pertanyaan indikator pemahaman tentang PBB, sebagian responden sebanyak 46,0 ; 48,8 , dan 41,3 masing-masing tahu mengenai pengertian PBB,
fungsi PBB, dan kegunaan PBB. Responden sebanyak 34,2 juga tahu mengenai pengecualian objek PBB pada indikator pemahaman tentang
ketentuan dan peraturan PBB, namun sebanyak 31,4 dan 31,7 responden masing-masing tidak tahu mengenai jangka waktu jatuh tempo pembayaran
PBB dan sanksi pelanggaran PBB. Variabel pengetahuan perpajakan memberikan pengaruh yang sangat
besar terhadap kepatuhan wajib pajak karena nilai r
2
-nya lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan, pelayanan pajak, dan penegakan hukum
pajak. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Ancok 1995 bahwa secara teoritik, untuk menumbuhkan sikap positif tentang sesuatu hal
harus bermula dari adanya pengetahuan, tanpa adanya pengetahuan tentang pajak dan manfaatnya tidaklah mungkin orang akan tulus ikhlas membayar
pajak. Sehingga dengan tingkat pengetahuan perpajakan yang cukup baik menjadikan wajib pajak lebih mengerti dan memahami akan pentingnya
membayar pajak.
4.3.4 Pengaruh Penegakan Hukum Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
Variabel penegakan hukum pajak memberikan pengaruh yang besar terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB pada wajib pajak
Kecamatan Dukuhturi di Desa Pagongan, Desa Debong Wetan, dan Desa Pekauman Kulon. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perhitungan uji parsial
bahwa variabel penegakan hukum pajak menunjukkan t hitung sebesar 5.033 jika dibandingkan t tabel 1,967 tampak t hitung t tabel. Jadi penegakan
hukum pajak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Koefisien determinasi parsial r
2
untuk variabel penegakan hukum pajak sebesar 6,61 artinya bahwa besarnya sumbangan variabel penegakan hukum
pajak terhadap kepatuhan wajib pajak sebesar 6,61 . Hasil penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari 2007 yang
menyatakan penegakan hukum pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak, besarnya pengaruh tersebut cukup besar.
Berdasarkan analisa dari jawaban responden menunjukkan bahwa penegakan hukum pajak di Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal Desa
Pagongan, Desa Debong Wetan, dan Desa Pekauman Kulon termasuk dalam kategori tinggi. Hal tersebut didukung dari hasil jawaban responden atas
pertanyaan instrumen. Total perolehan skor jawaban atas pertanyaan indikator sanksi dalam kategori sangat tinggi karena responden sebanyak 77,1
menyatakan tidak pernah mendapatkan sanksi karena terlambat membayar PBB, dan sebagian besar responden sebanyak 49,0 menyatakan setuju
dikenakan sanksi apabila tidak membayar pajak maupun terlambat dalam membayar pajak dan memilih denda sebagai bentuk sanksi yang ditunjukkan
dari jawaban responden sebanyak 47,4 atas pertanyaan indikator sanksi.
Dalam hal keadilan, sebagian besar responden sebanyak 40,2 menjawab pajak yang dikenakan kurang adil. Namun responden sebanyak 57,9
menyatakan setuju bahwa wajib pajak selalu diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan dan penundaan dalam membayar pajak.
Berdasarkan analisa di atas, dapat disimpulkan bahwa penegakan hukum pajak sangat diperlukan dalam kaitannya dengan kepatuhan wajib
pajak dalam membayar pajak seperti yang dinyatakan oleh Sucahyo dalam Wulandari 2007. Menurut Sucahyo 2006:220 dalam Wulandari 2007:48
berbagai langkah yang dilakukan Ditjen Pajak untuk mengoptimalisasikan penerimaan pajak tidak akan berhasil bila tidak didukung penegakan hukum
yang tegas. Untuk meningkatkan kepatuhan dalam memenuhi kewajiban perpajakan, maka diperlukan Tax Law Enforcement secara konsisten.
4.3.5 Kepatuhan Wajib Pajak