Hubungan Genetik Riwayat Keluarga dengan Obesitas Hubungan Frekuensi Makan dengan Obesitas

obesitas. 18 Hasil penelitian Nelvin 2008, di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak juga diperoleh hasil prevalensi obesitas terbesar pada perempuan yaitu 73,58. 19 Jenis kelamin tampaknya juga ikut berperan dalam timbulnya obesitas, meskipun dapat terjadi pada kedua jenis kelamin tetapi obesitas lebih umum dijumpai pada wanita terutama setelah kehamilan dan pada saat menopause. Pada saat kehamilan jelas karena adanya peningkatan jaringan adipose yang akan diperlukan selama masa menyusui. Obesitas juga bisa disebabkan karena pengaruh faktor endokrin. 29

6.2.3 Hubungan Genetik Riwayat Keluarga dengan Obesitas

Gambar 6.15 Diagram Bar Proporsi Riwayat Keluarga dengan Obesitas di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 Dari gambar 6.15 di atas dapat dilihat bahwa proporsi obesitas tertinggi pada ada riwayat obesitas pada keluarga yaitu 78,8 dan terendah pada tidak ada riwayat Universitas Sumatera Utara obesitas pada keluarga yaitu 6,8. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi square pada variabel riwayat keluarga dengan variabel obesitas, didapat nilai p 0,05 p=0,000, artinya terdapat hubungan yang bermakna antara adanya riwayat keluarga dengan obesitas lansia di Posyandu Lansia Kelurahan PB Selayang I dan Kelurahan PB Selayang II tahun 2011. Orang yang memiliki riwayat obesitas pada keluarganya akan memiliki peluang yang lebih besar untuk terkena obesitas dibanding yang tidak memiliki riwayat obesitas pada keluarganya. Hal ini sesuai dengan penelitian Trisna, dkk 2008, dengan desain penelitian cross sectional di Kecamatan Lubuk Sikaping Sumatera Barat menunjukkan bahwa ada hubungan antara riwayat keluarga dengan obesitas sentralpenimbunan lemak di daerah perut p=0,046. 44 Hasil penelitian Juwita 2007, juga menujukkan hasil yang sama dimana diperoleh nilai p 0,05 p=0,002, artinya ada hubungan riwayat keluarga dengan kejadian obesitas pada seseorang. 18 Faktor genetis merupakan salah satu faktor yang juga berperan dalam timbulnya obesitas. Telah lama diamati bahwa anak-anak obesitas umumnya berasal dari keluarga dengan orang tua obesitas. Namun timbulnya obesitas dalam keluarga bisa saja dikarenakan kebiasaan makan dalam keluarga. Penelitian di Laboratorium gizi Dunn di Cambridge, Inggris menunjukkan peran faktor genetis dalam kejadian obesitas. 29 Universitas Sumatera Utara

6.2.4 Hubungan Frekuensi Makan dengan Obesitas

Gambar 6.16 Diagram Bar Proporsi Frekuensi Makan dengan Obesitas di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011 Dari gambar 6.16 di atas dapat dilihat bahwa proporsi obesitas tertinggi pada frekuensi makan 3 kali sehari adalah 76,7 dan terendah pada frekuensi makan ≤ 3 kali sehari adalah 10,5. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi square pada variabel frekuensi makan dengan variabel obesitas, didapat nilai p 0,05 p=0,000, artinya terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi makan 3 kali sehari dengan obesitas lansia di Posyandu Lansia Kelurahan PB Selayang I dan Kelurahan PB Selayang II tahun 2011. Hal ini sesuai dengan penelitian Juwita 2007, dengan desain penelitian cross sectional di Puskesmas Amplas menunjukkan ada hubungan antar pola makan berlebih 3 kali sehari dengan kejadian obesitas pada lansia p=0,002. 18 Universitas Sumatera Utara Obesitas terjadi tidak begitu saja melainkan dalam jangka waktu yang lama. Mengkonsumsi makanan berkalori tinggi seperti makanan cepat saji, makanan yang dibakar, dan kudapan memiliki andil dalam peningkatan berat badan. Makanan yang tinggi lemak biasanya tinggi kalori. 29 Hal ini dapat menyebabkan keseimbangan energi positif terjadi penimbunan energi dalam bentuk lemak dan diperberat dengan tidak pernah melakukan aktifitas fisik atau olahraga sehari-hari. 32

6.2.5 Hubungan Aktifitas Fisik dengan Obesitas