11
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Goal Teory
Locke 1968 dalam Pasoloran 2002 mengemukakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh dua cognitions yaitu values isi dan intentions
tujuan. Values adalah apa yang dihargai seseorang sebagai upaya mendapatkan kemakmuran welfare. Orang telah menentukan goal atas
perilakunya dimasa depan dan goal tersebut akan mempengaruhi perilaku yang sesungguhnya. Teori ini juga menyatakan bahwa perilaku individu diatur
oleh ide pemikiran dan niat seseorang. Sasaran dapat dipandang sebagai tujuantingkat kinerja yang ingin dicapai oleh individu. Jika seorang individu
komit dengan sasaran tertentu, maka hal ini akan mempengaruhi tindakannya dan mempengaruhi konsekuensi kinerjanya. Penelitian yang menggunakan
teori ini bisa dilihat dari variabel penelitian yang dipergunakan antara lain goal level, goal commitment need for achievement, serta goal setting Murray,
1990 dalam Pasoloran 2002. Menurut Shields Young 1993 dalam Pasoloran 2002 penelitian yang menggunakan pendekatan goal theory
memfokuskan hubungan antara desain pengendalian manajemen terhadap variabel motivasional seperti motivasi, komitmen organisasi, kinerja serta
kepuasan kerja. Keniz 1979 menggunakan pendekatan goal theory untuk meneliti
hubungan antara karakteristik anggaran terhadap sikap dan kinerja manajerial. Penelitian tersebut menguji pengaruh atas berbagai karakteristik anggaran
12
seperti budgetary participation, budget goal clarity, budgetary feedback, budgetary evaluation dan budget goal difficulty terhadap dysfunctional
behavior seperti job tension serta variabel motivasional seperti cost efficiency, job performance, dan job satisfaction.
2.2 Teori Kontijensi
Teori ini didasarkan pada premis bahwa tidak ada sistem akuntansi manajemen secara universal selalu tepat untuk bias diterapkan pada seluruh
organisasi dalam setiap keadaan, tetapi sistem akuntansi manajemen itu tergantung juga pada faktor-faktor situasional yang ada dalam organisasi. Di
dasarkan pada pendekatan kontijensi maka ada kemungkinan terdapat variabel penentu lainnya yang saling berinteraksi, selaras dengan kondisi tertentu yang
dihadapi. Kesesuaian yang lebih baik antara sistem control dengan variable kontijensi dihipotesakan pada beberapa penelitian menghasilkan kinerja
organisasi yang meningkat. Menurut Riyanto 2001 dalam Pasoloran 2002, penggunaan konsep
kesesuaian dalam teori kontijensi menunjukkan tingkat kesesuaian antara faktor-faktor kontekstual kontijensi dan sistem akuntansi manajemen seperti
sistem desain akuntansi dan sistem penganggaran akan memungkinkan manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Organisasi beradaptasi menghadapi kondisi kontijensi dengan menata faktor-faktor yang dapat dikendalikan dimiliki perusahaan agar terbentuk
13
konfigurasi yang sesuai sehingga diharapkan menghasilkan efektivitas organisasi Otley, 1980 dalam Pasoloran, 2002.
2.3 Kinerja Manajerial