Revitalisasi Pendidikan Vokasi Naskah Akademik Pendidikan Vokasi RevSIAP CETAK

37 Revitalisasi Pendidikan Vokasi

III. Revitalisasi Pendidikan Vokasi

memulihkan kualitas lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan manusia dan keadilan sosial. Selain itu, ESD menumbuhkan pemahaman peserta didik tentang permasalahan yang dihadapi terkait dengan keberlangsungan pembangunan, perspektif dan kebutuhan masyarakat yang berbeda pada generasi bangsa Indonesia berikutnya dan di belahan dunia yang lain. ESD dimasukkan ke dalam proses sebagai sarana untuk memberdayakan peserta didik dan mendorong peserta didik agar belajar dari dalam sekolah dan dari lingkungan mereka di luar sekolah.

2. Pembelajaran Abad XXI: dari Kompetensi ke Kapabilitas

Dalam jagat pendidikan dikenal tiga model pendidikan, yaitu apa yang dikenal dengan sebutan 1 model pelatihan training model, 2 model pengembangan profesional professional development model, dan 3 model pengembangan kapabilitas capability development model. Model pertama dan kedua sangat popular dalam pendidikan ala industrial, yang “mengeksploitasi” sumber daya manusia untuk tujuan reproduksi ekonomi melalui pendidikan. Landasan berpikirnya adalah teori eisiensi sosial, yaitu bahwa kurikulum pendidikan didesain berbasis kompetensi dengan rujukan utama kebutuhan kerja job pada area okupasi atau profesi tertentu. Dengan demikian, pendidikan menjalankan tugasnya dengan eisien karena iksasi cakupan kompetensi dalam kurikulum amat jelas, deinitif, dan rigid.

3. Kerja Sama dengan DUDI

Pendidikan vokasi yang baik adalah pendidikan vokasi yang juga menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan DUDI. Untuk bisa melakukan hal tersebut, proses belajar-mengajar haruslah sesuai dan selaras dengan DUDI. Kehadiran DUDI bukan hanya sebagai tempat bagi peserta didik pendidikan vokasi untuk melakukan praktik magang. Namun, pelibatan DUDI harus mereleksikan implementasi dari keahlian ganda DUDI dengan sekolah agar tujuan pendidikan bisa tercapai. Proses pelibatan DUDI bisa dalam pengembangan kurikulum sehingga kurikulum menjadi lebih relevan dengan kebutuhan. DUDI juga bisa memberikan pelatihan bagi guru dan tenaga pendidik agar terus memutakhirkan pengetahuan dengan mengikuti perkembangan mesin atau teknik yang sesuai dengan program kejuruan. Ada kalanya DUDI mengirimkan tenaga profesionalnya sebagai guru pendamping atau mentor agar peserta didik berinteraksi langsung dengan para profesional. 38 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sesuai dengan UU Sisdiknas Nomor 23 Tahun 2013, DUDI juga bisa dilibatkan dalam pembiayaan pendidikan. Di sekolah yang erat kerja samanya dengan DUDI, DUDI juga bisa dilibatkan dalam pembangunan laboratorium atau tempat praktik atau pemberian bantuan peralatan praktik di sekolah. Sekolah yang erat hubungannya dengan DUDI dan bisa menerapkan praktik keahlian ganda dipastikan bisa menghasilkan lulusan yang dibutuhkan oleh DUDI.

4. Penanaman Jiwa Kewirausahaan Entrepreneurship

Walau sudah menjalin kerja sama dengan DUDI, tidak semua lulusan pendidikan vokasi bisa diterima pada perusahaan atau industri yang terkait dengan program keahliannya. Oleh karena itu, peserta didik diharapkan bisa memiliki kemampuan berwirausaha entrepreneurship, sehingga bukan hanya menjadi tenaga kerja yang terampil, tetapi juga mampu menciptakan usaha baru atau menciptakan profesi baru. Dalam meraih peringkat ke-7 ekonomi dunia, Indonesia bukan hanya menyiapkan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan DUDI. Indonesia juga harus sigap dengan menyiapkan tenaga kerja yang mempunyai jiwa kewirausahaan sehingga bisa membantu meningkatkan kondisi ekonomi di Indonesia sekaligus membuka lapangan pekerjaan baru bagi tenaga kerja terampil yang lain. Di sinilah urgensinya perluasan pendekatan kompetensi ke kapabilitas personal sesuai dengan perkembangan Abad XXI. Keterampilan berwirausaha bisa dibangun dari peserta didik di sekolah dengan menjual hasil-hasil keterampilan peserta didik kepada masyarakat atau DUDI secara langsung. Keterampilan berwirausaha ini tidak bisa ditimbulkan begitu saja, harus ada proses pemupukan ke dalam diri peserta didik. Keterampilan berwirausaha juga bisa dibangun saat ada unit keterampilan di satuan pendidikan yang mendapat bantuan modal dan menjual hasil produksinya sehingga keuntungan bisa langsung dipakai untuk memutar roda bisnis. Pengalaman berwirausaha seperti ini yang harus dipupuk dan dipraktikkan selama peserta didik mengikuti proses belajar-mengajar.

5. Adaptasi dan Kontekstualisasi Lokal

Proses perencanaan dan pembelajaran pendidikan vokasi harus melibatkan masyarakat, yang bisa dilakukan dengan dialog, untuk memastikan agar sekolah dapat menjawab tuntutan masyarakatkomunitas. Dalam hal ini, sekolah dan masyarakat memiliki pemahaman yang sama tentang 39 Revitalisasi Pendidikan Vokasi