52 3.
Guru mengetahui bagaimana peran-peran kepala sekolahtersebut diterapkan pada aktivitas kegiatan sekolah dan kegiatan proses belajar mengajar dan pada
stake holders sekolah yang bersangkutan. Guru yang menjadi narasumber dalam penelitian ini adalah semua guru yang bertugas di SMP Nasional Bantul
yaitu; guru sebagai wakil kepala sekolah, guru bidang studi, maupun guru yang bertugas sebagai pembina organisasi intra dan ekstrakurikuler.
4. Staf administrasikaryawan merupakan komponen warga sekolah yang secara
langsung mempunyai hubungan struktural dengan kepala sekolah, dengan begitu staf dapat mengetahui kinerja kepala sekolah dalam membentuk
ataupun membangun kultur sekolah. 5.
Siswa yang menjadi narasumber dalam penelitian ini adalah siswa yang diambil secara acak perwakilan pada masing-masing kelas dan pada tingkatan
kelas siswa di SMP Nasional Bantul. Komite sekolah dan wali murid juga menjadi narasumber dalam penelitian ini karena peran komite sekolah dan
wali murid sebagai pendukung sekaligus pengontrol kebijakan sekolah yang dijalankan.
Pengambilan narasumber tersebut dilakukan dengan alasan, karenaguru, staff, siswa, komite sekolah, dan wali murid merupakan orang-orang yang
dipandang lebih mengetahui bagaimana kepala sekolah dalam melaksanakan perannya sebagai pemimpin pada setiap proses kegiatan sekolah.
D. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan kepemimpinan kepala sekolah dalam membangun kultur sekolah yang unggul. Kepala sekolah untuk dapat menggerakan dan
53 membangun komitmen yang tinggi terhadap visi dan misi sekolah yang sudah
ditetapkan, memberikan motivasi, dan bekerja sama dengan warga sekolah dengan baik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan
baik, serta mampu menumbuhkan hubungan kerja sama diantara warga sekolah dan mampu membuat lingkungan sekolah aman dan tertib sehingga warga sekolah
akan merasa tenang dan senang dalam mengikuti kegiatan KBM di sekolah SMP Nasional Bantul. Dengan hal tersebut warga sekolah mau dan mampu
melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksi yang semuanya itu diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh sekolah. Di samping itu
kepala sekolah juga harus mampu memotivasi warga sekolah, utamanya pada guru, staf sekolah, dewan komite sekolah, wali murid dan siswa sehingga mereka
memiliki semangat dan gairah membangun kultur sekolah sehingga dapat menjalankan tugas-tugas atau pekerjaannya dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan oleh sekolah. Kultur sekolah dapat dikembangkan kepala sekolah dengan cara
mengidentifikasi terdapat model-model yang mendukung dalam membangun sebuah organisasi yang unggul melalui tiga model yaitu artefak yang tampak dari
luar secara fisik, norma dan nilai-nilai yang merupakan membangun rasa bersama dalam organisasi dan memaknai baik atau buruk apa yang dianut dalam organisasi
tersebut, dan yang terakhir adalah asumsi dasar mengenai eksistensi manusia dalam berperilaku mengerjakan perannya dalam organisasi.
54
E. Metode Pengumpulan Data
Suharsimi Arikunto 2002: 133-138 berpendapat bahwa metode pengumpulan data adalah berbagai cara yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data penelitian. Metode pengumpulan datayang dimaksud adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi metode wawancara, metode observasi,
dan metode pencermatan dokumentasi.
1. Metode Wawancara
Menurut Suharsimi Arikunto 2002: 134, wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya secara langsung kepada narasumber yaitu
kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, siswa, dan staf karyawan SMP Nasional Bantul. Penelitian ini menggunakan metode wawancara secara bebas
terstruktur dengan pedoman yang berasal dari instrumen yang telah dibuat. Dengan metode wawancara ini diharapkan mampu mengungkap hal-hal yang
belum dapat digali dengan metode penelitian yang lain. Metode ini ditujukan kepada kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, siswa, dan staf karyawan.
Teknik wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman guide mengenai efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dalam
membangun kultur sekolah di SMP Nasional Bantul. 2.
Metode Observasi
55 Menurut Suharsimi Arikunto 2002: 136, Beberapa informasi yang
diperoleh dari hasil observasi adalah ruang atau tempat, pelaku, kegiatan, obyek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti
melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku
narasumber, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap hasil pengukuran wawancara dan
dokumentasi yang diperoleh. Pada observasi ini, peneliti harus mampu untuk mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu obyek. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan model observasi yang berstruktur karena peneliti menggunakan pedoman pengamatan yang terperinci pada penelitiannya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah artefak, simbol- simbol, bahasa atau jargon, arsitek bangunan, norma-norma, nilai-nilai, adat
istiadat, etos kerja, visi-misi sekolah dan kualitas perilaku di SMP Nasional Bantul.
3. Metode Pencermatan Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto 2002: 138, Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang mengumpulkan sumber-sumber berupa data-data
mengenai suatu hal pada masa lampau dan sekarang yang diselenggarakan pihak yang berwenang. Metode dokumentasi digunakan peneliti untuk mendapatkan
datamengenai kinerja kepala sekolah sebagai pemimpin berupa data-data berupa arsip, laporan-laporan, foto kegiatan, bukti penghargaan dan notulen di SMP
Nasional Bantul. Data dokumentasi yang diperoleh merupakan bukti nyata
56 situasidan kondisi yang nantinya dapat dipergunakan untuk memperkuat data-
data hasil wawancara dan observasi.
F. Instrumen Penelitian