17
2. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan
Tunagrahita ringan memiliki karakteristik fisik yang tidak jauh berbeda dengan anak normal, tetapi menurut Astati 2001: 5 keterampilan
motoriknya lebih rendah dari anak normal. Karakteristik fisik yang tidak jauh berbeda dengan anak normal ini yang menyebabkan tidak terdeteksi sejak
awal sebelum masuk sekolah. Anak baru terdeteksi ketika mulai masuk sekolah baik di sekolah tingkat prasekolah atau sekolah dasar. Anak
dikatakan terdeteksi karena menampakkan ciri ketidakmampuan di bidang akademik, maupun kemampuan pelajaran di sekolah yang membutuhkan
keterampilan motorik. Menurut Hallahan Kauffman Mumpuniarti, 2007: 19 bahwa
karakteristik hambatan mental dalam belajar sebagai berikut: “The most
obvious characteristic of retardation is a reduced ability to learn. There are a number of ways in which cognitive problems are manifested. Research has
documented that retarded student are likely difficulties in at least four areas related to cognition, attention, memory, language, and academic
”.Maksud pernyataan tersebut bahwa ternyata kebanyakan karakteristik hambatan
mental memiliki kemampuan berkurang pada bidang terkait untuk belajar. Kemampuan itu merupakan berbagai cara dari manifestasi problem kognitif.
Penelitian mendokumentasikan bahwa anak hambatan mental kemungkinan mempunyai kesulitan pada kurang lebih empat bidang yang berhubungan
dengan kognitif. Empat bidang itu: perhatian, ingatan, bahasa, dan akademik. Pernyataan Hallahan Kauffman tersebut menekankan kesulitan hambatan
18
mental di bidang perhatian, ingatan, bahasa, dan akademik. Untuk itu, karakteristik tunagrahita ringan yang menonjol yaitu kesulitan dalam bidang
akademik, miskin perbendaharaan bahasa, serta perhatian dan ingatannya lemah.
Sedangkan karakteristik
anak tunagrahita
ringan menurut
Mumpuniarti 2007: 41-42 dapat ditinjau secara fisik, psikis dan sosial, karakteristik tersebut antara lain : 1 karakteristik fisik nampak seperti anak
normal hanya
sedikit mengalami
kelemahan dalam
kemampuan sensomotorik; 2 karakteristik psikis sukar berfikir abstrak dan logis, kurang
memiliki kemampuan analisa, asosiasi lemah, fantasi lemah, kurang mampu mengendalikan perasaan, mudah dipengaruhi kepribadiannya, kurang
harmonis karena tidak mampu menilai baik dan buruk; 3 karakteristik sosial, mereka mampu bergaul, menyesuaikan dengan lingkungan yang tidak
terbatas hanya pada keluarga saja, namun ada yang mampu mandiri dalam masyarakat, mampu melakukan pekerjaan yang sederhana dan melakukan
secara penuh sebagai orang dewasa, kemampuan dalam bidang pendidikan termasukmampu didik.
Lebih lanjut lagi dijelaskan oleh Wardani, dkk Nunung Apriyanto, 2012: 36 mengemukakan bahwa karakteristik anak tunagrahita ringan yaitu
meskipun tidak dapat menyamai anak normal yang seusia dengannya, mereka masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Anak
tunagrahita dapat bergaul dan mempelajari pekerjaan yang hanya
19
memerlukan semi skilled. Pada usia dewasa kecerdasannya mencapai tingkat usia anak normal 9 dan 12 tahun.
Melihat dari pendapat di atas, dapat ditegaskan bahwa secara fisik anak tunagrahita ringan tidak jauh berbeda dengan anak normal, hanya saja
kemampuan intelektualnya lebih rendah dari anak normal yaitu masih mengalami kesulitan dalam bidang yang berhubungan dengan kognitif dan
penyesuaian diri dengan lingkungannya. Selain itu juga, anak tunagrahita ringan hanya mampu mempelajari pembelajaran akademik yang fungsional
dan sederhana serta mempelajari pekerjaan yang memerlukan semi skilled, seperti pekerjaan laundry, pertanian, perternakan, pekerjaan rumah tangga,
bahkan jika dilatih dan dibimbing dengan baik anak tunagrahita ringan dapat bekerja di pabrik-pabrik dengan sedikit pengawasan.
Untuk menunjang kemampuan anak tunagrahita ringan, perlu adanya bimbingan baik dari keluarga, guru maupun masyarakat agar anak tunagrahita
ringan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk bekal di kemudian hari serta dapat diakui keberadaannya di lingkungan. Selain itu
juga apabila anak tunagrahita ringan mendapatkan banyak bimbingan dari orang-orang terdekatnya, tidak menutup kemungkinan anak tunagrahita
ringan dapat bermanfaat untuk orang lain dan keberadaannya tidak dipandang sebelah mata.
20
B. Kajian Mengenai Keterampilan Bercocok Tanam Sawi bagi Anak