42,9 dan ruangan interna 66,7. Universitas Sumatera Utara

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Kondisi Kerja terhadap Stres kerja

Hasil uji chi-square bahwa pengaruh antara kondisi kerja terhadap stres kerja menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan nilai p : 0,001 atau p0,05 berarti ada pengaruh yang signifikan antara kondisi kerja dengan stress kerja. Perawat ruangan yang kondisi kerja kurang menyenangkan lebih banyak mengalami stres kerja ringan sebanyak 5 orang 29,4, stres sedang 12 orang 70,6, dan stres berat tidak ditemukan, sedangkan pada kondisi kerja tidak menyenangkan mengalami stres ringan sebanyak 33 orang 80,5, stres sedang sebanyak 8 orang 19,5 dan stres berat tidak ditemukan. Pada kondisi kerja menyenangkan stres ringan , stres sedang dan stres berat tidak ditemukan. Menurut Frasser 1997 74 Perawat mengeluh dan kesal terhadap lingkungan yang menuntut kekuatan fisik dan keterampilan, hal ini merupakan penyebab stres perawat. Menurut Anoraga 2006, akibat kompleknya permasalahan yang timbul dari kondisi kerja di RS yang mencakup lingkungan kerja secara fisik dan sosial misalnya hubungan dengan teman sekerja, hubungan atasan dengan bawahan dan rasa aman bagi perkeja itu sendiri saat melakukan pekerjaan. Kondisi lingkungan fisik dapat berupa suhu yang terlalu panas, terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya, dan semacamnya. Ruangan yang terlalu panas Universitas Sumatera Utara