1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa Indonesia secara fungsional dan komunikatif adalah pembelajaran yang lebih menekankan siswa untuk belajar berbahasa, dalam
kaitannya dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Siswa bukan sekadar belajar tentang pengetahuan bahasa, melainkan belajar menggunakan
bahasa untuk keperluan berkomunikasi. Untuk itu, pendekatan pembelajaran yang sesuai adalah pendekatan komunikatif.
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan komunikatif itu diarahkan untuk membentuk kompetensi komunikatif, yakni kompetensi
kemampuan untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, baik pada aspek pemahaman, aspek penggunaan, maupun aspek apresiasi. Hal tersebut
berarti, melalui pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan siswa memiliki kemampuan untuk menangkap makna dari sebuah pesan atau informasi yang
disampaikan serta memiliki kemampuan untuk menalar dan mengemukakan kembali pesan atau informasi yang diterimanya itu. Siswa juga diharapkan
memiliki kemampuan untuk mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik. Kompetensi
komunikatif itu dapat dicapai melalui proses pemahiran yang dilatihkan dan dialami dalam kegiatan pembelajaran.
2
Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan pengungkapan pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan tersebut adalah
keterampilan menulis. Suriamiharja dkk. 1997:1 mendefinisikan menulis sebagai kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Keterampilan
menulis sebagai keterampilan berbahasa yang bersifat produktif - aktif merupakan salah satu kompetensi dasar berbahasa yang harus dimiliki siswa agar terampil
berkomunikasi secara tertulis. Siswa akan terampil mengorganisasikan gagasan dengan runtut, menggunakan kosakata yang tepat dan sesuai, memperhatikan
ejaan dan tanda baca yang benar, serta menggunakan ragam kalimat yang efektif dan variatif dalam menulis jika memiliki kompetensi menulis yang baik.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran menulis pada tingkat SMP, menulis teks berita merupakan salah satu kompetensi yang sangat penting. Hal ini
terkait dengan fakta bahwa kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari informasi. Selain itu, kompetensi menulis teks berita diharapkan bisa memberikan
gambaran kepada siswa tentang dunia tulis-menulis. Diharapkan, kompetensi ini akan berguna dalam kehidupan sehari–hari bagi siswa.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan di kelas pada siswa kelas VIII A SMP N 1 Cluwak Pati, ditemukan fakta bahwa menulis teks berita kerap kali
menjadi suatu hal yang kurang diminati dan kurang mendapat respon yang baik dari siswa. Siswa tampak mengalami kesulitan ketika harus menulis. Siswa tidak
tahu apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis dimulai. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk memulai tulisan mereka.
Siswa kerap menghadapi sindrom kertas kosong blank page syndrome atau tidak
3
tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka takut salah, takut berbeda dengan apa yang diinstruksikan gurunya. Perasaan takut salah ini akan menghambat penulis pemula
dalam menulis teks berita. Keterampilan menulis teks berita di kelas terkadang juga hanya diajarkan
pada saat pembelajaran menulis saja, pahadal pembelajaran keterampilan menulis teks berita dapat dipadukan atau diintegrasikan dalam setiap proses pembelajaran
di kelas. Pengintegrasian itu dapat bersifat internal dan eksternal. Pengintegrasian internal berarti pembelajaran menulis teks berita diintegrasikan dalam
pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain seperti menyimak, membaca, dan berbicara. Menulis teks berita dapat pula diintegrasikan secara eksternal dengan
mata pelajaran lain di luar mata pelajaran bahasa Indonesia. Kecenderungan lain yang terjadi adalah adanya pembiasaan pola
pembelajaran menulis di kelas yang dikembangkan secara terstruktur dan mekanis, mulai dari menentukan topik, membuat kerangka, menentukan ide
pokok paragraf, kalimat utama, kalimat penjelas, dan ketepatan penggunaan pungtuasi. Pola tersebut selalu berulang tiap kali pembelajaran menulis. Pola
tersebut tidak salah, tetapi pola itu menjadi kurang bermakna jika diterapkan tanpa variasi strategi dan teknik lain. Dalam penulisan teks berita pola semacam ini
justru akan menjadi bumerang bagi siswa. Akibatnya, waktu pembelajaran pun lebih tersita untuk kegiatan tersebut, sementara kegiatan menulis yang sebenarnya
tidak terlaksana atau sekadar menjadi tugas di rumah. Kegiatan menulis seperti ini bagi siswa menjadi suatu kegiatan yang prosedural dan menjadi tidak menarik.
Penekanan pada hal yang bersifat mekanis adakalanya membuat kreativitas
4
menulis tidak berkembang karena hal itu tidak mengizinkan gagasan tercurah secara alami. Bahkan, terlalu menuntut kesempurnaan hasil tulisan dari siswa
justru dapat menghentikan kemauan siswa untuk menulis. Pembelajaran menulis teks berita juga sering membingungkan siswa
karena pemilihan yang kaku dalam mengajarkan jenis-jenis tulisan atau jenis-jenis paragraf, seperti narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi. Pengkategorian
yang kaku itu membuat siswa menulis terlalu berhati-hati karena takut salah, tidak sesuai dengan jenis karangan yang dituntut. Padahal, ketakutan untuk berbuat
salah tersebut dapat mematikan kreativitas siswa untuk menulis. Selain itu, pengkategorian jenis-jenis karangan tersebut terlihat tidak berterima ketika kita
meminta siswa menggunakannya untuk berbagai tujuan yang berbeda, sebab siswa terkadang mengombinasikan dua atau lebih kategori untuk mengemukakan
sebuah gagasan dalam tulisannya. Padahal, dalam penulisan teks berita siswa tidak harus terpaku pada jenis tulisan atau paragraf, tetapi memberikan kebebasan
kepada siswa untuk menulis dari hati selama tulisan itu masih bersifat faktual. Terampil menulis diperlukan latihan dan praktik yang terus – menerus dan
teratur Suriamiharja dkk. 1997:1. Memberikan kesempatan lebih banyak bagi siswa untuk berlatih menulis teks berita merupakan sebuah cara yang dapat
diterapkan agar keterampilan menulis teks berita meningkat dan berkembang secara cepat.
Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan menulis teks berita. Teknik ini bukan untuk
mengondisikan suasana pembelajaran, melainkan suatu kiat, siasat, atau
5
penemuan yang digunakan untuk menyelesaikan serta menyempurnakan suatu tujuan langsung Kuwat 2008.
Penulis berkeyakinan bahwa penerapan teknik 3M dapat memermudah siswa untuk menguasai kompetensi menulis teks berita. Kuwat 2008
menyebutkan teknik 3M merupakan kependekan dari mengamati, meniru dan menambahi. Teknik 3M tidak sulit diterapkan dalam pembelajaran menulis teks
berita baik untuk SMP di perkotaan maupun SMP di pedesaan. Kemauan gurulah kata kuncinya. Teknik 3M juga sangat mungkin diterapkan pada pembelajaran
keterampilan menulis yang lain, seperti menulis cerpen, pengumuman, iklan baris, dan surat..
Berdasarkan fakta tersebut, timbul keinginan untuk melakukan perbaikan pembelajaran menulis di sekolah khususnya menulis teks berita melalui
penelitian tindakan kelas. Berdasarkan fakta di SMP Negeri 1 Cluwak, yang keterampilan menulis teks berita siswa masih sangat kurang, maka penulis
mengadakan penelitian dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita menggunakan Teknik 3M Mengamati, Meniru, dan Menambahi Pada
Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Cluwak Pati.
1.2 Identifikasi masalah