3
Revitalisasi Pendidikan Vokasi
I. Analisis Situasi
Skenario ini akan terjadi bila : 1 tarif intra-regional yang masih ada dihapus, 2 halangan non-tarif untuk barang dan jasa sampai 50 dihapus, dan 3
fasilitasi perdagangan dalam bentuk pengurangan ixed trade costs sebesar 20 dilakukan.
Dari Gambar 1.1 dapat dilihat terjadi gap antara kebutuhan tenaga kerja di Indonesia dengan prediksi yang dilakukan sehingga diperlukan program
akselerasi dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja di Indonesia. Akselerasi yang diperlukan tersebut diharapkan dapat diperankan oleh pendidikan
dan pelatihan vokasi. Penyediaan tenaga kerja terampil dilakukan dengan meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan vokasi yang ada. Dalam
peningkatan kualitas tersebut, harus dipastikan bahwa kelompok masyarakat yang paling rentan terutama yang berusia muda memenuhi kualiikasi dan
memperoleh kompetensi yang dapat membekali mereka untuk bersaing dalam mengisi peluang-peluang kerja yang ada ILO, 2014.
1.2 Dinamika Pasar Kerja, Keterampilan, dan Peserta Didik 1. Dinamika Pasar Kerja
Perubahan di pasar kerja dapat diindikasikan oleh perubahan penyerapan tenaga kerja lulusan sistem pendidikan dan pelatihan. Dari sudut pandang
sistem pendidikan dan pelatihan, perubahan penyerapan tersebut dimaknai sebagai tingkat kebekerjaan lulusan. Jika ditinjau dari tingkat kebekerjaan
lulusan, pada jenjang pendidikan menengah terindikasi terjadi perubahan kecenderungan tingkat kebekerjaan lulusan SMK dan SMA dalam kurun waktu
15 tahun terakhir sampai dengan tahun 2015. Perubahan tingkat kebekerjaan lulusan tersebut terjadi antara tahun 2005 dan 2010. Pada kurun waktu 5
tahun pertama, dari tahun 2000 sampai dengan 2005, tingkat kebekerjaan lulusan SMK lebih tinggi dibandingkan dengan lulusan SMA. Pada kurun
waktu 5 tahun terakhir 2010 s.d. 2015 tingkat kebekerjaan lulusan SMA justru lebih tinggi dibandingkan dengan lulusan SMK Gambar 1.2. Perubahan
tingkat kebekerjaan secara substansial ini pasti mengindikasikan terjadinya perubahan di pasar kerja.
Tingkat kebekerjaan lulusan SMA yang lebih tinggi mungkin dipengaruhi oleh tiga faktor sebagai berikut. Pertama, adanya perubahan karakteristik
dunia kerja. Dalam konteks ini tampaknya jenis pekerjaan yang memerlukan keterampilan yang lebih umum, yaitu keterampilan berpikir logis sebagai
kebalikan dari keterampilan membuat produk barang dan jasa, sebagaimana
4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
70 75
80 85
2000
2000 2010
2015 Tingkat kebekerjaan lulusan SMA
Tingkat kebekerjaan lulusan SMK 2005
90 86.21 86.58
80.37 88.10
87.18 90.74
89.19 95
Gambar 1.2. Dinamika Kebekerjaan Lulusan SMA dan SMK
BPS, Sakernas 2000, 2005, 2010,2015. Rerata Februari dan Agustus atau November
1
dikemukakan dalam Keterampilan Abad ke-21, meningkat. Kedua, adanya lonjakan peningkatan lulusan SMK masuk ke pasar kerja yang berdampak
pada kelebihan pasokan lulusan SMK. Lonjakan ini terjadi sebagai dampak langsung dari kebijakan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan
di SMK melalui program pembalikan rasio peserta didik SMA:SMK menjadi 30:70. Kenaikan pasokan lulusan SMK ke pasar kerja antara tahun 2005 dan
2015 adalah sebesar 76, sementara itu kenaikan pasokan lulusan SMA ke pasar kerja hanya sebesar 49 Gambar 1.2. Namun, kenaikan persentase
angka kerja lulusan SMK terhadap angkatan kerja lulusan sekolah menengah secara keseluruhan tidak begitu tajam. Kenaikan pasokan lulusan SMK selama
10 tahun antara tahun 2005 dan 2015 adalah 4 dari 33 menjadi 37, sedangkan kenaikan serupa selama 5 tahun antara tahun 2000 dan 2005 saja
sudah mencapai 7 dari 26 menjadi 33. Ketiga, gabungan dari keduanya, yaitu jenis keterampilan pekerja baru yang dibutuhkan dunia kerja berubah,
yaitu menjadi pekerja baru yang lebih memiliki kemampuan berpikir logis, sementara SMK memasok lebih banyak lulusan dengan jenis keterampilan
1 Sakernas tahun 2000 dilaksanakan satu kali dalam setahun. Sakernas tahun 2005, 2010, dan 2015 dilaksanakan dua kali setahun. Sakernas pertama bulan Februari, Sakernas ke dua bulan
Agustus atau November. Angka untuk tahun 2005, 2010, 2015 mrupakan rerata dari kedua sakernas tersebut.
5
Revitalisasi Pendidikan Vokasi
I. Analisis Situasi