hanya menderita satu penyakit saja atau tidak menderita penyakit. Hal ini dilihat berdasarkan yang tercatat pada Kartu Menuju Sehat KMS Lansia.
Status kesehatan lansia tidak boleh terlupakan karena berpengaruh dalam penilaian kebutuhan akan zat gizi. Ada lansia yang tergolong sehat dan ada pula yang
mengidap penyakit kronis.
40
Walaupun tidak semua lansia mengidap gangguanmasalah kesehatan, namun para lansia menunjukkan kecenderungan
prevalensi yang mencolok dalam kaitan gangguan-gangguan kesehatan. Tujuh golongan penyakit yang banyak dilaporkan yang menyangkut kesehatan lansia yaitu
arthritis, hipertensi, gangguan pendengaran, kelainan jantung, sinusitis kronik, penurunan visus, dan gangguan pada tulang.
41
6.2 Analisis Bivariat
6.2.1 Hubungan Umur dengan Obesitas
37.7
6.9 62.3
93.1
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
45 - 59 Tahun ≥ 60 Tahun
P ro
p o
rs i
Umur Responden
Obesitas Tidak Obesitas
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6.13 Diagram Bar Proporsi Umur dengan Obesitas di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan
Selayang Tahun 2011
Dari gambar 6.13 di atas dapat dilihat bahwa proporsi obesitas tertinggi pada kelompok umur 45-59 tahun yaitu 37,7 dan terendah pada kelompok umur
≥ 60 tahun, yaitu 6,9. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square pada
variabel umur dengan variabel obesitas, didapat nilai p 0,05 p=0,002, artinya terdapat hubungan yang bermakna antara umur 45-59 tahun dengan obesitas lansia di
Posyandu Lansia Kelurahan PB Selayang I dan Kelurahan PB Selayang II tahun 2011.
Hal ini sesuai dengan penelitian Juwita 2007, dengan desain penelitian cross sectional diperoleh bahwa proporsi obesitas lansia di Puskesmas Amplas lebih tinggi
pada umur 45-59 tahun 20,8 daripada umur ≥ 60 tahun 20,4.
18
Berdasarkan data WHO 2000, di Purworejo-Indonesia prevalensi obesitas terbesar terjadi pada kelompok umur 65 tahun yaitu 18,1.
42
Menurut Edward, dkk 2005, bahwa proporsi obesitas terbesar di Australia terjadi pada kelompok umur 65-
74 tahun yaitu sebesar 45,4.
43
Universitas Sumatera Utara
6.2.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Obesitas
Gambar 6.14 Diagram Bar Proporsi Jenis Kelamin dengan Obesitas di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II
Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011
Dari gambar 6.14 di atas dapat dilihat bahwa proporsi obesitas tertinggi pada jenis kelamin perempuan yaitu 34,2 dan terendah pada jenis kelamin laki-laki yaitu
18,2. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi square pada variabel jenis kelamin dengan variabel obesitas, didapat nilai p 0,05 p=0,092, artinya tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan obesitas lansia di Posyandu Lansia Kelurahan PB Selayang I dan Kelurahan PB Selayang II tahun
2011. Hal ini sejalan dengan penelitian Juwita 2007, dengan desain penelitian
cross sectional diperoleh bahwa proporsi obesitas pada jenis kelamin perempuan lebih tinggi 23,0 daripada laki-laki 9,5. Dimana nilai p 0,05 p=0,166,
artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan
Universitas Sumatera Utara
obesitas.
18
Hasil penelitian Nelvin 2008, di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak juga diperoleh hasil prevalensi obesitas terbesar pada perempuan yaitu 73,58.
19
Jenis kelamin tampaknya juga ikut berperan dalam timbulnya obesitas, meskipun dapat terjadi pada kedua jenis kelamin tetapi obesitas lebih umum dijumpai
pada wanita terutama setelah kehamilan dan pada saat menopause. Pada saat kehamilan jelas karena adanya peningkatan jaringan adipose yang akan diperlukan
selama masa menyusui. Obesitas juga bisa disebabkan karena pengaruh faktor endokrin.
29
6.2.3 Hubungan Genetik Riwayat Keluarga dengan Obesitas