Hubungan Frekuensi Makan dengan Obesitas Hubungan Aktifitas Fisik dengan Obesitas

5.3.4 Hubungan Frekuensi Makan dengan Obesitas

Hasil analisa statistik frekuensi makan dengan obesitas pada lansia dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.13 Tabulasi Silang Obesitas dengan Frekuensi Makan di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 N o Frekuensi makan Status Obesitas Total χ 2 p RP 95 CI Obesitas Tidak Obesitas f F f 1. 3 kali sehari 23 76,7 7 23,3 30 100,0 45,473 7,283 2. ≤ 3 kali sehari 8 10,5 68 89,5 76 100,0 0,000 3,673 – 14,442 RP = Ratio Prevalence Dari tabel 5.13 di atas dapat dilihat bahwa proporsi obesitas pada frekuensi makan 3 kali sehari adalah 76,7 dan pada frekuensi makan ≤ 3 kali sehari adalah 10,5. Proporsi yang tidak obesitas pada frekuensi makan 3 kali sehari adalah 23,32 sedangkan pada frekuensi makan ≤ 3 kali seha ri adalah 89,5. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi square pada variabel frekuensi makan dengan variabel obesitas, didapat nilai p 0,05, artinya terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi makan 3 kali sehari dengan obesitas lansia di Posyandu Lansia Kelurahan PB Selayang I dan Kelurahan PB Selayang II tahun 2011. Ratio prevalence obesitas berdasarkan frekuensi makan 3 kali sehari dan ≤ 3 hari sehari adalah 7,283. Artinya frekuensi makan 3 kali sehari merupakan faktor risiko terjadinya obesitas pada lansia. Universitas Sumatera Utara

5.3.5 Hubungan Aktifitas Fisik dengan Obesitas

Hasil analisa statistik aktifitas fisik dengan obesitas pada lansia dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.14 Tabulasi Silang Obesitas dengan Aktifitas Fisik di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 No Aktivitas Fisik Status Obesitas Total χ 2 p Obesitas Tidak Obesitas f f f 1 Ringan 1 6,2 15 93,8 16 100,0 8,046 2 Sedang 26 38,2 42 61,8 68 100,0 0,018 3 Berat 4 18,2 18 81,8 22 100,0 Dari tabel 5.14 di atas dapat dilihat bahwa proporsi obesitas pada aktifitas ringan adalah 6,3, sedangkan pada aktifitas sedang adalah 38,2 dan pada aktifitas berat adalah 18,2. Proporsi yang tidak obesitas pada aktifitas ringan adalah 93,8, sedangkan pada aktifitas sedang adalah 61,8 dan pada aktifitas berat adalah 81,8. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi square pada variabel aktifitas fisik dengan variabel penyakit obesitas, didapat nilai p 0,05, artinya terdapat hubungan yang bermakna antara aktifitas fisik dengan obesitas lansia di Posyandu Lansia Kelurahan PB Selayang I dan Kelurahan PB Selayang II tahun 2011. Untuk melihat ratio prevalence obesitas berdasarkan aktifitas fisik, maka variabel aktifitas fisik dikelompokkkan menjadi 2 kategori, yaitu aktifitas kurang dan aktifitas cukup. Ratio prevalence obesitas berdasarkan aktifitas fisik dapat dilihat pada tabel berikut ini Universitas Sumatera Utara Tabel 5.15 Ratio Prevalence Obesitas dengan Aktifitas Fisik di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 N o Aktivitas Fisik Status Obesitas Total RP 95 CI Obesitas Tidak Obesitas f f f 1. Kurang 1 6,3 15 93,8 16 100,0 0,188 2. Cukup 30 33,3 65 66,7 90 100,0 0,027 – 1,279 RP = Ratio Prevalence Dari tabel 5.15 di atas, dapat dilihat ratio prevalence obesitas berdasarkan aktifitas fisik kurang dan cukup adalah 0,188. Artinya aktifitas fisik cukup bukan merupakan faktor risiko terjadinya obesitas pada lansia.

5.4 Analisis Multivariat