Pola perawatan yang diinginkan oleh lansia

90 terhadap orang tua; 6. Anak lebih mengerti kondisi orang tua; 7. Anak masih membutuhkan orang tua; 8. Anak merawat dengan kasih saying; 9. Anak tulus merawat orang tua; 10. Anak wajib merawat orang tua; 11.Dirawat anak lebih nyaman; 12. Dapat bertukar pikiran dengan anak; 13. Ingin tetap disamping anak cucu; 14. Lebih bahagia bersama anak; 15. Lebih nyaman dengan anak; dan 16. Lebih senang dirawat di rumah sendiri. Cukup banyak alasan yang disampaikan oleh responden lansia mengenai keinginannya tetap untuk dirawat oleh keluarga mereka seperti yang disampaikan sebelumnya. Namun inti dari semua itu adalah mereka para lansia merasa lebih bahagia atau lebih senang jika dirawat oleh keluarganya dibandingkan dengan orang lain. Kiranya alasan ini adalah sesuatu yang sangat rasional atau masuk akal dan sangat manusiawi. Keluarga adalah orang terdekat yang diajak berkeluh kesah selama hidupnya, dengan demikian hidup bersama keluarga adalah sebuah kebiasaan yang mereka lalui selama hidupnya, sehingga akan terasa sulit atau tidak diinginkan orang lain yang menggantikan kedudukan keluarga. Bagaimana pun juga keluarga menjadi bagian yang sangat penting bagi keberadaan lansia, dan tentu saja mereka tidak akan mau digantikan oleh orang lainnya dalam urusan merawat mereka. Jawaban yang mereka sampaikan memang konsisten dengan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan lainnya. Hal ini dapat menunjukkan bahwa memang demikianlah yang diinginkan oleh para lansia tersebut. Selanjutnya mereka juga memberikan pandangan yang konsisten tentang ide atau pemikiran mereka mengenai siapa yang sebaiknya merawat lansia pada masa yang akan datang. Data menunjukkan sekitar 99 persen responden tidak memiliki idea atau 91 pemikiran bahwa pada masa yang akan datang perawatan lansia sebaiknya diserahkan kepada lembaga lain untuk melaksanakannya, meskipun semakin kompleksnya aktivitas di dalam pekerjaan dan masyarakat. Sisanya hanya 1 persen yang memiliki ide bahwa perawatan lansia sebaiknya diserahkan kepada lembaga lainnya untuk melaksanakannya. Data ini dapat dikatakan bahwa hampir semua responden lansia tidak menginginkan dirinya maupun lansia lainnya dirawat oleh lembaga lain pada masa yang akan datang. Mereka semuanya menginginkan tetap dirawat oleh keluarganya. Dengan demikian jelas terlihat meskipun pada saat ini maupun pada masa-masa yang akan datang semakin kompleksnya aktifitas dalam pekerjaan dan masyarakat tidaklah menjadi hambatan bagi lansia untuk tetap menginginkan di rawat oleh keluarganya. Dengan pemahaman bahwa anak memiliki kewajiban untuk merawat orang tuanya sebagai bagian dari cara untuk membayar hutang Rna kepada leluhur orang tua, sepertinya orang tua tetap memilih untuk dirawat oleh keluarganya dengan dukungan perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh keluarganya dalam merawat lansia selama ini. Berbagai alasan yang disampaikan oleh responden lansia tentang kenapa mereka tidak menginginkan untuk dirawat oleh lembaga lainnya pada masa yang akan datang ternyata konsisten dengan alasan kenapa mereka menginginkan untuk tetap dirawat oleh keluarganya sendiri atau oleh anak-anak mereka. Beberapa alasan tersebut antara lain: 1. Ada anak cucu yang akan merawat; 2. Ada keluarga yang mengurus; 3. Anak lebih mampu merawat orang tua; 4. Anak lebih memahami dan mengerti orang tuanya dibandingkan dengan orang lain; 5. 92 Anak masih membutuhkan orang tua; 6. Agar terus dapat berkumpul dengan keluarga; 7. SEnang diurus oleh anak; 8. Merasa lebih aman dengan keluarga; 9. Tidak nyaman dengan orang lain; 10. Dengan anak dapat lebih leluasa ; 11. Sudah menjadi tanggung jawab anak untuk merawat orang tua. Berdasarkan jawaban yang disampaikan sebelumnya, ternyata alasan yang paling banyak dipilih kenapa mereka tidak menginginkan dirawat oleh lembaga lainnya pada masa yang akan datang, karena mereka masih memiliki anak yang akan merawat mereka sehingga tidak membutuhkan lembaga lainnya untuk kegiatan tersebut. Selain itu alasan yang juga banyak disampaikan selain alasan yang pertama tadi adalah anak berkewajiban merawat orang tuanya, sehingga orang tua akan menjadi tanggung jawab anak pada masa yang akan datang dalam perawatan yang dibutuhkan. Pemahaman ini juga memberikan makna bahwa keluarga yang dalam hal ini meliputi anak, menantu, keponakan, cucu, adik, saudara, ipar akan menjadi tumpuan bagi lansia kelak di masa tuanya. Semasih ada keluarga-keluarga tersebut, maka orang tua tidak akan pernah berpikir untuk mau dirawat oleh pihak atau lembaga lainnya. Dengan demikian keluarga, tidak hanya keluarga inti nuclear family yang mereka harapkan, juga keluarga luas extended family yang menjadi demikian penting bagi para lansia di Bali. Sekarang persoalannya bagaimana jika lansia tidak memiliki keluarga, hidup sebatang kara, tidak ada istrisuamianak maupun keluarga luas lainnya, siapa pihak yang akan mengurusnya. Kelompok masyarakat yang seperti ini mungkin menjadi tanggung jawab pemerintah atau pihak lainnya yang berkecimpung dibidang ini. Namun demikian apakah kelompok masyarakat yang sebatang kara, hidup sendiri tanpa 93 keluara inti maupun keluarga luas bersedia untuk tinggal terpisah dengan warganya dimana dia sudah hidup sekian lama. Hal ini juga menjadi pertanyaan tersendiri jika suatu saat pemerintah daerah maupun lembaga-lembaga lainnya berkeinginan untuk mendirikan panti jompo atau panti werda mengingat kekerabatan di Bali masih demikian kental khususnya umat Hindu. Walaupun tidak ada hubungan darah, namun masih dalam satu Banjar misalnya, maka kemungkinan mereka akan tetap menghendaki tinggal dilingkungannya, apalagi pada mereka yang masih memiliki keluarga inti atau pun keluarga luas. Satu hal yang juga ditanyakan kepada para lansia dalam penelitian ini adalah apakah mereka setuju jika para lansia dirawat oleh lembaga lain yang lebih professional dalam memberikan perawatan kepada lansia. Dengan penambahan kata professional dalam pertanyaan tersebut juga tidak memberikan respon yang jauh berbeda dengan sebelumnya. Sebanyak 95 persen responden lansia menyatakan tidak setuju dirawat oleh lembaga lain yang lebih professional, hanya 5 persen yang menyatakan setuju. Responden lansia yang menayatakan setuju dirawat oleh lembaga lain yang lebih professional memberikan alasan agar para lansia mendapatkan perawatan yang lebih baik, dan jika tidak ada yang bertanggung jawab terhadap lansia tersebut. Alasan ini dapat dimaknai jika tidak ada keluarga, baik keluarga inti maupun keluarga luas yang bertanggung jawab terhadap lansia tersebut, maka lebih baik dirawat oleh lembaga lain yang lebih professional tersebut. Dengan kata lain jika masih ada keluarga yang bertanggung jawab terhadap para lansia, maka lebih baik keluarga sendiri yang merawat lansia tersebut. Jawaban responden mengenai pertanyaan ini mungkin akan berkaitan 94 erat dengan kondisi responden lansia saat ini. Responden lansia yang menyatakan tidak setuju jika dirawat oleh lembaga yang lebih professional kemungkinan telah merasa bahagia dan senang dirawat oleh keluarganya, sehingga tidak memerlukan lagi lembaga tersebut. Di pihak lain jika ada responden lansia yang merasa tidak memperoleh perawatan yang dirasakan memadai dari keluarganya selama ini, mungkin mereka akan setuju jika lansia dirawat oleh lembaga yang lebih professional. Mengingat kondisi responden lansia hampir semuanya merasa senang, nyaman, dan bahagia dirawat oleh keluarganya, maka mereka memberikan jawaban tidak setuju jika para lansia dirawat oleh lembaga yang lebih professional dalam memberikan perawatan. Sangat sedikit yang setuju jika lansia yang ada dirawat oleh lembaga lain yang lebih professional. Alasan yang disampaikan oleh responden lansia kenapa mereka tidak setuju jika para lansia dirawat oleh lembaga lain yang lebih professional juga konsisten dengan alasan-alasan lain yang telah disebutkan sebelumnya. Ada beberapa alasan penting yang disampaikan oleh para lansia antara lain: 1. Anak lebih memahami keadaan orang tua. Mereka beranggapan tidak ada orang lain lagi yang lebih memahami apa yang diinginkan oleh orang tua, apa kemauan orang tua, apa kebiasaannya dan sebagainya selain anaknya sendiri atau keluarganya, hal inilah yang mendasari jawaban responden lansia tersebut. 2. Lebih nyaman dan lebih senang dirawat oleh anakkeluarga. Anakkeluarga adalah orang-orang dekat yang biasa mereka lihat dan diajak bergaul dalam kesehariannya, maka sangatlah masuk akal jika mereka akan merasa lebih nyaman jika dihari tuanya hidup dengan anakkeluarganya. 3. Merawat orang tua adalah tanggung jawab dan 95 kewajiban anak, sehingga mereka tidak setuju jika lembaga lain yang mengambil alih tanggung jawab tersebut; 4. Masih ada anak dan keluarga yang akan merawat para lansia, agar terus dapat berkumpul dengan keluarga, sehingga tidak setuju jika para lansia dirawat oleh lembaga lain. Dengan demikian dapat dikatakan mereka para lansia lebih menginginkan dirawat oleh keluarga atau anak-anak mereka meskipun mungkin mereka kurang professional dalam merawat orang tua. Namun yang lebih penting mungkin kasih saying, dan perhatian yang tulus yang diterima oleh para lansia yang menyebabkan mereka tetap memilih keluarga sebagai tempat dalam menghabiskan hari tua. Pertanyaan lain yang diajukan kepada responden lansia juga dijawab konsisten oleh responden. Dalam penelitian ini ditanyakan jika ada lembaga lainorganisasi lain yang bersedia merawat para lansia apakah mereka bersedia? Jawaban dari pertanyaan ini juga konsisten dengan jawaban-jawaban mereka pada pertanyaan-pertanyaan lain sebelumnya. Sebanyak 99 persen dari responden lansia atau hampir seluruhnya yang menyatakan tidak bersedia, hanya 1 persen yang menjawab bersedia. Responden lansia yang menyatakan bersedia juga memiliki alasan jika tidak ada yang akan merawat lansia di rumah, artinya jika ada yang akan merawat lansia di rumah maka lebih baik di rawat di rumah oleh keluarga. Secara implisit juga berarti dibandingkan dengan tidak ada orang yang merawat lansia tersebut, maka lebih baik lansia dirawat oleh lembaga lain tersebut, demikian sebaliknya. Alasan mereka tidak bersedia dirawat oleh lembaga lain tersebut juga konsisten dengan jawaban-jawaban sebelumnya. Alasan-alasan tersebut antara lain: 1 Tidak mau berpisah atau jauh dari anak-anakkeluarga dan 96 cucu, artinya mereka tidak menginginkan perpisahan dengan keluarganya. 2. Anak masih membutuhkan orang tua, artinya orang tua tidak akan tega meninggalkan anaknya jika harus tinggal di tempat lain; 3. Ingin berada di rumah sampai tua; 4. Lebih senang dirawat oleh anakkeluarga sendiri dibandingkan dengan orang lain, dan tidak merasa nyaman dengan orang lain; 5. Ini tanggung jawab anak dalam merawat orang tua di hari tua mereka. Penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa mereka tidak mau dirawat oleh lembaga lain walaupun ada yang bersedia untuk itu. Mereka tetap menginginkan kelaurga atau anak-anak mereka yang akan merawatnya di hari tua. Pertanyaan untuk memastikan keinginan mereka juga ditanyakan disini, dengan pertanyaan apakah mereka tetap menginginkan untuk dirawat oleh anak- anak atau keluarga sendiri, ternyata semua responden 100 persen menjawab ya. Ini berarti semua responden tetap menginginkan mereka dirawat oleh keluargaanak-anak mereka. Alasan mereka senada dengan alasan-alasan sebelumnya antara lain: 1. Agar dekat dengan anak dan cucu, mereka adalah kebahagiaan lansia di hari tua; 2. Agar dapat menikmati hari tua dengan anak dan cucu; 3. Anak dan orang tua saling membutuhkan; 4. Agar anak tidak lupa pada orang tua, sehingga tidak lepas ikatan dengan anak. Responden lansia juga menyatakan dan memahami bahwa keturunananak memiliki kewajiban secara etikamoral dan agama untuk merawat orang tua di hari tua mereka. Semua responden menyatakan mengetahui tentang hal tersebut. Pengetahuan lansia tentang hal ini juga dapat dibuktikan dari beberapa alasan yang telah dibahas sebelumnya antara lain pernyataan dari responden yang 97 menyatakan bahwa anak bertanggung jawab atau berkewajiban untuk mengurus orang tua mereka pada saat mereka sudah lanjut usia. Jawaban mereka tersebut secara implicit sudah bermakna mereka memiliki pengetahuan bahwa keturunananak memiliki kewajiban secara etikamoral dan agama untuk merawat orang tuanya pada masa tuanya. Beberapa ajaran agama yang dipandang sesuai dengan hal tersebut antara lain Ajaran tentang Catur Guru yang didalamnya mengandung nilai tentang Guru Rupaka, yang menyebutkan anak harus hormat kepada ayah dan ibu atau orang tua yang melahirkan mereka ke dunia. Dengan pemahaman tentang konsep ini, maka para lansia akan merasa bahwa sudah ada anakkeluarga yang memiliki kewajiban untuk merawat mereka di hari tua, sehingga mereka merasa tidak perlu untuk memikirkan lembaga lainnya untuk merawat mereka nanti. Selain itu ada Ajaran agama yang lainnya yang juga disebutkan seperti Tri Hita Karana, yang salah satu didalamnya menjaga hubungan yang harmonis antar sesama manusia, dalam hal ini antara anakkeluarga dengan lansia. Ajaran ini juga akan menguatkan tekad lansia bahwa mereka nantinya akan diurus oleh keluargaanak-anak mereka. Selain itu ada juga nilai-nilai lain yang mereka sampaikan seperti Tri Kaya Parisudha, yang berarti berpikir, berkata, dan berbuat yang benar. Hal ini juga menjadi dasar nilai-nilai dari lansia yang menguatkan mereka untuk dirawat di rumah. Dengan pemahaman tentang nilai-nilai Ajaran Agama Hindu tersebut, maka lansia tetap menginginkan di rawat di rumah sebagai bagian dari implementasi ajaran agama dalam kehidupan. Hal ini didukung oleh jawaban responden tentang pertanyaan apakah perawatan yang lansia dapatkan 98 sudah sesuai dengan ajaran agama. Semua responden lansia 100 persen menyatakan sudah sesuai dengan ajaran agama tentang perawatan yang dilakukan oleh keluargaanak-anaknya selama ini. Responden secara umum dan sebagian besar merasakan bahwa keluargaanak-anak mereka merawatnya dengan tulus karena memahami dan bersedia melaksanakan ajaran agama dalam kaitannya dengan ajaran Catur Guru khususnya hormat kepada Guru Rupakaorang tua yang sudah melahirkan mereka. Dengan pandangan yang seperti itu dan merasakan bahwa keluargaanak- anaknya merawat lansia dengan sebaik-baiknya yang merupakan sebuah implementasi dari ajaran agama khususnya Agama Hindu, maka semua responden lansia menginginkan kondisi tersebut harus tetap dipertahankan pada masa yang akan datang. Hal ini juga berarti bahwa responden lansia tidak bersedia memberikan ruang untuk lembaga atau pihak lain untuk memberikan perawatan kepada lansia pada masa yang akan datang. Beberapa alasan yang disampaikan kenapa responden lansia tetap menginginkan kondisi ini dipertahankan artinya tetap menginginkan perawatan sesuai dengan ajaran agama yang ada antara lain: 1 Agar anak cucu tetap hormat dan berbakti pada orang tua, tidak durhaka dan bertanggung jawab kepada orang tua; 2. Agar hubungan antara anak dan orang tua selalu terjaga, saling mengormati, rukun dalam keluarga; 3. Kewajiban anak melayani orang tuanya di masa tuanya; 4. Harus dilaksanakan turun temurun, artinya kondisi ini harus dipertahankan dimasa yang akan datang sehingga ajaran- ajaran agama tersebut nilai-nilainya dapat dilestarikan untuk generasi penerus, 5. Tradisi memang harus dipertahankan sampai kapanpun. 99 Memperhatikan bagaimana pandangan responden tentang bagaimana perawatan yang telah dirasakan oleh lansia selama ini, maka mereka berpendapatan bahwa perawatan yang diberikan oleh keluarga selama ini sudah cukup, memadai, dan merasa sudah aman dan nyaman yang disampaikan oleh sebagian besar responden. Ada sebagian kecil yaitu hanya 1 persen yang masih merasa tidak puas terhadap perawatan yang diberikan oleh anakkeluarganya selama ini, sehingga akan mempengaruhi persepsinya tentang pola perawatan yang diinginkan oleh lansia. Mereka menginginkan dirawat dengan penuh kasih sayang, iklas, perhatian, dirawat dengan lebih baik, dan tidak mengabaikan oleh keluargaanak-anak mereka. Hal ini diinginkan oleh hanya sangat sedikit responden yang merasa belum mendapatkan apa yang diinginkan atau diharapkan. Dengan demikian pola perawatan yang diinginkan oleh mereka berdasarkan pengalaman yang kurang baik yang mereka rasakan selama ini. Bagi responden lansia yang dirawat dengan baik oleh keluargaanak-anaknya, mereka sudah merasa cukup apa yang mereka sudah dapatkan sehingga tidak menginginkan pola perawatan yang lainnya lagi.

4.3.4 Pola Perawatan Penduduk Lansia yang Dilakukan oleh Keluarganya

Sebelum mengupas lebih jauh mengenai perawatan penduduk lansia, terlebih dahulu akan dipaparkan tentang keberadaan penduduk lansia, informasi terkait bina keluarga lansia BKL, dan pengalaman yang diperoleh keluarga ini dalam pembinaan lansia. Keberadaaan lansia dapat ditelusuri melalui banyaknya lansia yang menjadi cakupan keluarga responden. Jumlah lansia dalam keluarga tidak banyak variasinya, yaitu berkisar dari satu hingga tiga orang. Sekitar 65 100 persen responden keluarga lansia menyatakan masing-masing memiliki seorang penduduk lansia dalam keluarganya, sebanyak 33 persen menyatakan masing- masing memiliki dua orang penduduk lansia, dan sebagian kecil sisanya masing- masing memiliki tiga orang penduduk lansia. Selain itu diinformasikan pula bahwa hampir seluruh penduduk lansia yang digambarkan di atas adalah penduduk lansia yang aktif. Selanjutnya, terkait dengan pengetahuan responden terhadap bina keluarga lansia BKL, tampak bahwa lebih dari 70 persen menyatakan pernah mendengar tentang BKL. Informasi tentang BKL diperoleh responden dari berbagai sumber, seperti dari banjar, desa, kelurahan, puskesmas, dari tetangga, atau saudara. Meskipun demikian, dalam penelitian ini ditemukan bahwa hanya tiga sumber informasi yang menonjol; yaitu yang berasal dari banjar 35,3 persen, dari banjar dan kelurahan 16,0 persen, dan dari desa 7,3 persen. Tingginya pengetahuan responden terhadap BKL tidak secara otomatis berarti bahwa jumlah keluarga yang menjadi anggota BKL juga banyak. Persentase keluarga yang menyatakan pernah menjadi anggota BKL sebesar 22,00 persen. Sementara yang tetap aktif mnegikuti kegiatan BKL sampai saat penelitian ini dilakukan hanya sekitar 7 persen, dan umumnya mereka memperoleh pembinaan dari petugas yang berasal dari Puskesmas. Meskipun proporsi responden yang mengikuti kegiatan BKL angkanya relatif rendah, bukan berarti para responden lainnya tidak melakukan upaya-upaya terkait dengan perawatan penduduk lansia. Bahkan upaya-upaya yang dilakukan oleh para responden relatif beragam, baik berkaitan dengan kesehatan secara fisik,