Keberadaan Penduduk Lanjut Usia

14 mental, dan sosial. Arking 2006 dalam Dalgaard Strulik, 2014 menyatakan bahwa penuaan didefinisi sebagai hilangnya fungsi intrinsik, kumulatif, dan progresif yang pada akhirnya mengarah pada kematian. Dijelaskan bahwa penuaan individu sebaiknya lebih dipandang sebagai kejadian yang tergantung pada proses, dibanding kejadian, yang tergantung pada waktu. Artinya, bisa jadi seseorang yang berumur 65 tahun berada pada kondisi kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan orang lain yang berusia 50 tahun. Studi tentang lansia menjadi menarik karena adanya diversitas pada kelompok penduduk ini http:us.sagepub.com. Diberikan contoh bahwa para peneliti tertarik untuk mengetahui mengapa seseorang yang telah berumur 70 masih bisa menduduki jabatan presiden, sedangkan orang lain yang berusia sama sudah menjalani perawatan di tempat penitipan lansia. Dengan demikian, disimpulkan bahwa penuaan tidak berkaitan dengan “jam biologis” biological clock sebagai mekanisme yang mengendalikan aktivitas fisiologis organisme yang berubah secara harian, mingguan, tahunan, atau siklus reguler lainnya. Saat ini, Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah penduduk lansia terbanyak di dunia, yakni mencapai 18,1 juta jiwa atau 7,6 persen dari jumlah penduduk, dan diproyeksikan oleh Bappenas akan mencapai 36 juta orang pada tahun 2025 http:www.buk.kemkes.go.id . Kondisi ini menyebabkan Indonesia dikategorikan sebagai negara berstruktur penduduk tua yang pada akhirnya membawa konsekuensi pada peningkatan kebutuhan pelayanan terhadap lansia Departemen Sosiologi, Fisip, Universitas Airlangga, 2013. 15 Menurut Sutikno 2011, jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2025 dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1990 akan mengalami kenaikan sebesar 414 persen, yang mana kondisi ini merupakan kenaikan paling tinggi di seluruh dunia. Mengacu pada Departemen Kesehatan 2003 peneliti ini mengadakan komparasi antar negara-negara di dunia tentang kenaikan tersebut pada periode yang sama yaitu Kenya 347; Brazil 255; India 242; China 220; Jepang 129; Jerman 66; dan Swedia 33. Jika diadakan komparasi antar provinsi di Indonesia, dari kelompok tiga besar provinsi yang memiliki proporsi penduduk lansia tertinggi, Bali menempati urutan kedua yaitu mencapai 10,51 persen, disusul oleh Provinsi Jawa Timur 10,35, sedangkan Daerah Istimewa Yogyakarta berada pada urutan teratas 13,65 BPS Indonesia, 2005. Prosespenuaan penduduk dapat diukur melalui tiga besaran yakni pertumbuhan umur median penduduk, pertumbuhan indeks penuaan, dan pertumbuhan persentase penduduk lansia Novak et al., 2015. Pertama, umur median merupakan umur yang membagi penduduk menjadi dua kelompok sama besar─separuh penduduk lebih muda dan separuh lebih tua dari umur median. Kedua, indeks penuaan merupakan rasio antara penduduk yang lebih tua umur 65 tahun atau lebih dengan penduduk yang lebih muda umur 0-14 tahun dikalikan dengan 100. Ketiga, persentase penduduk lansia adalah jumlah penduduk umur 65 tahun atau lebih, dari total penduduk dikalikan 100 persen. 16

2.2. Usia Harapan Hidup dan Penduduk Lanjut Usia

Angka harapan hidup global meningkat hampir sebesar 20 persen selama 50 tahun belakangan ini Oster et al., 2013. Naiknya angka harapan hidup merupakan faktor utama penuaan penduduk Novak et al., 2015. Tingginya proporsi penduduk lansia di suatu wilayah sejalan dengan naiknya usia harapan hidup life expectancy. Semakin tinggi usia harapan hidup, terdapat kecenderungan semakin besar proporsi penduduk lansia di suatu wilayah. Salah satu sebab utama meningkatnya usia harapan hidup di suatu wilayahnegara adalah meningkatnya pendapatan perkapita penduduknya Dalgaard Strulik, 2014. Selanjutnya dijelaskan bahwa kondisi ini memunculkan gagasan “kemakmuran mengarah pada umur panjang” prosperity leads to greater longevity. Selain itu, usia harapan yang tinggi adalah sebagai konsekuensi dari meningkatnya kondisi kesehatan masyarakatnya. Kondisi kesehatan masyarakat yang tinggi menyebabkan penduduknya dapat bertahan hidup relatif lebih lama dibandingkan dengan kelompok masyarakat dengan taraf kesehatan yang lebih rendah. Jika dikaitkan dengan proporsi penduduk lansia di Indonesia, hal ini dapat mencerminkan bahwa kondisi kesehatan penduduk Indonesia relatif lebih baik dibandingkan dengan negara-negara yang memiliki proporsi penduduk lansia yang lebih rendah. Sejalan dengan itu, dapat juga dinyatakan bahwa kondisi kesehatan penduduk Provinsi Bali lebih baik dari pada provinsi lain di Indonesia dengan proporsi penduduk lansia yang relatif lebih kecil. 17 Secara umum, kondisi di berbagai negara menunjukkan bahwa terdapat berbedaan angka harapan hidup menurut jenis kelamin, dimana perempuan berumur lebih panjang dibandingkan dengan laki-laki Clark Peck, 2012. Dijelaskan bahwa perbedaan gaya hidup menjadi salah satu penyebab terjadinya kondisi ini. Merokok dan mengkonsumsi minuman keras, menyebabkan laki-laki cenderung lebih pendek umurnya dibandingkan dengan perempuan karena perilaku tersebut dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker, kerusakan paru-paru, dan sakit jantung. Laki-laki juga dikatakan lebih terpengaruh secara emosional oleh tekanan sosial-ekonomi dibandingkan perempuan. Jika laki-laki mengalami masalah dalam hidupnya, mereka cenderung menyimpannya sendiri─tidak berbagi dengan orang lain untuk meringankan beban tersebut. Selain itu, perempuan memiliki keunggulan secara biologis dibandingkan laki-laki karena pengalaman menstruasi dan reproduksi. Selain meningkatnya angka harapan hidup, menurut Chand dan Tung 2014, meningkatnya jumlah penduduk lansia juga disebabkan oleh penurunan angka kelahiran dan penurunan angka kematian yang menggantikan penurunan kelahiran. Dijelaskan bahwa penyebab turunnya angka kelahiran antara lain disebabkan oleh meningkatnya status sosial perempuan, perluasan ketersediaan mekanisme pengendalian kelahiran, meningkatnya akses terhadap pendidikan tinggi untuk kaum perempuan, meningkatnya biaya perawatan anak, serta melemahnya norma atau nilai yang menekankan pentingnya keluarga besar. Meningkatnya status sosial perempuan antara lain direfleksikan dengan meningkatnya tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan Novak et al., 2015.