Pendidikan Vokasi melalui Sekolah Menengah Kejuruan SMK

17 Revitalisasi Pendidikan Vokasi

II. Sekilas Penyelenggaraan Pendidikan Vokasi

pertama adalah antara pihak penyelenggara moda pelatihan pra-jabatan dan penyelenggara pelatihan dalam jabatan. Sinkronsiasi kedua adalah antara para pemberi layanan pendidikaan dan pelatihan pra-jabatan. Kedua jenis sinkronisasi ini belum tampak wujudnya dalam penyelenggara pendidikan dan pelatihan kejuruan.

2.2 Pendidikan Vokasi melalui Sekolah Menengah Kejuruan SMK

Sesuai dengan UU 202003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 15, keberadaan SMK dirancang untuk mempersiapkan lulusannya bekerja di bidang tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan menengah kejuruan ditujukan untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja, baik bekerja secara mandiri maupun bekerja pada industri tertentu. SMK dituntut mampu menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan oleh sekolah, masyarakat, dan DUDI. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang memiliki kompetensi kerja sesuai dengan bidangnya, memiliki kemampuan adaptasi, dan daya saing yang tinggi. Dalam kurun waktu 2009—2014 telah dibangun sekitar 3.000 SMK baru dan hingga awal tahun 2016, jumlah SMK di Indonesia sudah mencapai 13.167 sekolah 3.349 SMK Negeri dan 9.818 SMK Swasta seperti dijelaskan pada Gambar 2.1. 2014 2015 2016 Negeri Swasta 9,257 9,462 9,818 3,164 3,234 3,349 Gambar 2.1 Perkembangan Jumlah Sekolah Direktorat SMK, 2016 Dari Gambar 2.1 bisa dilihat bahwa 75 dari SMK yang ada berada dalam tata kelola pihak swasta. Hanya 3,349 yang berstatus negeri. Hal ini berakibat pada lemahnya pengawasan kualitas pembelajaran di SMK swasta. Belum lagi jumlah peserta didik di SMK swasta biasanya kurang dari 200 orang sehingga 18 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pemberian dana BOS tidak bisa efektif dalam menjalankan operasional sekolah. Dari jumlah sekolah di atas, akreditasi dilakukan berdasarkan program keahlian, seperti bisa dilihat dalam Gambar 2.2. Gambar 2.2 Akreditasi SMK Berdasarkan Program Keahlian Direktorat SMK, 2016 Masih ada 15.550 program keahlian yang belum diakreditasi, sedangkan 270 program keahlian yang masih harus diperbaiki untuk bisa memperoleh akreditasi. Animo peserta didik yang mendaftar di SMK semakin meningkat setiap tahunnya lihat Gambar 2.3. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan masyarakat terhadap SMK semakin baik. Dari gambar 2.3 bisa dilihat ada pertambahan sekitat 250.000 pendaftar tiap tahunnya, tetapi pertambahan peserta didik yang dapat ditampung rata- rata hanya sebesar 200.000 peserta didik. Hal ini terjadi karena keterbatasan jumlah sekolah, ruang kelas, dan tenaga pengajar, sehingga tidak semua pendaftar bisa diterima di SMK. Akses dan ketersebaran satuan pendidikan SMK masih menjadi masalah yang harus segera diselesaikan. Dari jumlah peserta didik yang ada, mereka tersebar di 9 program keahlian SMK, seperti terlihat dalam Tabel 2.1. Teknologi Informasi dan Komunikasi Teknologi dan Rekayasa Seni Rupa dan Kriya Seni Pertunjukan Perikanan dan Kelautan Pariwisata Kesehatan Bisnis dan Manajemen Agribisnis dan Agroteknologi 1,975 3,024 85 21 264 631 356 2,955 540 465 714 13 5 123 157 30 604 257 4,211 4,339 142 55 389 977 1,425 3,040 1,242 0 20 40 60 80 100 A B C Belum Terakreditasi 1,619 3,302 160 28 130 944 271 2,672 364 19 Revitalisasi Pendidikan Vokasi II. Sekilas Penyelenggaraan Pendidikan Vokasi 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Pendaftar Diterima Gambar 2.3 Perbandingan Jumlah yan Mendaftar dan yang Diterima di SMK 2011-2016 Direktorat SMK, 2016 Tabel 2.1 Persebaran Peserta Didik SMK di 9 Bidang Keahlian Direktorat SMK, 2016 No Bidang Keahlian Peserta Didik Persentase 1 Teknologi dan Rekayasa 1.538.713 34.25 2 Teknologi Informasi dan Komunikasi 972.526 21.77 3 Kesehatan 197.738 4.47 4 Agribisnis dan Agroteknologi 186.554 4.21 5 Perikanan dan Kelautan 56.647 1.28 6 Bisnis dan Manajemen 1.182.091 26.52 7 Pariwisata 286.465 6.48 8 Seni Rupa dan Kriya 36.396 0.82 9 Seni Pertunjukan 8.258 0.19 TOTAL 4.465.488 100 Dari 9 bidang keahlian yang ada, mayoritas peserta didik berasal dari program bisnis dan manajemen. Sementara itu, peminat untuk 3 program keahlian prioritas Presiden Joko Widodo relatif kecil, yaitu untuk pariwisata sebesar 6.48, agribisnis dan agroteknologi sebesar 4.21, dan perikanan 20 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan kelautan sebesar 1.28. Kecilnya peminat untuk ketiga program keahlian tersebut secara umum terkait dengan kebijakan prioritas pembangunan di masa lalu, yaitu ketika anggapan bahwa seakan-akan hanya industri manufakturing yang dapat membawa kemakmuran bagi bangsa Indonesia, padahal industri pariwisata serta agrobisnis dan agroteknologi juga berpotensi. Selanjutnya secara spesiik terkait dengan program perikanan dan kelautan terjadi perubahan paradigma tentang laut, dari laut sebagai pemisah pulau menjadi laut sebagai penghubung pulau sekaligus tempat keberadaan sumber daya alam. Kebijakan pembangunan nasional di masa lalu tersebut ditindaklanjuti dengan pengembangan program-program keahlian di SMK dan kebijakan operasional pembukaan program-program tersebut di SMK-SMK yang ada. Sebanding dengan meningkatnya jumlah peserta didik SMK, penyediaan tenaga pengajar juga makin ditingkatkan untuk memenuhi kondisi mengajar yang efektif. Namun, sesuai dengan banyaknya jumlah sekolah swasta, mayoritas guru SMK mengajar di SMK swasta. Peningkatan jumlah tenaga pengajar SMK bisa dilihat dalam Gambar 2.4. 2014 2015 2016 350.000 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 124.100 156.577 164.805 92.555 116.776 122.912 Gambar 2.4 Perkembangan Jumlah Guru SMK 2014—2016 Direktorat SMK, 2016 Namun, meningkatnya guru SMK tidak sebanding dengan meningkatnya kualitas guru yang kompeten dalam mengajar. Hanya 22 guru SMK yang berkualiikasi guru kelompok mata pelajaran bidang produktif biasa disebut Guru Produktif. Guru Produktif adalah guru yang mempunyai sertiikat 21 Revitalisasi Pendidikan Vokasi

II. Sekilas Penyelenggaraan Pendidikan Vokasi