Usia Harapan Hidup dan Penduduk Lanjut Usia

17 Secara umum, kondisi di berbagai negara menunjukkan bahwa terdapat berbedaan angka harapan hidup menurut jenis kelamin, dimana perempuan berumur lebih panjang dibandingkan dengan laki-laki Clark Peck, 2012. Dijelaskan bahwa perbedaan gaya hidup menjadi salah satu penyebab terjadinya kondisi ini. Merokok dan mengkonsumsi minuman keras, menyebabkan laki-laki cenderung lebih pendek umurnya dibandingkan dengan perempuan karena perilaku tersebut dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker, kerusakan paru-paru, dan sakit jantung. Laki-laki juga dikatakan lebih terpengaruh secara emosional oleh tekanan sosial-ekonomi dibandingkan perempuan. Jika laki-laki mengalami masalah dalam hidupnya, mereka cenderung menyimpannya sendiri─tidak berbagi dengan orang lain untuk meringankan beban tersebut. Selain itu, perempuan memiliki keunggulan secara biologis dibandingkan laki-laki karena pengalaman menstruasi dan reproduksi. Selain meningkatnya angka harapan hidup, menurut Chand dan Tung 2014, meningkatnya jumlah penduduk lansia juga disebabkan oleh penurunan angka kelahiran dan penurunan angka kematian yang menggantikan penurunan kelahiran. Dijelaskan bahwa penyebab turunnya angka kelahiran antara lain disebabkan oleh meningkatnya status sosial perempuan, perluasan ketersediaan mekanisme pengendalian kelahiran, meningkatnya akses terhadap pendidikan tinggi untuk kaum perempuan, meningkatnya biaya perawatan anak, serta melemahnya norma atau nilai yang menekankan pentingnya keluarga besar. Meningkatnya status sosial perempuan antara lain direfleksikan dengan meningkatnya tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan Novak et al., 2015. 18 Perempuan yang bekerja cenderung memiliki akses yang lebih luas terhadap pengetahuan tentang kesehatan dan upaya meningkatkan kesejahteraan hidup. Sementara itu, “baby boom” kohor, terutama di negara maju, yang saat ini mencapai usia sekitar 65 tahun, tidak diikuti oleh kohor yang lebih muda, sehingga proporsi mereka menjadi besar. Usia harapan hidup mereka tinggi karena pada fase awal transisi demografi saat mana mereka dilahirkan, angka kematian bayi cenderung turun sebelum angka kelahiran, mengalami menurun. Jumlah penduduk lansia yang relatif tinggi, terutama yang berada pada kelompok tidak potensial, memerlukan penanganan secara “lebih mengkhusus” dibandingkan dengan mereka yang termasuk ke dalam kategori potensial. Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Penduduk Lanjut Usia, dinyatakan bahwa penduduk lansia seseorang berusia 60 tahun ke atas dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Lanjut Usia Potensial dan Lanjut Usia Tidak Potensial Suprapti, dkk, 2014. Lanjut Usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan danatau kegiatan yang dapat menghasilkan barang danatau jasa, sedangkan Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Sementara itu, mengacu pada Organisasi Kesehatan Dunia WHO, Notoatmojo 2007 dalam Sutikno, 2011, lansia meliputi: 1. Usia pertengahan middle age, kelompok usia 45-59 tahun. 2. Usia lanjut elderly, kelompok usia 60-70 tahun. 3. Usia lanjut tua old, kelompok usia 75-90 tahun. 4. Usia sangat tua very old, kelompok usia di atas 90 tahun. 19 Pada hakikatnya, menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa kanak-kanak, masa dewasa, dan masa tua, yang mana ketiga tahap tersebut berbeda baik secara biologis maupun psikologis http:repository.usu.ac.id . Secara biologis, pada masa tuanya, seseorang akan mengalami kemunduran secara fisik, misalnya pada pendengaran, penglihatan, serta organ tubuh yang lain. Secara psikologis, hambatan akan dialami akibat kemunduran daya ingat fungsi kognitif. Menurut Dalgaard dan Strulik 2014, kondisi ini disebut sebagai proses akumulasi defisit process of deficit accumulation yang mengacu pada pendekatan reduksionis yang menyatakan bahwa organisme menua karena terjadinya proses penuaan organ tubuh yang diakibatkan oleh penuaan jaringan dan sel tubuh. Secara umum Nugroho 2002 dalam Sutikno, 2011 mengemukakan bahwa perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, mental, psikososial, dan spiritual.

2.3. Lansia dan Dukungan Sosial

Kemunduran kondisi fisik dan psikologis, khususnya, dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari activity of daily living para lansia. Activity of daily living merupakan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan seseorang dalam rangka menyelenggarakan kehidupannya secara mandiri Bozo et al., 2009. Kelompok peneliti ini juga menjelaskan bahwa para lansia, terutama yang tergolong pada kelompok tidak potensial, cenderung tergantung pada orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-harinya. Kegiatan-kegiatan dasar yang tidak 20 dapat dilakukan secara mandiri seperti makan, mandi, berpakaian, serta buang air, dapat menjadi pemicu munculnya ketidakberdayaan, sehingga akhirnya dapat menimbulkan stres atau depresi. Kebutuhan akan bantuan orang lain menyebabkan para lansia perlu memperoleh dukungan secara sosial. Bozo et al. 2012 mengemukakan bahwa dukungan sosial diperlukan terutama dalam kaitannya dengan ketidakberdayaan fungsional lansia dalam melaksanakan kebutuhan fisik sehari-hari. Dukungan semacam ini pada umumnya lebih mudah diperoleh pada masyarakat yang bersifat kolektivis yang dicirikan oleh lebih kentalnya ikatan kekeluargaankekerabatan, dibandingkan dengan pada budaya individualis dengan gaya hidup yang cenderung mengutamakan kepentingan individu. Terdapat variasi antar peneliti tentang definisi dukungan sosial. Secara mendasar, dukungan sosial merefleksikan informasi tentang persepsi terhadap terpenuhinya kebutuhan akan perlindungan, dukungan, dan umpan balik Dewi, 2013 atau dukungan yang diterima melalui proses komunikasi dan interaksi sosial dengan pihak seperti teman, rekan kerja, dan keluargakerabat Lobburi, 2012. Weiss 1974 dalam Cutrona Russel, 1987 mengemukakan bahwa terdapat enam komponen dukungan sosial yakni: 1. Guidance: hubungan yang memungkinkan individu untuk memperoleh nasehat atau informasi yang diperlukan. 2. Reliable alliances: jaminan tentang adanya keberadaan seseorang yang dapat diandalkan bantuannya.