Validitas Instrumen Teknik Analisis Data

74 Tabel 6. Kategori Penilaian Tes Kinerja Anak Tunagrahita Ringan dalam Keterampilan Bercocok Tanam Sawi melalui Penggunaan Modul Skor Presentase Kategori 53 – 64 82,81 -100 Sangat baik 41 – 52 64,06 – 81,25 Baik 29 – 40 45,31 – 62,5 Cukup 16 – 28 25 – 43, 75 Kurang Tabel 7. Kategori Penilaian Tes KeterampilanTes Menjodohkan, Tes Isian Singkat dan Tes Lisan Anak Tunagrahita Ringan dalam Keterampilan Bercocok Tanam Sawi melalui Penggunaan Modul Skor Presentase Kategori 79 – 96 82,29 -100 Sangat baik 61 – 78 63,54 – 81,25 Baik 43 – 60 44,79 – 62,5 Cukup 24 – 42 25 – 43, 75 Kurang Tabel 8. Kategori Penilaian Keaktifan Anak Tunagrahita Ringandalam Keterampilan Bercocok Tanam Sawi melalui Penggunaan Modul Skor Presentase Kategori 20,5 – 24 85,42 -100 Sangat baik 16 – 19,5 66,67 – 81,25 Baik 11,5 – 15 47,92 – 62,5 Cukup 6 – 10,5 25 – 43, 75 Kurang Tabel 9. Kategori Penilaian Kinerja Guru dalam Keterampilan Bercocok Tanam Sawi melalui Penggunaan Modul Skor Presentase Kategori 49,75 – 60 82,92 -100 Sangat baik 38,50 – 48,75 64,17 – 81,25 Baik 27,25 – 37,50 45,42 – 62,5 Cukup 15 – 26,25 25 – 43, 75 Kurang Sesuai hasil perhitungan berdasarkan pendapat Sudjana 2005: 47.

J. Validitas Instrumen

Data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti dan akan dijadikan data dalam penelitian ini perlu diperiksa validitasnya sehingga data validitas tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan.Sebuah instrumen dapat dikatakan valid 75 bila mampu mengukur sesuatu yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid bila dapat mengungkap dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran validitas yang dimaksud. Instrumen tes yang digunakan dilakukan dengan validasi isi untuk keabsahan data. Validasi isi dilakukan dengan uji praktisi professional judgment. Praktisi yang dimintai pendapat adalah guru mitra keterampilan bercocok tanam sawi kelas VII SMPLB di SLB Negeri 1 Sleman. Pemilihan guru tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa guru yang dimaksud memahami materi bercocok tanam sawi kelas VII SMPLB. Aspek yang perlu divalidasi yaitu bentuk tes dan isi tes yang digunakan. Validitas dilakukan melalui saran dan diskusi.Validitas dengan teknik penilaian dari para ahli ini dilakukan untuk menentukan apakah instrumen yang dibuat sesuai dengan tujuan pengajaran dan sasaran yang akan dinilai. Data yang sudah terkumpul dinilai validitasnya menggunakan prosentase.

K. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan cara untuk mengolah data hasil penelitian menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan dalam suatu penelitian, sehingga data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaatuntuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik deskriptif kuantitatif. 76 Teknik deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk mengukur tingkat keterampilan anak tunagrahita ringan dalam meningkatkan keterampilan bercocok tanam sawi melalui penggunaan modul, yaitu dengan membandingkanhasil antarsiklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus. Maksudnya adalah membandingkan skor sebelum tindakan dan skor sesudah tindakan, apabila skor sesudah tindakan lebih besar daripada sebelum tindakan, berarti ada peningkatan keterampilan anak. Selanjutnya membandingkan nilai sesudah tindakan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal, yaitu sebesar 70, apabila nilai sesudah tindakan ≥ dari Kriteria Ketuntasan Minimal, maka pelaksanaan tindakan penggunaan modul pada keterampilan bercocok tanam sawi bagi anak tunagrahita ringan dapat dikatakan berhasil. Untuk mengetahui perubahan hasil tindakan jenis data yang bersifat kuantitatifyang diperoleh dari hasil evaluasi, maka dapat dianalisis dengan menggunakan rumus percentages correction sebagai berikut: Keterangan: NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan R = skor mentah yang diperoleh siswa SM = skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = bilangan tetap Ngalim Purwanto, 2006: 102 Selisih peningkatan keterampilan bercocok tanam sawi melalui penggunaan modul bagi anak tunagrahita ringan dapat dilihat dari 77 perbandingan antara hasil pra tindakan dan pasca tindakan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut. Peningkatan = NilaiPasca Tindakan – Nilai Pra Tindakan

L. Indikator Keberhasilan

Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA RINGAN DENGAN PENDEKATAN BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA.

0 5 29

PELAKSANAAN KETERAMPILAN BERCOCOK TANAM SAYURAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS X DI SLB NGAMPRAH RAYA.

7 34 27

MODEL PEMBELAJARAN SENI TARI BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL (Peneltian Tindakan Kelas di Sekolah Luar Biasa (SLB) C Sukapura Bandung).

1 8 128

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBUAT PERMEN ASEM PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA YAPENAS DEPOK SLEMAN.

0 0 164

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN STRATEGI SHAPING TERHADAP PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENGUKUR TEKANAN UDARA BAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN KELAS VIII DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 1 SLEMAN.

2 4 206

Peningkatan Kompetensi Keterampilan Menyulam Melalui Pembelajaran Dengan Media Job Sheet Pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas XI SMA Luar Biasa Negeri 1 Yogyakarta.

0 1 141

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KRIYA KAYU PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA YAPENAS SLEMAN.

7 37 134

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBILANG BAGI ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN MELALUI METODE PERMAINAN SNOWBALL THROWING DI KELAS I SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 1 SLEMAN.

0 3 350

STUDI KASUS PEMILIHAN KETERAMPILAN BAGI ANAK AUTISTIK DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 0 190

KEBIJAKAN PROGRAM KETERAMPILAN DENGAN SISTEM ROMBONGAN BELAJAR BAGI TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA PEMBINA YOGYAKARTA.

0 0 199