Lama Waktu Kerja Landasan Teori

berupa tipe kepribadian, peristiwa atau pengalaman pribadi maupun sosial ekonomi keluarga dimana pribadi berada dan mengembangkan diri. Faktor kedua tidak secara langsung berhubungan dengan kondisi pekerjaan,namun karena dampak yang ditimbulkan pekerjaan cukup besar, maka faktor pribadi ditempatkan sebagai sumber atau penyebab munculnya stres Dwiyanti,2001 Kondisi kerja yang lingkungannya tidak baik sangat potensial untuk menimbulkan stres kerja. Stres di lingkungan kerja tidak dapat dihindari, yang dapat dilakukan adalah bagaimana mengelola, mengatasi atau mencegah terjadinya stres kerja tersebut, sehingga tidak mengganggu pekerjaan Notoatmodjo,2003

b. Lama Waktu Kerja

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penerapan peneliti yang sesuai dengan situasi organisasi tertentu termasuk bagaimana biasanya pekerjaan itu dilakukan. Shift kerja ternyata berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja terutama shift kerja siang dan malam. Shift kerja ini nyata lebih menimbulkan kelelahan dibandingkan dengan shift pagi, karena menyebabkan gangguan circadianrhytthm gangguan tidur Ida, 1997. Menurut Wahyu 2004, dampak shift kerja ini bila ditinjau dari fisiologis maka dampak shift kerja malam mempengaruhi circadian rhythm atau irama Universitas Sumatera Utara tubuh. Dimana manusia memiliki fungsi-fungsi vital tubuh yang sudah diatur sesuai dengan bioritme tersebut. Apabila bioritme tubuh terganggu karena kondisi lingkungan yang berbeda maka akan menimbulkan gangguan-gangguan pada fungsi vital tubuh yang bersangkutan. Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berfikir dan kondisi fisik individu. Selain itu, sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan mengalami beberapa gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti: mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerjasama, perasaan tidak mau terlibat, dan kesulitan dalam masalah tidur.

2.4 Beban Kerja.

Beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan pembangkit stres. Beban kerja dapat dibedakan lebih lanjut kedalam beban kerja berlebihterlalu sedikit ”kuantitatif”, yang timbul sebagai akibat dari tugas-tugas yang terlalu banyak sedikit diberikan kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu, dan beban kerja berlebih terlalu sedikit ”kualitatif”, yaitu jika orang merasa tidak mampu untuk melakukan suatu tugas, atau tugas tidak menggunakan keterampilan dan atau potensi dari tenaga kerja. Universitas Sumatera Utara Disamping itu beban kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif dapat menimbulkan kebutuhan untuk bekerja selama jumlah jam yang sangat banyak, yang merupakan sumber tambahan terjadi stres. Everly dan Girdano dalam Munandar, 2001 menambahkan kategori lain dari beban kerja, yaitu kombinasi dari beban kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja berlebih secara fisik maupun mental, yaitu harus melakukan terlalu banyak hal, merupakan kemungkinan sumber stres pekerjaan. Unsur yang menimbulkan beban berlebih ialah desakan waktu, yaitu setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan cermat. Pada saat-saat tertentu, dalam hal tertentu waktu akhir dead line justru dapat meningkatkan motivasi dan menghasilkan prestasi kerja yang tinggi. Namun, bila desakan waktu menyebabkan timbulnya banyak kesalahan atau menyebabkan kondisi kesehatan seseorang berkurang, maka ini merupakan cerminan adanya beban berlebih kuantitatif. Beban kerja terlalu sedikit kualitatif merupakan keadaan dimana tenaga kerja tidak diberi peluang untuk menggunakan keterampilan yang diperolehnya, atau untuk mengembangkan kecakapan potensialnya secara penuh. Beban terlalu sedikit disebabkan kurang adanya rangsangan akan mengarah ke semangat dan motivasi yang rendah untuk kerja. Universitas Sumatera Utara Tenaga kerja akan merasa bahwa ia ”tidak maju-maju”, dan merasa tidak berdaya untuk memperlihatkan bakat dan keterampilannya Suther land dan Cooper dalam Munandar 2001. a .Overload Overload dapat dibedakan menjadi kuantitatif dan kualitatif. Overload secara kuantitatif, bila target kerja melebihi kemampuan pekerja yang bersangkutan. Akibatnya karyawan tersebut mudah lelah dan berada dalam emosional yang tinggi. Overload kualitatif, bila pekerjaan memiliki tingkat kesulitan atau kerumitan yang tinggi. Overload pada pekerjaan merupakan hal paling utama karena over kapasitas pasien dalam satu ruangan perawatan. b. Pekerjaan yang sederhana Pekerjaan yang tidak menantang dan kurang menarik bagi pekerja, pekerjaan yang rutinitas sehingga menimbulkan kebosanan, ketidakpuasan dan sebagainya. Perasaan bosan dan jenuh inilah yang membuat seorang pekerja tidak menyenangi pekerjaannya atau terasing dari kerja Supardi, 2007. c. Pekerjaan berisiko tinggi Pekerjaan yang berisiko tinggi dan berbahaya bisa mengancam bagi keselamatan jiwanya. Kebutuhan akan rasa aman merupakan faktor utama didalam diri seseorang. Bila seseorang merasa dirinya tidak aman, maka Universitas Sumatera Utara timbul reaksi-reaksi kejiwaan seperti cemas, takut tanpa alasan dan sebagainya Anoranga, 2006.

2.4.1. Beban Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap

Beban kerja di perawatan rawat inap adalah perawat dituntut harus tetap ada disisi pasien untuk melakukan berbagai hal yang berkaitan dengan perawatan pasien, seperti pelayanan yang diberikan dalam keadaan sakit ringan ataupun berat yang memerlukan pemantauan serta tindakan yang terus menerus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Azwar 1993 bahwa beban perawat pada pasien adalah menyelamatkan kehidupan dan mencegah kecacatan sehingga pasien dapat hidup. Perawat di ruangan juga melaksanakan asuhan keperawatan selama 24 jam dan bekerja secara bergiliranshift jaga. Dalam shift jaga, perbandingan jumlah perawat dalam satu shift jaga sering tidak seimbang dengan jumlah pasien. Akibatnya perawat sering bekerja melebihi kapasitasnya PPNI, 2000. Menurut Jauhari 2005 bahwa standar beban kerja perawat senantiasa harus sesuai dengan asuhan keperawatan yang berorientasi pada kebutuhan pasien. Untuk menghasilkan pelayanan yang efektif dan efisien diupayakan kesesuaian antara ketersediaan tenaga perawat dengan beban kerja yang ada. Universitas Sumatera Utara Penelitian menunjukkan bahwa shiftkerja malam merupakan sumber utama stres bagi para pekerja Monk dan Tepas dalam Munandar, 2001. Para pekerja shift malam lebih sering mengeluh tentang kelelahan dan gangguan perut daripada pekerja pagi siang dan dampak dari kerja shift terhadap kebiasaan makan yang mungkin menyebabkan gangguan-gangguan perut. Beban kerja perawat pada setiap ruang rawat inap tidak sama. Perawat bekerja sesuai dengan pedoman uraian tugas yang telah ditetapkan oleh Depkes RI 1994 yaitu pada ruangan perawatan bedah, perawat harus menyiapkan perlengkapan alat-alat atau obat-obat yang dibutuhkan pasien sebelum dan sesudah operasi, menyiapkan kebutuhan untuk pasien yang mau operasi, memelihara kebersihan dan merawat pasien sesudah operasi dan melaksanakan administrasi. Pada ruang perawatan anak, perawat harus mempunyai keterampilan khusus atau spesialistik tentang penanganan perawatan anak misalnya pemasangan infus pada pasien anak berbeda seperti pada dewasa, mengkaji kebutuhan pasien, mengamati keadaan dan mengevaluasi perkembangan pasien, melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien, mencatat perkembangan pasien dan kegiatan administrasi ruangan. Beban kerja diruangan kebidanan adalah menerima dan merawat pasien yang akan bersalin, menyiapkan fasilitas kebutuhan pasien, mengamati keadaan Universitas Sumatera Utara pasien, menjaga kebersihan pasien, melaksanakan tindakan keperawatan, menjalin komunikasi dengan pasien dan melaksanakan administrasi kebidanan. Sedangkan uraian tugas perawat di ruangan penyakit dalam adalah selain harus mengerjakan administrasi dan mencatat perkembangan pasien, perawat menyiapkan fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan diruangan seperti peralatan emergensi, memelihara kebersihan pasien, melakukan tindakan pengobatan, melakukan penyuluhan kepada pasien mengenai penyakitnya dan bekerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan untuk menghindari penularan penyakit.

2.5. Keperawatan Sebagai Profesi

Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menentukan mutu dari pelayanan kesehatan. Tenaga keperawatan secara keseluruhan jumlahnya mendominasi tenaga kesehatan yang ada, dimana keperawatan memberikan konstribusi yang unik terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan yang relatif, berkelanjutan, koordinatif dan advokatif. Keperawatan sebagai suatu profesi menekankan kepada bentuk pelayanan profesional yang sesuai dengan standart dengan memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat dengan baik. Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan wewenang melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan Depkes,1992. Universitas Sumatera Utara Menurut Schroder dalam Heater Marr 1991, perawat yang terlibat dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan harus dapat melaksanakan pengkajian yang mendalam di area prakteknya dan dapat melaksanakan riset, memperlihatkan rasa tanggung jawab dalam menentukan aspek keperawatan sesuai dengan keahliannya, dapat berkomunikasi dengan rekan sejawat serta dapat menerapkan disiplin ilmunya. Pada lokakarya nasional 1983 telah disepakati pengertian keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio psiko sosio spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Calilista Roy 1976 mendefinisikan keperawatan merupakan definisi ilmiah yang berorientasi kepada praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan untuk memberikan pelayanan kepada klien. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya pemberian pelayananasuhan yang bersifat humanistic dan professional, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, standart pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat professional secara mandiri atau melalui upaya kolaborasi. Universitas Sumatera Utara

2.5.1. Asuhan Keperawatan

Dalam lokakarya Perawat Nasional tahun 1983 dirumuskan bahwa asuhan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa bantuan, diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidurp sehari-hari secara mandiri Ibrahim, 1984. Tujuan asuhan keperawatan ini adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat secara keseluruhan serta meningkatkan kemampuan dalam upaya memelihara kesehatannya, sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Dalam memberikan asuhan kepada pasienklien menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan metode pemberian asuhan keperawatan kepada pasien individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang logis, sistematis dan teratur Budi Ana Keliat, 1993. Universitas Sumatera Utara Seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus mempunyai keterampilan dan kemampuan yang baik dalam menjalankan profesinya, biasanya seorang perawat yang kurang terampil dan profesional akan lebih mudah mengalami stres kerja.

2.5.2. Kompetensi Perawat Profesional

Kelompok kerja Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia di tahun 2001 merumuskan kompetensi yang harus dicapai oleh perawat profesional adalah sebagai berikut: 1. Menunjukkan landasan pengetahuan yang memadai untuk praktek yang aman 2. Berfungsi sesuai dengan peraturanundang-undang ketentuan lain yang mempengaruhi praktik keperawatan. 3. Memelihara lingkungan fisik dan psikososial untuk meningkatkan keamanan, kenyamanan dan kesehatan yang optimal. 4. Mengenal kemampuan diri sendiri dan tingkat kompetensi profesional 5. Melaksanakan pengkajian keperawatan secara komprehensif dan akurat pada individu dan kelompok di berbagai tatanan. 6. Merumuskan kewenangan keperawatan melalui konsultasi dengan individukelompok dengan memperhitungkan regimen terapeutik anggota lainnya dari tim kesehatan. 7. Melaksanakan asuhan keperawatan yang direncanakan Universitas Sumatera Utara 8. Mengevaluasi perkembangan terhadap hasil yang diharapkan dan meninjau kembali sesuai data evaluasi. 9. Bertindak untuk meningkatkan martabat dan integritas individu dan kelompok 10. Membantu individu atau kelompok membuat keputusan berdasarkan informasi yang dimiliki.

2.5.3. Hak-Hak Perawat

Perawat mempunyai hak yang sama dengan yang umumnya diberikan masyarakat pada semua orang. Tetapi disamping itu, umumnya disepakati bahwa para perawat juga mempunyai hak profesional, dimana hak profesional perawat menurut Claire Fagin 1975 adalah sebagai berikut: 1. Hak memperoleh marbatat dalam rangka mengekspresikan dan meningkatkan dirinya melalui penggunaan kemampuan khususnya dan sesuai dengan latar belakang pendidikannya. 2. Hak memperoleh pengakuan sehubungan dengan konstribusinya melalui ketetapan yang diberikan lingkungan untuk praktik yang dijalankan serta imbalan ekonomi sehubungan dengan profesinal. 3. Hak mendapatkan lingkungan kerja dengan stres fisik dan emosional serta risiko kerja yang seminimal mungkin 4. Hak untuk melakukan praktik-praktik profesi dalam batas-batas hukum yang berlaku Universitas Sumatera Utara 5. Hak menetapkan standar yang bermutu dalam perawatan yang dilakukan 6. Hak berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan yang berpengaruh terhadap perawatan 7. Hak untuk berpartisipasi dalam organisasi sosial dan politik yang mewakili perawat dalam meningkatkan asuhan kesehatan.

2.5.4. Kewajiban Perawat

Iswani 2000 dalam Etika Keperawatan yang menyatakan kewajiban perawat sebagai berikut: 1. Perawat wajib mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan 2. Perawat wajib memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi dan batas-batas kegunaannya 3. Perawat wajib menghormati hak-hak pasien klien 4. Perawat wajib merujuk pasien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, bila yang bersangkutan tidak dapat mengatasinya sendiri 5. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk berhubungan dengan keluarganya, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan atau standar profesi yang ada. Universitas Sumatera Utara 6. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan agama atau kepercayaan masing-masing sepanjang tidak menggangu pasien yang lain. 7. Perawat wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan terkait lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada pasien. 8. Perawat wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan atau keluarganya sesuai dengan batas kemampuannya. 9. Perawat wajib meningkatkan mutu pelayanan keperawatannya sesuai dengan standar profesi keperawatan demi kepuasaan pasien. 10. Perawat wajib membuat dokumentasi asuhan keperawatan secara akurat dan berkesinambungan. 11. Perawat wajib mengikuti perkembangan IPTEK keperawatan atau kesehatan secara terus menerus. 12. Perawat wajib melakukan pelayanan darurat sebagai tugas kemanusiaan sesuai dengan batas-batas kewenangannya 13. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, kecuali jika diminta keterangan oleh pihak yang berwenang 14. Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuat sebelumnya terhadap institusi tempat kerja. Universitas Sumatera Utara Pekerja rumah sakit yang terbanyak adalah perawat, terdapat sekitar 60 dari tenaga kesehatan rumah sakit. Perawat merupakan salah satu jenis pekerja kesehatan yang selalu ada di setiap rumah sakit dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. Perawat adalah profesi pekerjaan yang mengkhususkan diri pada upaya penanganan perawatan pasien atau asuhan kepada pasien dengan beban kerja yang berlebihan serta tugas tambahan dan sering melakukan kegiatan yang bukan fungsinya. Tenaga keperawatan di rumah sakit memberi pelayanan kepada pasien selama 24 jam terus menerus. Perawat di rumah sakit bertugas pada pelayanan rawat inap, rawat jalan atau poliklinik dan pelayanan gawat darurat Hamid, 2001. Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit beroperasi 24 jam. Salah satu dari sarana pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit adalah unit pelayanan ruang rawat inap. Menurut DEPKES RI 1987 ruang rawat inap adalah ruang pelayanan terhadap pasien masuk rumah sakit yang menempati tempat tidur perawatan untuk keperluan observasi, diagnosa, terapi, rehabilitasi medik dan pelayanan medik lainnya. Unit ini bertanggung jawab terhadap perawatan dan penanganan kesehatan pasien. Ruang rawat inap terdiri dari perawatan anak, perawatan bedah, perawatan kebidanan dan penyakit dalam. Seluruh pasien yang ada di ruang rawat inap adalah merupakan tanggungjawab perawat dalam hal memberikan asuhan keperawatan, oleh karena Universitas Sumatera Utara itu perawat dituntut untuk selalu berada dalam ruangan untuk melayani pasien yang terbaring ditempat tidur.

2.5.5. Perilaku Perawat sebagai individu

Perawat sebagai individu mempunyai watak, temperamen, sifat dan kepribadian yang berbeda-beda. Mengingat pada dasarnya setiap individu tidak mampu memenuhi kebutuhannya, maka untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan itu ia menjadi anggota dari berbagai kelompok, yang menurut pandangannya akan dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan dan dapat menyalurkan aspirasinya. Bila seorang perawat sebagai individu itu masuk menjadi anggota suatu rumah sakit, maka segala sifat, watak, temperamen dan kepribadiannya akan ikut masuk ke dalam rumah sakit Wursanto, 2002. Dengan demikian akan terbentuk perilaku yang pada awal mulanya berorientasi kepada perilaku individu. Perilaku yang demikian, yaitu perilaku kelompok yang berorientasi kepada perilaku individu, harus dikendalikan dan diarahkan ke arah perilaku yang beroperasi kelompok. Hal ini berarti perilaku individu seorang perawat harus diarahkan menuju kepentingan rumah sakit guna mencapai tujuan rumah sakit sehingga dalam perkembangan selanjutnya perilaku kelompok berkembang menjadi perilaku organisasi rumah sakit. Sifat, watak, tempramen dan kepribadian setiap perawat berinteraksi dalam sebuah rumah sakit akan mempengaruhi seseorang dalam pekerjaanya. Isu- isu tentang keluarga, krisis kehidupan, kesulitan keuangan, keyakinan-keyakinan Universitas Sumatera Utara pribadi dan organisasi yang bertentangan, konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan rumah sakit, semuanya dapat merupakan tekanan pada perawat dalam pekerjaannya sehingga akan menyebabkan seseorang perawat menjadi stres dalam pekerjaannya Munandar, 2004. Seorang perawat yang mengalami stres dalam pekerjaan ditentukan pula oleh individunya sendiri, sejauh mana ia melihat situasinya sebagai penuh stres. Dengan demikian, faktor-faktor dalam diri individu berfungsi sebagai faktor pengaruh antara rangsang dari lingkungan yang merupakan pembangkit stress potensial dengan individu.

2.6. Landasan Teori

Stres kerja Hans Selye, 1950 adalah respon tubuh yang bersifat non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasannya, misalnya bagaimana respon tubuh seseorang manakala seseorang mengalami beban kerja yang berlebihan. Bila ia sanggup mengatasinya artinya tidak ada gangguan fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami stres. Tetapi sebaliknya bila ia mengalami gangguan pada suatu organ atau lebih sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut distres Dadang Hawari, 2004. Dampak stres kerja pada perusahaan dapat berupa beberapa perilaku negatif karyawan yang berpengaruh terhadap organisasi. Stres yang dihadapi oleh karyawan Universitas Sumatera Utara berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja serta tendensi mengalami kecelakaan. Rini, 2002. Beban kerja sebagai sumber stres disebabkan karena kelebihan beban kerja baik beban kerja kualitatif maupun beban kerja kuantitatf French dan Caplan, 1973. Disamping itu, beban kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif dapat menimbulkan kebutuhan untuk bekerja selama jumlah jam yang sangat banyak, yang merupakan sumber tambahan terjadi stres. Kondisi kerja meliputi variabel lingkungan fisik kerja dan kondisi lama waktu kerja Muhandar As, 2001. Dapat dijelaskan bahwa variabel-variabel tadi dapat mempengaruhi sikap dan perilaku pekerja. Kondisi lingkungan kerja dapat menimbulkan ketidaknyamanan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya misalnya udara dan kebisingan, karena beberapa orang sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan Margiati, 1999. Dalam Psikologi Industri 1998 kondisi pekerja yang buruk berpotensi menyebabkan pekerja mudah sakit, mengalami stres psikologis dan menurunkan produktivitas kerja. Universitas Sumatera Utara

2.7. Kerangka Konsep Penelitian