BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Kajian Pustaka
Kualitas pembelajaran memegang peranan yang sangat penting pada keberhasilan pendidikan. Baik itu dalam pembelajaran bahasa maupun pelajaran
yang lain. Hal ini menyebabkan banyaknya penelitian tindakan kelas baik yang dilakukan oleh dosen maupun mahasiswa. Pada pembelajaran bahasa misalnya,
telah banyak dilakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa baik pada kompetensi yang bersifat produktif maupun reseptif.
Untuk kompetensi yang bersifat produktif, kompetensi menulis teks berita masih menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Beberapa penelitian terdahulu yang
relevan dapat dijadikan sebagai tinjauan pustaka. Farhan 2005 melakukan penelitian yang berjudul Peningkatan
Keterampilan Menulis Berita dengan Pembelajaran Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas VIII A SMP N 1 Kajoran Kabupaten Magelang.
Dalam penelitian tersebut diperoleh data mengenai nilai rata – rata siswa pada tahap prasiklus sebesar 68,29. Pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 6,92
dari tes prasiklus dengan nilai rata – rata 74,51, sedangkan dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 5,47 dengan nilai rata – rata 80,68. Jadi
peningkatan dari tahap prasiklus sampai siklus II sebesar 12,39 . Peningkatan hasil belajar ini juga diikuti dengan perubahan perilaku ke arah yang positif
misalnya siswa lebih aktif dan antusias dalam pembelajaran.
11
12
Hastuti 2006 juga melakukan penelitian tentang menulis teks berita yang berjudul
Optimalisasi Majalah Dinding sebagai Media Peningkatan Keterampilan Menulis Berita pada Siswa Kelas X-2 SMA N 1 Banjarnegara.
Dalam penelitian tersebut diperoleh data nilai siswa pada tahap prasiklus sebesar 63,05. Pada siklus I terjadi peningkatan nilai rata–rata siswa menjadi 72,5.
Sedangkan pada siklus II nilai rata–rata siswa menjadi 77,29. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media majalah dinding sangat efektif dalam
meningkatkan hasil pembelajaran menulis teks berita. Peningkatan hasil belajar tersebut juga diikuti dengan perubahan perilaku siswa ke arah yang positif.
Perubahan itu terlihat dari keaktifan dan antusias siswa saat pembelajaran. Selanjutnya, penelitian Hermarita 2006 yang berjudul Keterampilan
Menulis Artikel Jurnalistik dengan Pembelajaran Kontekstual Elemen Inkuiri pada Siswa Kelas IX D SMP N 38 Semarang. Dalam penelitian tersebut Hermarita
menggunakan teknik penemuan untuk meningkatkan hasil belajar menulis artikel jurnalistik siswa. Dari penelitian tersebut diperoleh data mengenai nilai rata–rata
klasikal atau sebelum diberi perlakuan sebesar 54. Setelah diberikan perlakuan berupa pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kontekstual elemen inkuiri
nilai rata–rata siswa menjadi 67,4 pada siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan sebesar 24,8 dari tahap prasiklus ke siklus I. Nilai siswa
dalam pembelajaran siklus I masuk dalam kategori kurang sehingga perlu diadakan perbaikan dalam siklus II. Nilai dari siklus I ke siklus II meningkat
sebesar 6,8 atau nilai rata–rata siswa sebesar 72 sehingga nilai tersebut sudah masuk dalam daftar kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
13
menulis akan maksimal dilakukan latihan secara terus menerus dengan teknik pembelajaran yang tepat.
Serupa dengan Hermarita, penelitian Mutoharoh 2007 yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita melalui Pembelajaran
Kontekstual Komponen Inkuiri Serta Pemanfaatan Media Gambar pada Siswa Kelas VIII C SMP N 1 Jekulo Kudus juga menggunakan pembelajaran kontekstual
komponen inkuiri. Namun, dalam penelitian itu selain menggunakan pembelajaran kontekstual, Mutoharoh memanfaatkan gambar sebagai media
pembelajarannya. Dalam penelitian tersebut diperoleh data nilai rata–rata siswa pada pembelajaran siklus I sebesar 72,4. Pada siklus II nilai rata–rata siswa
menjadi 81,75. Jika dibandingan dengan penelitian Hermarita, nilai rata–rata pada siklus
terakhir atau siklus II penelitian Mutoharoh yang menambahkan pemanfaatkan gambar pada pembelajaran menulis teks berita menunjukkan hasil yang lebih baik.
Dua penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gambar akan semakin memudahkan siswa dalam menulis teks berita. Fakta ini juga diperkuat
oleh penelitian Rahmawati 2007 yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita melalui Teknik Pengamatan Gambar pada Siswa Kelas VIII
D SMP N 1 Batangan Pati. Dalam penelitian tersebut terjadi peningkatan sebesar 31,2 dari tahap prasiklus ke siklus I, sedangkan dari siklus I ke siklus II terjadi
peningkatan 18,4. Peningkatan itu juga diikuti oleh perubahan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran.
14
Penelitian tentang menulis teks berita juga dilakukan oleh Sumartanti 2007 dengan judul Peningkatan Keterampilan Teknik Adopsi Siaran Televisi
pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Pegandon Kabupaten Kendal. Dalam penelitian ini diperoleh nilai rata–rata siswa pada siklus I sebesar 73,9, sedangkan pada
siklus II terjadi peningkatan sebesar 13,2, sehingga nilai rata–rata siswa menjadi 84. Penelitian yang dilakukan oleh Sumartanti menunjukkan bahwa siaran televisi
dapat memudahkan siswa dalam menulis teks berita. Selain dapat dijadikan objek pengamatan secara langsung, siaran televisi juga dapat menjadi bahan atau media
yang efektif sebagai model menulis teks berita. Penelitian mengenai menulis teks berita telah banyak dilakukan dengan
berbagai teknik, metode, dan media. Meskipun begitu, penulis tetap menganggap bahwa penelitian ini penting dan harus dilakukan sebagai upaya menemukan
berbagai alternatif atau cara dalam membelajarkan keterampilan menulis teks berita bagi siswa.
Dalam kaitannya dengan menulis teks berita, penulis menggunakan teknik 3M yang merupakan kependekan dari Mengamati, Meniru, dan Menambahi.
Penulis menggunakan teknik 3M atas asumsi bahwa metode, pendekatan yang sudah ada pada beberapa penelitian sebelumnya hanya bertujuan untuk
mengondisikan pembelajaran saja. Agar siswa mahir menulis teks berita tidak cukup hanya dengan pengamatan gambar, penemuan unsur – unsur berita, ataupun
pengadopsian siaran berita dari televisi.
15
Pembelajaran menulis berita harus melibatkan tindakaan riil yang bersentuhan dengan penulisan berita. Dengan teknik 3M siswa akan melakukan
pengamatan objek berupa teks berita pada tahap pertama. Dalam tahap ini siswa mengamati unsur-unsur berita dan pola penulisan berita. Kegiatan pengamatan ini
serupa dengan teknik inkuiri yang digunakan oleh Hermarita dan Mutoharoh pada penelitian terdahulu.
Tahap kedua dalam pembelajaran menulis teks berita dengan teknik 3M adalah meniru. Terlebih dahulu siswa diberi sebuah gambar kemudian disuruh
berimajinasi berdasarkan gambar itu. Meniru dalam teknik ini bukan diartikan sebagai kegiatan menjiplak. Siswa hanya melakukan peniruan tentang bagaimana
cara menuliskan unsur-unsur berita dan pola penulisan berita. Tahap peniruan ini serupa dengan teknik modeling atau pemodelan yang digunakan oleh Farhan,
sedangkan pengamatan gambar serupa dengan apa yang diterapkan Rahmawati. Tahap ketiga dalam teknik 3M adalah menambahi. Tahap inilah yang
membedakan dengan penelitian terdahulu. Dalam tahap ini siswa disuruh menyunting hasil pekerjaan mereka. Kegiatan penyuntingan bisa bersifat
menambahi ataupun mengurangi. Dalam penelitian terdahulu, para peneliti hanya memanfaatkan satu bagian dari beberapa rangkaian kegiatan pembelajaran yang
saling berkait. Akibatnya, tujuan pembelajaran tidak terpenuhi seutuhnya. Teknik 3M sangat mengedepankan relevansi kebutuhan belajar karena di dalamnya terdiri
dari proses yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan relevan dan terprogram akan didapatkan
hasil pembelajaran yang maksimal.
16
2.2 Landasan Teoretis