Pola Perawatan Penduduk Lansia yang Dilakukan oleh Keluarganya
100
persen responden keluarga lansia menyatakan masing-masing memiliki seorang penduduk lansia dalam keluarganya, sebanyak 33 persen menyatakan masing-
masing memiliki dua orang penduduk lansia, dan sebagian kecil sisanya masing- masing memiliki tiga orang penduduk lansia. Selain itu diinformasikan pula
bahwa hampir seluruh penduduk lansia yang digambarkan di atas adalah penduduk lansia yang aktif.
Selanjutnya, terkait dengan pengetahuan responden terhadap bina keluarga lansia BKL, tampak bahwa lebih dari 70 persen menyatakan pernah mendengar
tentang BKL. Informasi tentang BKL diperoleh responden dari berbagai sumber, seperti dari banjar, desa, kelurahan, puskesmas, dari tetangga, atau saudara.
Meskipun demikian, dalam penelitian ini ditemukan bahwa hanya tiga sumber informasi yang menonjol; yaitu yang berasal dari banjar 35,3 persen, dari banjar
dan kelurahan 16,0 persen, dan dari desa 7,3 persen. Tingginya pengetahuan responden terhadap BKL tidak secara otomatis berarti bahwa jumlah keluarga
yang menjadi anggota BKL juga banyak. Persentase keluarga yang menyatakan pernah menjadi anggota BKL sebesar 22,00 persen. Sementara yang tetap aktif
mnegikuti kegiatan BKL sampai saat penelitian ini dilakukan hanya sekitar 7 persen, dan umumnya mereka memperoleh pembinaan dari petugas yang berasal
dari Puskesmas. Meskipun proporsi responden yang mengikuti kegiatan BKL angkanya
relatif rendah, bukan berarti para responden lainnya tidak melakukan upaya-upaya terkait dengan perawatan penduduk lansia. Bahkan upaya-upaya yang dilakukan
oleh para responden relatif beragam, baik berkaitan dengan kesehatan secara fisik,
101
kesehatan secara psikis, kesehatan secara sosial ekonomi, dan kesehatan secara spiritual. Masing-masing upaya yang dilakukan responden dalam perawatan
penduduk lansia akan diuraikan secara berturut-turut berikut ini.
1 Upaya-upaya yang dilakukan keluarga untuk menjaga penduduk lansia
agar tetap sehat secara fisik
Upaya yang dilakukan terkait dengan kesehatan secara fisik adalah 1 memberikan gizi seimbang; 2 mengatur jadwal makannya; 3 mengatur asupan
makan sesuai dengan diet yang dianjurkan; 4 menyarankan berolahraga; 5 menyarankan danatau menjaga kebersihan dirinya; 6 menyarankan danatau
menjaga kebersihan lingkungan; 7 menyarankan danatau melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur; dan 8 mengajakmemeriksakan
kesehatannya jika sakit. Selanjutnya hasil penelitian tentang upaya-upaya yang dilakukan
responden untuk menjaga kesehatan penduduk lansia secara fisik dapat digambarkan
sebagai berikut: Posisi pertama ditunjukkan oleh upaya mengajakmemeriksakan kesehatannya jika sakit lebih dari 90 persen, disusul
oleh upaya menyarankan danatau menjaga kebersihan dirinya sekitar 80 persen. Upaya yang bersifat mengatur jadwal makannya, memberikan gizi seimbang, dan
menyarankan danatau menjaga kebersihan lingkungan dengan proporsi masing- masing sekitar 70 persen. Sementara itu upaya yang menyarankan berolahraga
hampir mencapai 60 persen, sedangkan upaya yang bersifat mengatur asupan makanan sesuai diet yang dianjurkan dan mengajak danatau melakukan
pemeriksaan kesehatan secara teratur masing-masing proporsinya kurang dari 50
102
persen. Selengkapnya hal- hal yang dipaparkan di atas disajikan secara rinci pada Tabel 4.23.
Tabel 4.23 Distribusi Responden Menurut Upaya-upaya yang Dilakukan Dalam Perawatan
Fisik Penduduk Lansia, Studi Pola Perawatan Penduduk Lansia Pada Masyarakat Bali
No. Upaya yang dilakukan responden Jumlah
responden memilih “ya”
dalam orang Proporsi
responden memilih “ya”
dalam persen 1.
Memberikan gizi seimbang 107
71,3 2.
Mengatur jadwal makannya 111
74,0 3.
Mengatur asupan makanan sesuai dengan diet yang dianjurkan
66 44,0
4. Menyarankan berolahraga
88 58,7
5. Menyarankan danatau menjaga
kebersihan dirinya 121
80,7 6.
Menyarankan danatau menjaga kebersihan lingkungan
105 70,0
7. Menjaga danatau melakukan
pemeriksaan kesehatan secara teratur 59
39,3 8.
Mengajakmemeriksakan kesehatan jika sakit
139 92,7
Sumber: Hasil Penelitian Data Primer
Catatan: Responden boleh memilih lebih dari satu jawaban sesuai dengan
upaya yang dilakukan. Proporsi dihitung dari jumlah responden yang menjawab “ya”
dibagi dengan total responden.
Upaya-upaya yang dilakukan responden keluarga lansia terhadap
penduduk lansia orang tua responden tampaknya masih tetap sejalan dengan prinsip-prinsip “guru rupaka”. Salah satu prinsipnya adalah bahwa anak memiliki
kewajiban moral untuk memelihara dan merawat orang tuanya hingga akhir hayatnya, karena orang tualah yang telah melahirkan, membesarkan, serta
mengantarkan anak-anaknya sampai berhasil. Hal ini terungkap dari tingginya persentase jawaban responden untuk pernyataan-pernyataan yang meliputi 1
103
mengajakmemeriksakan kesehatan jika sakit; 2 menyarankan danatau menjaga kebersihan dirinya; 3 mengatur jadwal makannya; 4 memberikan gizi
seimbang; dan 5 menyarankan danatau menjaga kebersihan lingkungan. Persentase yang tinggi atas pernyataan-pernyataan di atas mencerminkan bahwa
anak-anak sudah menunaikan kewajiban untuk menjaga atau merawat orang tuanya dengan cara mengajakmemeriksakan kesehatan jika sakit. Tindakan yang
dilakukan responden untuk menjaga kesehatan orang tuanya jika sakit tergolong tindakan yang bersifat kuratif atau pengobatan. Selain tindakan kuratif, secara
tidak langsung dari hasil penelitian ini juga terungkap bahwa responden telah melakukan tindakan preventif, yaitu tindakan yang bersifat mencegah timbulnya
penyakit-penyakit yang kemungkinan akan menyerang penduduk lansia. Hal ini dicerminkan oleh tingginya persentase jawaban yang berkaitan dengan
“menyarankan danatau menjaga kebersihan dirinya“, “mengatur jadwal makannya”, “memberikan gizi seimbang”, “menyarankan danatau menjaga
kebersihan lingkungan”. Bahkan yang menarik pula dalam penelitian ini adalah “menyarankan penduduk lansia untuk berolahraga”. Meskipun persentasemya
hanya sekitar 60 persen, namun melalui olahraga yang teratur sangat efektif untuk mencegah kemungkinan timbulnya serangan penyakit terhadap penduduk lansia.
Pola perawatan penduduk lansia secara fisik yang digambarkan di atas masih bersifat umum, karena belum dikaitkan dengan variabel-variabel lain, yaitu
tempat tinggal, pendidikan, status pekerjaan, dan penghasilan responden. Tempat tinggal dibedakan menjadi daerah perkotaan yang diwakili oleh Kota Denpasar,
dan daerah perdesaan yang diwakili oleh Kabupaten Tabanan. Tingkat pendidikan
104
dibagi menjadi dua kategori, yaitu pendidikan SLTA ke bawah dan pendidikan tinggi. Status pekerjaan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu status formal adalah
untuk pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS dan pegawai swasta, dan di pihak lain pekerjaan-pekerjaan yang berstatus informal adalah petani, buruh
bangunan, wiraswasta, pedagang, dan lainnya. Penghasilan responden mencakup dua kelompok, yaitu kurang dari Rp.2 juta dan Rp.2 juta ke atas.
a Hubungan antara daerah tempat tinggal dengan upaya-upaya yang
dilakukan responden dalam perawatan penduduk lansia secara fisik
Daerah perkotaan sering dikonotasikan sebagai daerah dimana ikatan- ikatan sosial kekerabatan yang semakin mengendor, dan di pihak lain di daerah
perdesaan, ikatan-ikatan kekerabatan umumnya masih relatif kental. Namun demikian, dengan semakin majunya tingkat pendidikan, meningkatnya status
ekonomi, kemajuan di bidang komunikasi dan informasi, ditambah pula semakin lancarnya hubungan antara daerah perkotaan dengan perdesaan ternyata turut
berpengaruh terhadap kekentalan ikatan kekerabatan yang ada di daerah perdesaaan. Selanjutnya, hal ini akan turut berpengaruh terhadap seberapa jauh
perbedaan antara daerah perkotaan dengan perdesaan khususnya terkait dengan upaya-upaya yang dilakukan responden terhadap perawatan penduduk lansia
secara fisik Tabel 4.24. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Tabel 4.24 dapat digambarkan
bahwa di daerah perkotaan terdapat tiga upaya menonjol yang dilakukan responden dalam perawatan kesehatan penduduk lansia secara fisik, yaitu 1
memberikan gizi yang seimbang; 2 menyarankan berolahraga; dan 3 mengajakmemeriksakan kesehatannya jika sakit. Sementara itu, di daerah
pedesaan ditemukan lebih banyak upaya yang menonjol yang dilakukan
105
responden, yaitu 1 mengatur jadwal makannya; 2 mengatur asupan makanan sesuai dengan diet yang dianjurkan; 3 menyarankan danatau menjaga
kebersihan dirinya; 4 menyarankan danatau menjaga kebersihan lingkungan; dan 5 mengajak danatau melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur.
Tabel 4.24 Hubungan Antara Daerah Tempat Tinggal Dengan Upaya-upaya yang Dilakukan
Responden Dalam Perawatan Penduduk Lansia Secara Fisik No.
Upaya yang dilakukan responden Daerah
Perkotaan memilih “ya”
dalam persen Daerah
Perdesaan memilih “ya”
dalam persen 1.
Memberikan gizi seimbang 77,3
65,3 2.
Mengatur jadwal makannya 66,0
88,0 3.
Mengatur asupan makanan sesuai dengan diet yang dianjurkan
38,0 52,0
4. Menyarankan berolahraga
73,3 44,0
5. Menyarankan danatau menjaga
kebersihan dirinya 32,7
78,7 6.
Menyarankan danatau menjaga kebersihan lingkungan
69,3 70,3
7. Menjaga danatau melakukan
pemeriksaan kesehatan secara teratur 21,3
57,3 8.
Mengajakmemeriksakan kesehatan jika sakit
94,7 90,7
Sumber: Hasil Penelitian Data Primer
Catatan: 1 Responden boleh memilih lebih dari satu jawaban sesuai dengan
upaya yang dilakukan. 2
Persen dihitung dari jumlah responden yang menjawab “ya” dibagi dengan total responden.
Tiga upaya menonjol yang dilakukan oleh responden di daerah perkotaan sangat logis, karena upaya atau tindakan yang diambil oleh responden di daerah
cenderung lebih bersifat rasional mengingat kedekatan hubungan antara masyarakat di daerah perkotaan relatif berbeda dengan masyarakat di daerah
perdesaan. Mengatur gizi yang seimbang adalah tindakan yang berupaya untuk menjaga kestabilan kesehatan fisik penduduk, dalam hal ini termasuk penduduk
106
lansia. Demikian pula, upaya yang menyarankan penduduk lansia untuk berolahraga adalah saran yang positif. Kegiatan berolahraga akan menyebabkan
tubuh tetap sehat dan bugar, sirkulasi darah dalam tubuh menjadi stabil dan teratur, dan dapat mencegah kemungkinan terjadinya timbunan lemak yang sangat
berbahaya bagi
kesehatan. Demikian
pula terkait
dengan upaya
mengajakmemeriksakan kesehatannya jika sakit adalah sebuah tindakan yang rasional, karena semakin cepat memperoleh pelayanan kesehatan akan cepat pula
dapat diketahui penyebab penyakitnya. Pada akhirnya, hal ini akan berimplikasi pada pemberian terapi yang tepat kepada penderita, yang dalam hal ini adalah
penduduk lansia. Tentu saja kecepatan penanganan kesehatan penduduk lansia di daerah perkotaan sangat didukung oleh aksesibilitas pelayanan kesehatan di
daerah perkotaan jauh lebih baik dibandingkan dengan di daerah perdesaan. Telah dikemukakan pada bagian sebelumnya bahwa ikatan kekerabatan
pada masyarakat di daerah perdesaan relatif lebih kental dibandingkan dengan masyarakat di daerah perkotaan. Kondisi seperti ini tentunya tidak dapat
dilepaskan dari ciri-ciri perekonomian perdesaan pada masa lalu yang cenderung bersifat monokultur, yaitu sektor agraris atau pertanian. Ketergantungan pada
sektor pertanian juga mencerminkan siklus kegiatan atau pekerjaan yang sama antarwarga masyarakat. Beranjak dari kondisi inilah munculnya kekentalan ikatan
kekerabatan masyarakat di daerah perdesaan. Hubungan kekerabatan antarwarga masyarakat di daerah perdesaan lebih bersifat emosional, sedangkan di daerah
perkotaan lebih bersifat rasional. Memperhatikan keseharian warga masyarakat di daerah perdesaan seperti di atas, maka wajar apabila ditemukan upaya-upaya
107
menonjol yang dilakukan responden dalam perawatan penduduk lansia di perdesaan antara lain 1 mengatur jadwal makannya; 2 mengatur asupan
makanan sesuai dengan diet yang dianjurkan; 3 menyarankan danatau menjaga kebersihan dirinya; 4 menyarankan danmenjaga kebersihan lingkungan; dan 5
mengajak danatau melakukan kesehatan secara teratur. Kelima upaya yang diungkapkan di atas akan lebih banyak menyita waktu dalam perawatan kesehatan
penduduk lansia sehari-hari. Kondisi ini dimungkinkan, karena pengaturan waktu kerja pada aktivitas di sektor pertanian relatif lebih fleksibel dibandingkan dengan
kegiatan-kegiatan ekonomi di luar sektor pertanian. Aktivitas ekonomi di luar pertanian umumnya lebih menonjol di daerah perkotaan.
b Hubungan antara
tingkat pendidikan dengan upaya-upaya yang
dilakukan responden dalam perawatan penduduk lansia secara fisik
Pada pembahasan hubungan antara tingkat pendidikan dengan upaya- upaya yang dilakukan oleh responden dalam perawatan penduduk lansia secara
fisik, dapat dikemukakan bahwa tingkat pendidikan responden hanya dibagi dua, yaitu pendidikan SLTA ke bawah dan pendidikan tinggi. Alasan pemilahan
tingkat pendidikan menjadi dua kelompok adalah atas dasar pertimbangan kecilnya poporsi responden yang berpendidikan rendah SD ke bawah. Hubungan
antara tingkat pendidikan dengan upaya-upaya yang dilakukan responden dalam perawatan penduduk lansia secara fisik disajikan secara rinci pada Tabel 4.25.
Berdasarkan data pada Tabek 4.25, diperoleh bahwa upaya-upaya yang lebih menonjol dilakukan oleh responden berpendidikan tinggi adalah sebagai
berikut 1 memberikan gizi seimbang; 2 mengatur jadwal makannya; 3
108
mengatur asupan makanan sesuai dengan diet yang dianjurkan; 4 menyarankan berolahraga; 5 menjaga danatau melakukan pemeriksaan kesehatan secara
teratur; dan 6 mengajakmemeriksakan kesehatan jika sakit. Sementara itu, responden yang berpendidikan SLTA ke bawah hanya melakukan dua upaya
menonjol yaitu 1 menyarankan danatau menjaga kebersihan dirinya; dan 2 menyarankan danatau menjaga kebersihan lingkungan.
Tabel 4.25 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Upaya-upaya yang Dlakukan
Responden Dalam Perawatan Penduduk Lansia Secara Fisik No. Upaya yang dilakukan responden
SLTA ke bawah
dalam persen Pendidikan
Tinggi dalam persen
1. Memberikan gizi seimbang
68,4 76,9
2. Mengatur jadwal makannya
73,5 75,0
3. Mengatur asupan makanan sesuai
dengan diet yang dianjurkan 39,8
51,9 4.
Menyarankan berolahraga 51,0
73,1 5.
Menyarankan danatau menjaga kebersihan dirinya
82,6 76,9
6. Menyarankan danatau menjaga
kebersihan lingkungan 76,5
67,7 7.
Menjaga danatau melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur
35,7 46,2
8. Mengajakmemeriksakan kesehatan
jika sakit 91,8
94,2 Sumber: Hasil Penelitian Data Primer.
Jika diperhatikan kedua upaya yang dilakukan oleh responden yang berpendidikan SLTA ke bawah ternyata masih terbatas pada menyarankan apa yang harus
dilakukan oleh penduduk lansia agar yang bersangkutan sehat secara fisik. Upaya-upaya yang bersifat menyarankan tentu saja tidak memiliki risiko
pengeluaran biaya. Hal ini tentu berbeda jika dikaitkan dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh responden yang berpendidikan tinggi, ternyata lebih banyak yang
109
memiliki risiko pengeluaran. Misalnya memberi gizi seimbang; mengatur jadwal makannya; mengatur asupan makanan sesuai diet yang dianjurkan; menjaga
danatau memeriksakan kesehatan secara teratur; dan menjagamemriksakan kesehatannya jika sakit semuanya mengandung risiko pengeluaran. Artinya,
bahwa mereka yang lebih berpendidikan ternyata lebih berani mengambil risiko pengeluaran ketimbang mereka yang berpendidikan lebih rendah. Responden
berpendidikan tinggi bertindak lebih rasional, lebih tanggap, dan lebih berani mengambil risiko dibandingkan dengan responden berpendidikan rendah.
c Hubungan antara status pekerjaan dengan upaya-upaya yang dilakukan
responden dalam perawatan penduduk lansia secara fisik
Status pekerjaan responden dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu formal dan informal. Status formal mencakup pekerjaan sebagai PNS dan pegawai
swasta, dan yang berstatus informal adalah petani, buruh bangunan, wiraswasta, pedagang, dan lainnya. Pengelompokan pekerjaan menjadi formal dan informal
tersebut sejalan dengan pengelompokan yang dibuat oleh Badan Pusat Statistik BPS, yang menyebutkan bahwa pekerjaan informal adalah 1 mereka yang
memiliki status pekerjaan berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain; 2 berusaha dibantu anggota rumah tangga atau dibantu buruh tidak tetap; dan 3
pekerja keluarga yang tidak dibayar. Sementara itu pekerjaan formal adalah 1 mereka yang memiliki status pekerjaan berusaha dibantu buruh tetap dan 2
status pekerjaan sebagai buruhkaryawan. Pada Tabel 4.26 disajikan data yang menggambarkan hubungan antara status pekerjaan responden dengan upaya-upaya
yang dilakukan responden dalam perawatan penduduk lansia.
110
Status pekerjaan formal ternyata menonjol pada upaya-upaya yang dilakukan responden terkait dengan upaya 1 memberikan gizi seimbang; 2
mengatur jadwal makannya; 2 mengatur asupan makanan sesuai dengan diet yang dianjurkan; 4 menyarankan berolahraga; dan 5 menjaga danatau
melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur. Perbedaan anatara pekerjaan formal dan informal sesungguhnya terkait dengan masalah pengaturan baik terkait
dengan syarat-syarat kerja dan hak-hak pekerja, seperti umur, pendidikan, keterampilan, jamhari kerja, maupun penghasilan. Dengan demikian penghasilan
yang diperoleh responden pada pekerjaan-pekerjaan formal cenderung lebih teratur. Sebagai implikasinya, responden pada pekerjaan formal lebih berpeluang
melakukan upaya-upaya seperti memberikan gizi yang seimbang, mengatur jadwal makannya, menjaga danatau melakukan pemeriksaan kesehatan secara
teratur. Sebaliknya, para responden dengan status pekerjaan informal
kemungkinan akan menghadapi persoalan kurang teraturnya penghasilan yang mereka peroleh, sehingga hal ini berdampak pada upaya-upaya yang dilakukan
responden dalam perawatan penduduk lansia. Mereka cenderung mengambil peluang pada upaya-upaya yang tidak berisiko pada pengeluaran secara teratur,
seperti menyarankan danatau menjaga kebersihan dirinya danatau menjaga kebersihan lingkungan. Akhirnya, yang cukup menarik adalah upaya
menjagamemeriksakan kesehatan jika sakit, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara responden dengan status pekerjaan formal dan informal. Artinya,
bahwa upaya yang terakhir diambil bukan semata-mata dilandasi oleh pertimbangan ekonomi, melainkan lebih merupakan kewajiban yang harus dipikul
111
oleh anak terhadap orang tuanya. Anak tidak cukup hanya berbakti atau menghormati orang tuanya, namun harus diwujudkan dalam tindakan-tindakan
nyata seperti upaya melakukan perawatan orang tua selama hidupnya sampai melakukan upaya kematian apabila orang tuanya meninggal.
Tabel 4.26 Hubungan Antara Status Pekerjaan Dengan Upaya-upaya yang Dlakukan
Responden Dalam Perawatan Penduduk Lansia Secara Fisik No. Upaya yang dilakukan responden
Status Formal dalam persen
Status Informal dalam persen
1. Memberikan gizi seimbang
71,6 66,7
2. Mengatur jadwal makannya
73,5 71,4
3. Mengatur asupan makanan sesuai
dengan diet yang dianjurkan 44,1
42,9 4.
Menyarankan berolahraga 64,7
45,2 5.
Menyarankan danatau menjaga kebersihan dirinya
79,4 81,0
6. Menyarankan danatau menjaga
kebersihan lingkungan 67,6
73,8 7.
Menjaga danatau melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur
39,2 31,0
8. Mengajakmemeriksakan kesehatan
jika sakit 92,2
92,9 Sumber: Hasil Penelitian Data Primer.
d Hubungan antara penghasilan dengan upaya-upaya yang dilakukan
responden dalam perawatan penduduk lansia secara fisik
Untuk merealisasikan berbagai upaya yang dilakukan responden dalam perawatan penduduk lansia sangat erat kaitannya dengan ketersediaan dana, dan
hal ini tercermin dari penghasilan yang diperoleh responden. Informasi mengenai penghasilan responden digali dari pertanyaan tentang status ketenagakerjaan
responden, apakah bekerja atau tidak bekerja, Jika ternyata menjawab bekerja, maka disusul dengan pertanyaan lanjutan yang terkait dengan lapangan pekerjaan
responden. Berdasarkan informasi yang terakhir inilah kemudian ditanyakan
112
tentang penghasilan rata-rata responden per bulan. Penghasilan per bulan yang diperoleh responden dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu Rp 2,0 juta
dan ≥ Rp 2,0 juta. Hubungan antara penghasilan dengan upaya-upaya yang dilakukan responden dalam perawatan penduduk lansia disajikan pada Tabel 4.27.
Tabel 4.27 Hubungan Antara Penghasilan Dengan Upaya-upaya yang Dlakukan
Responden Dalam Perawatan Penduduk Lansia Secara Fisik No. Upaya yang dilakukan responden
Rp 2,0 juta dalam persen
≥ Rp 2,0 juta dalam persen
1. Memberikan gizi seimbang
61,2 74,7
2. Mengatur jadwal makannya
91,8 63,2
3. Mengatur asupan makanan sesuai
dengan diet yang dianjurkan 49,0
41,1 4.
Menyarankan berolahraga 36,7
70,5 5.
Menyarankan danatau menjaga kebersihan dirinya
81,6 78,9
6. Menyarankan danatau menjaga
kebersihan lingkungan 71,6
65,3 7.
Menjaga danatau melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur
44,9 32,6
8. Mengajakmemeriksakan kesehatan
jika sakit 85,7
95,8 Sumber: Hasil Penelitian Data Primer.
Besar kecilnya penghasilan responden dapat dijadikan proksi terkait dengan kemampuan responden dalam membiayai pengeluaram-pengeluaran,
termasuk pengeluaran untuk perawatan penduduk lansia. Pada penelitian ini ditemukan bahwa responden yang memiliki pendapatan Rp 2,0 juta ke atas,
ternyata menonjol pada tiga upaya yang meliputi 1 memberikan gizi seimbang; 2 menyarankan berolahraga; dan 3 mengajakmemeriksakan kesehatan jika
sakit. Kecuali upaya yang menyarankan penduduk lansia berolahraga, upaya yang terkait dengan memberikat gizi seimbang dan mengajakmemeriksakan kesehatan
113
jika sakit berkaitan secara langsung dengan pengeluaran. Artinya, bahwa untuk upaya-upaya yang berisiko pengeluaran seperti memberikan gizi seimbang, dan
mengajakmemeriksakan jika sakit lebih banyak digambarkan oleh responden dengan penghasilan Rp 2,0 ke atas.
Di pihak lain, responden dengan penghasilan kurang dari Rp 2,0 juta menonjol pada upaya-upaya seperti 1 mengatur jadwal makannya; 2 mengatur
asupan makanan sesuai dengan diet yang dianjurkan; 3 menyarankan danatau menjaga kebersihan dirinya; 4 menyarankan danatau menjaga kebersihan
lingkungan; dan 5 menjaga danatau melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur. Berdasarkan informasi di atas diperoleh bahwa, meskipun mereka juga
terlibat pada upaya-upaya perawatan penduduk lansia yang memiliki risiko pengeluaran, namun sebagian besar upaya yang dilakukan kurang berkaitan
dengan risiko pengeluaran. Misalnya upaya yang terkait dengan mengatur jadwal makannya, menyarankan danatau menjaga kebersihan dirinya,serta menyarankan
danatau menjaga kebersihan lingkungan. Bertolak dari temuan di atas, terungkap bahwa justru responden dengan
pendapatan lebih rendah kurang dari Rp 2.0 juta melakukan upaya yang lebih banyak dalam perawatan penduduk lansia, baik yang memiliki maupun tidak
memiliki risiko pengeluaran. Tampaknya hal ini erat kaitannya dengan alokasi waktu responden yang berpenghasilan lebih rendah, lebih banyak punya waktu
untuk mengurus orang tuanya yang sudah lansia daripada responden yang berpenghasilan lebih tanggi. Namun demikian yang perlu diketahui, bahwa dalam
merawat penduduk lansia tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan ekonomis,
114
namun jauh lebih luas yaitu mengacu kepada tanggung jawab dan kewajiban dari anak terhadap orang tuanya. Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip “guru rupaka”,
bahwa anak tidak cukup hanya menghormati orang tuanya, namun juga memiliki kewajiban moral untuk memelihara dan merawat orang tuanya selama hidupnya,
serta membuatkan upacara pengabenan setelah meninggal.
2 Upaya-upaya yang dilakukan keluarga untuk menjaga penduduk lansia
agar tetap sehat secara psikis
Upaya-upaya yang dilakukan keluarga untuk menjaga kesehatan penduduk lansia secara psikis adalah sebagai berikut 1 memberikan peran dalam keluarga;
2 selalu menjaga perasaannya; 3 memberikan perhatian yang cukup; 4 menjadikan lansia sebagai tempat meminta nasihat; dan 5 memberikan
kesempatan untuk menyalurkan hobinya. Pentingnya keluarga melakukan upaya untuk menjaga kesehatan penduduk lansia secara psikis didukung oleh adanya
kenyataan dalam masyarakat bahwa seringkali penduduk lansia kehilangan perhatian sosial baik dari lingkungan keluarga maupun masyarakat. Kondisi
seperti ini akan dapat menjadi penyebab terjadinya depresi dan keterasingan dalam dirinya Direktorat Perkembangan Kependudukan, Direktorat Jenderal
Administrasi Kependudukan Departemen Dalam Negeri R.I., 2006. Terkait dengan upaya-upaya di atas hasil penelitian menunjukkan bahwa
peringkat teratas digambarkan oleh upaya “selalu menjaga perasaannya” sebanyak 94,7 persen, disusul oleh upaya “memberikan peran dalam keluarga” sebanyak
93,3 persen, kemudian disusul pula oleh upaya “memberikan perhatian yang cukup” menduduki tempat ketiga Tabel 4.28. Sementara itu, upaya-upaya
lainnya seperti “menjadikan lansia sebagai tempat meminta nasihat” dan upaya
115
“memberikan kesempatan untuk menyalurkan hobinya masing-masing berada pada peringkat yang lebih rendah. Upaya-upaya yang dilakukan oleh keluarga
dalam perawatan penduduk lansia terutama terkait dengan menjaga perasaan, pemberian peran dalam keluarga dan perhatian yang cukup adalah sangat positif
dalam mendukung keberadaan lansia dalam keluarga. Pengakuan terhadap keberadaan lansia dalam keluarga bukan semata-mata karena kepedulian keluarga,
melainkan lebih kepada tanggung jawab anak terhadap orang tunanya. Tabel 4.28
Distribusi Responden Menurut Upaya-upaya yang Dilakukan Dalam Perawatan Psikis Penduduk Lansia, Studi Pola Perawatan Penduduk
Lansia Pada Masyarakat Bali No. Upaya yang dilakukan responden
Jumlah responden
memilih “ya” dalam orang
Proporsi responden
memilih “ya” dalam persen
1. Memberikan peran dalam keluarga
140 93,3
2. Selalu menjaga perasaannya
142 94,7
3. Memberikan perhatian yang cukup
120 80,0
4. Menjadikan lansia sebagai tempat
meminta nasihat 106
70,7 5.
Memberikan kesempatan untuk menyalurkan hobinya
77 51,3
Sumber: Hasil Penelitian Data Primer
Catatan: Responden boleh memilih lebih dari satu jawaban sesuai dengan
upaya yang dilakukan. Proporsi dihitung dari jumlah responden yang menjawab “ya”
dibagi dengan total responden.
Upaya-upaya yang terkait dengan pola perawatan penduduk lansia secara psikis yang dipaparkan di atas masih bersifat umum, karena belum dikaitkan
dengan perbedaan menurut tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan responden. Hubungan antara upaya-upaya perawatan penduduk lansia
116
secara psikis dengan berbagai variabel yang disebutkan di atas akan dibahas berturut berikut ini.
a Hubungan antara daerah tempat tinggal dengan upaya-upaya yang
dilakukan responden dalam perawatan penduduk lansia secara psikis
Sebagaimana dikemukakan pada uraian sebelumnya, bahwa daerah tempat tinggal dibedakan menjadi daerah perkotaan dan daerah perdesaan. Daerah
perkotaan diwakili oleh Kota Denpasar, sedangkan daerah perdesaan diwakili oleh Kabupaten Tabanan. Temuan yang menarik dari hubungan antara variabel tempat
tinggal dengan upaya-upaya yang dilakukan responden dalam perawatan penduduk lansia secara psikis, semuanya menggambarkan di daerah perdesaan
lebih menonjol dibandingkan dengan di daerah perkotaan Tabel 4.29. Kondisi ini tidak terlepas dari kekentalan ikatan kekerabatan di daerah perdesaan daripada
di daerah perkotaan, dan kentalnya ikatan kekerabatan tersebut tercermin dari upaya yang cenderung lebih mendahulukan peran orang tua penduduk lansia
karena dipandang lebih kaya pengalaman. Terkait dengan pernyataan yang disebut terakhir orang tua lebih kaya pengalaman, juga tercermin dari adanya semacam
tradisi yang cenderung menjadikan lansia sebagai tempat meminta nasihat. Di daerah perdesaan hal ini lebih menonjol daripada di daerah perkotaan.
Selanjutnya, dalam kaitannya dengan upaya untuk memberikan perhatian yang cukup, ternyata di daerah perdesaan juga lebih menonjol daripada di perkotaan.
Hal ini mengindikasikan bahwa hubungan kemasyarakatan di daerah perdesaan cenderung lebih bersifat emosional, sementara di daerah perkotaan cenderung
lebih bersifat rasional.
117
Tabel 4.29 Hubungan Antara Daerah Tempat Tinggal Dengan Upaya-upaya yang Dilakukan
Responden Dalam Perawatan Penduduk Lansia Secara Psikis No. Upaya yang dilakukan responden
Daerah Perkotaan
dalam persen Daerah Perdesaan
dalam persen 1.
Memberikan peran dalam keluarga 89,3
97,3 2.
Selalu menjaga perasaannya 92,0
97,3 3.
Memberikan perhatian yang cukup 73,3
86,7 4.
Menjadikan lansia sebagai tempat meminta nasihat
56,0 85,3
5. Memberikan kesempatan untuk
menyalurkan hobinya 50,7
52,0 Sumber: Hasil Penelitian Data Primer
b Hubungan antara tingkat pendidikan dengan upaya-upaya yang dilakukan responden dalam perawatan penduduk lansia secara psikis
Untuk membahas hubungan antara tingkat pendidikan dengan upaya- upaya yang dilakukan responden dalam perawatan penduduk lansia secara psikis,
terlebih dahulu akan dilakukan pengelompokan tingkat pendidikan menjadi dua, yaitu 1 SLTA ke bawah dan 2 Pendidikan Tinggi. Hubungan antara tingkat
pendidikan dengan upaya-upaya yang dilakukan responden dalam perawatan penduduk lansia secara psikis dapat diikuti pada Tabel 4.30. Informasi yang
menarik dari Tabel 5.8 adalah kecuali upaya “memberikan peran dalam keluarga”, semua upaya lainnya menggambarkan kecenderungan yang menonjol pada tingkat
pendidikan yang lebih rendah SLTA ke bawah. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa secara psikis responden yang berpendidikan lebih rendah,
cenderung lebih emosional daripada mereka yang berpendidikan lebih tinggi. Namun demikian bukan berarti bahwa mereka yang berpendidikan tinggi melulu
hanya mementingkan rasonalitas, atau dengan perkataan lain tidak berperasaan. Contoh yang berkaitan dengan pernyataan terakhir adalah upaya “selalu menjaga
118
perasaannya”, persentasenya tidak berbeda secara signifikan antara responden yang berpendidikan SLTA ke bawah dengan mereka yang berpendidikan tinggi.
Artinya, dalam konteks perawatan penduduk lansia tentulah mereka tidak dapat mengingkari perasaan atau kata hatinya. Lebih-lebih jika hal ini dikaitkan dengan
tugas dan tanggung jawab setiap anak terhadap orang tuanya, seyogyanya nilai- nilai tradisional yang bersifat positif tersebut harus dapat dilestarikan dan
diteruskan ke generasi berikutnya. Tabel 4.30
Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Upaya-upaya yang Dilakukan Responden Dalam Perawatan Penduduk Lansia Secara Psikis
No. Upaya yang dilakukan responden SLTA ke
bawah dalam persen
Pendidikan Tinggi
dalam persen 1.
Memberikan peran dalam keluarga 91,8
96,2 2.
Selalu menjaga perasaannya 94,9
94,7 3.
Memberikan perhatian yang cukup 83.7
73,1 4.
Menjadikan lansia sebagai tempat meminta nasihat
71,4 69,2
5. Memberikan kesempatan untuk
menyalurkan hobinya 55,1
44,2 Sumber: Hasil Penelitian Data Primer
c Hubungan antara status pekerjaan dengan upaya-upaya yang dilakukan responden dalam perawatan penduduk lansia secara psikis
Tabel 4.31 memberikan gambaran tentang hubungan antara status pekerjaan responden dengan upaya-upaya yang dilakukannya dalam perawatan
penduduk lansia secara psikis. Untuk beberapa upaya, seperti “memberikan peran dalam keluarga”, “selalu menjaga perasaannya”, dan “memberikan perhatian yang
cukup” tampaknya tidak menggambarkan perbedaan yang signifikan antara responden dengan status pekerjaan formal dengan informal. Artinya, bahwa dalam
119
perawatan penduduk lansia secara psikis, responden dengan status pekerjaan formal dan status pekerjaan informal memberikan perhatian yang sama untuk
ketiga upaya tersebut di atas. Sementara itu di pihak lain, upaya-upaya yang terkait dengan “menjadikan lansia sebagai tempat meminta nasihat” dan
“memberikan kesempatan untuk menyalurkan hobinya”, ternyata lebih menonjol pada responden dengan status pekerjaan informal. Mereka yang memiliki status
pekerjaan informal umumnya melakukan kegiatan berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain, berusaha dibantu buruh tidak tetap atau anggota rumah tangga, dan
pekerja keluarga. Kebanyakan mereka melakukan kegiatan ekonomi masih di lingkungan keluarga, sehingga kedekatan mereka dengan para lansia juga relatif
tinggi. Dengan demikian tidak mengherankan apabila upaya-upaya yang terkait dengan “menjadikan lansia sebagai tempat meminta nasihat” dan “memberikan
kesempatan untuk menyalurkan hobinya”, relatif menonjol pada responden dengan status pekerjaan informal.
Tabel 4.31 Hubungan Antara Status Pekerjaan Dengan Upaya-upaya yang Dilakukan
Responden Dalam Perawatan Penduduk Lansia Secara Psikis No. Upaya yang dilakukan responden
Formal dalam persen
Informal dalam persen
1. Memberikan peran dalam keluarga
94,1 90,5
2. Selalu menjaga perasaannya
96,1 90,5
3. Memberikan perhatian yang cukup
79,4 78,6
4. Menjadikan lansia sebagai tempat
meminta nasihat 65,7
78,6 5.
Memberikan kesempatan untuk menyalurkan hobinya
47,1 57,1
Sumber: Hasil Penelitian Data Primer
120
d Hubungan antara penghasilan dengan upaya-upaya yang dilakukan
responden dalam perawatan penduduk lansia secara psikis
Untuk memperoleh gambaran lebih jauh mengenai hubungan antara penghasilan dengan upaya-upaya yang dilakukan responden dalam perawatan
penduduk lansia secara psikis dapat diikuti pada Tabel 4.32. Penghasilan responden dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu penghasilan 1 kurang dari
Rp 2,0 juta, dan 2 Rp 2,0 juta atau lebih. Upaya yang dilakukan responden seperti “memberikan peran dalam keluarga” dan “selalu menjaga perasaannya”
menggambarkan proporsi yang relatif tinggi, namun tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara responden yang berpenghasilan kurang dari Rp
2,0 juta dengan mereka yang berpenghasilan Rp 2,0 juta atau lebih. Tampaknya masing-masing responden sudah menyadari bahwa urusan merawat penduduk
lansia sudah menjadi tanggung jawab anak terhadap orang tua, tanpa membedakan kondisi ekonominya. Namun demikian berkaitan dengan upaya-upaya
“memberikan perhatian yang cukup”, “menjadikan lansia sebagai tempat meminta nasihat”, dan “memberikan kesempatan untuk menyalurkan hobinya”, ternyata
lebih menonjol pada responden berpenghasilan kurang dari Rp 2,0 juta dibandingkan dengan yang berpenghasilan Rp 2,0 juta atau lebih. Kondisi ini
tampaknya sejalan dengan temuan sebelumnya, bahwa yang menonjol adalah responden dengan status pekerjaan informal. Responden dengan status pekerjaan
informal umumnya memperoleh penghasilan yang relatif rendah.
121
Tabel 4.32 Hubungan Antara Penghasilan Dengan Upaya-upaya yang Dilakukan
Responden Dalam Perawatan Penduduk Lansia Secara Psikis No. Upaya yang dilakukan responden
Rp 2,0 juta dalam persen
≥ Rp 2,0 juta dalam persen
1. Memberikan peran dalam keluarga
93,9 92,6
2. Selalu menjaga perasaannya
93,9 94,7
3. Memberikan perhatian yang cukup
87,8 74,7
4. Menjadikan lansia sebagai tempat
meminta nasihat 83,7
62,1 5.
Memberikan kesempatan untuk menyalurkan hobinya
57,1 46,3
Sumber: Hasil Penelitian Data Primer
3 Upaya-upaya yang dilakukan keluarga untuk menjaga penduduk lansia
agar tetap sehat dari segi aspek sosialekonomi
Selain melakukan berbagai upaya untuk menjaga kesehatan penduduk lansia secara fisik dan psikis, upaya tidak kalah pentingnya dilakukan oleh
keluarga responden adalah menjaga kesehatan penduduk lansia dari segi sosialekonomi. Upaya-upaya yang menyangkut aspek sosialekonomi antara lain
1 menjaga komunikasi; 2 menyarankan berkumpul dengan sebayanya; 3 menganjurkan berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan; 4 menganjurkan
berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif; 5 menganjurkan mengikuti kegiatan kursus-kursus; dan 6 mengajak rekreasi jalan pagi, nonton film, jalan-
jalan. Semua butir pertanyaan yang terkait dengan aspek sosialekonomi ditanyakan kepada setiap keluarga responden, dan setiap keluarga dapat memilih
lebih dari satu jawaban sesuai dengan upaya-upaya yang mereka lakukan. Selengkapnya distribusi dari jawaban responden dapat diikuti pada Tabel 4.33.
Berdasarkan jawaban-jawaban tersebut, upaya yang paling menonjol dilakukan oleh responden dari segi sosialekonomi adalah “menjaga komunikasi”, disusul
122
kemudian dengan upaya “menyarankan berkumpul dengan sebayanya”. Sementara itu upaya yang dilakukan oleh responden, seperti “menganjurkan
berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif” tergolong relatif rendah, dan yang paling rendah adalah upaya yang “menganjurkan mengikuti kursus-kursus”.
Rendahnya upaya yang dilakukan responden terkait dengan “menganjurkan berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif” dan “menganjurkan mengikuti
kursus-kursus”, tampaknya lebih banyak bersifat etis untuk menjaga perasaan penduduk lansia.
Tabel 4.33 Distribusi Responden Menurut Upaya-upaya yang Dilakukan Dalam Perawatan
Penduduk Lansia dari Segi SosialEkonomi No. Upaya yang dilakukan responden
Jumlah responden
memilih “ya” dalam orang
Proporsi responden
memilih “ya” dalam persen
1. Menjaga komunikasi
150 100,0
2. Menyarankan berkumpul dengan
sebayanya 118
78,7 3.
Menganjurkan berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan
74 49,3
4. Menganjurkan berpartisipasi dalam
kegiatan ekonomi produktif 36
24,0 5.
Menganjurkan mengikuti kegiatan kursus-kursus
10 6,7
6. Mengajak rekreasi jalan pagi,
nonton film, jalan-jalan 89
59,3 Sumber: Hasil Penelitian Data Primer
Catatan: Responden boleh memilih lebih dari satu jawaban sesuai dengan
upaya yang dilakukan. Proporsi dihitung dari jumlah responden yang menjawab “ya”
dibagi dengan total responden.
Sebelum memasuki usia lanjut, sebetulnya mereka yang kini tergolong penduduk lansia telah berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan ekonomi produktif untuk
meningkatkan status sosial ekonominya. Dengan demikian wajarlah apabila
123
responden lebih menganjurkan penduduk lansia untuk berkumpul dengan teman sebayanya atau melakukan kegiatan rekreasi. Bahkan untuk menjaga kesehatan
penduduk lansia secara sosialekonomi, semua responden setuju bahwa komunikasi, karena komunikasi merupakan obat mujarab dalam kehidupan
bermasyarakat.
4 Upaya-upaya yang dilakukan keluarga dalam perawatan penduduk
lansia agar tetap sehat dari segi spiritual
Untuk menjaga kelangsungan hidup seseorang, maka sangat penting diperhatikan keseimbangan antara kesehatan jasmaniah dan rohaniahspiritual.
Pembahasan mengenai kesehatan penduduk lansia dari segi fisik, psikis, dan sosialekonomi telah dipaparkan secara mendalam pada uraian sebelumnya,
namun sama sekali belum menyentuh aspek spiritual. Berkaitan dengan persoalan tersebut, maka berikut ini akan difokuskan untuk menyoroti upaya-upaya yang
dilakukan responden dalam menjaga kesehatan penduduk lansia dari segi spiritual. Dalam hal ini kegiatan yang dilakukan responden adalah sebagai berikut 1
mengajak penduduk lansia bersembahyang secara rutin; dan 2 mengajak lansia berpartisipasi
dalam organisasikegiatan
keagamaan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa untuk kegiatan yang pertama, semua responden menyatakan
mengajak penduduk lansia bersembahyang secara rutin. Sementara itu responden yang menyatakan bahwa mereka mengajak penduduk lansia berpartisipasi dalam
organisasikegiatan keagamaan persentasenya relatif kecil, yaitu hanya 36,7 persen.
124