41
dengan persentase sebesar 88,24. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebanyak tiga siklus, penerapan media pembelajaran modul dapat
meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar dapat mencapai ketuntasan klasikan 85 dari total siswa, yaitu: pada nilai pengetahuan dan praktikum
sebesar 88,24, serta nilai sikap sebesar 91,18.
E. Kerangka Pikir
Anak tunagrahita ringan adalah anak yang kemampuan intelektualnya lebih rendah dari anak normal, sedangkan secara fisik tidak jauh berbeda
dengan anak normal pada umumnya. Namun dari segi yang lain anak tunagrahita ringan memiliki hambatan dalam perkembangannya serta
memiliki keterbatasan yang kompleks, sehingga dalam usahanya untuk mengikuti pembelajaran yang disampaikan guru sering mengalami hambatan.
Kondisi anak tunagrahita ringan seperti dalam karakteristik diatas tentu sangat menghambat anak dalam segala aktivitas, utamanya dalam kegiatan
keterampilan bercocok tanam sawi, sehingga hal yang terjadi adalah keterampilan anak tunagrahita ringan masih rendah.
Selama ini keterbatasan kemampuan anak kurang tekun dalam mengikuti pembelajaran. Anak-anak beranggapan mengenai pembelajaran
keterampilan bercocok tanam sawi merupakan keterampilan yang praktiknya sulit dilakukan karena proses pengerjaannya memerlukan waktu yang lama
dan tahapan awal sampai akhir dalam proses bercocok tanam sawi sangat membingungkan bagi anak tunagrahita ringan, serta masih rendahnya minat
dan motivasi anak untuk mengikuti dan memperdalam keterampilan bercocok
42
tanam sawi. Selain itu juga proses pembelajaran keterampilan bercocok tanam sawi di SLB Negeri 1 Sleman masih bertumpu pada metode praktik
dan latihan. Penggunaan metode praktik dan latihan membuat anak bosan dan terkesan terburu-buru, karena anak harus menirukan apa yang dilakukan oleh
guru. Kondisi tersebut membuat guru harus berpikir bagaimana caranya
agar anak terampil dalam bercocok tanam sawi, sehingga harus ada stimulasi untuk
memancing anak
agar memiliki
kemauan untuk
melatih keterampilannya. Salah satunya adalah memilih media belajar yang tepat dan
disukai anak, dalam penelitian ini menggunakan media modul. Penggunaan media modul digunakan untuk mempermudah anak dalam mengurutkan
tahapan bercocok tanam sawi agar mereka tidak merasa bosan dan membingungkan pada saat praktik di lapangan, serta menuntut anak untuk
belajar mandiri, hal ini sangat berguna agar anak dapat melakukan kegiatan bercocok tanam sawi di rumah tanpa adanya bantuan dari guru, selain itu juga
penggunaan modul berfokus pada kemampuan individual anak, karena pada hakekatnya mereka memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri dan lebih
bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya. Berdasarkan hal tersebut, modul dimungkinkan untuk lebih mengefektifkan kegiatan belajar anak
karena dengan dimanfaatkannya modul, motivasi anak untuk belajar semakin meningkat dan terus melatih keterampilannya.
43
Untuk lebih memperjelas kerangka pikir dalam penelitian ini, dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian Anak tunagrahita ringan masih mengalami kesulitan pada
saat mempraktikkan tahapan-tahapan dalam bercocok tanam sawi
Kesulitan itu diatasi dengan penggunaan modul bercocok tanam sawi
Keunggulan modul dalam meningkatkan keterampilan bercocok tanam sawi:
1. Penggunaan modul
disesuaikan dengan
kemampuan anak. 2. Mempermudah anak dalam mengurutkan tahapan
bercocok tanam sawi mulai dari persiapan sampai pemanenan.
3. Mengajak anak untuk belajar mandiri tanpa bantuan dari guru.
4. Modul mengandung unsur warna dan gambar sehingga anak semakin tertarik dan termotivasi
serta tidak membosankan.
Keterampilan bercocok tanam sawi anak tunagrahita ringan meningkat
44
F. Hipotesis Tindakan