Budaya Dalam Pemeriksaan Kesehatan dan Pengobatan

mencegah darah putih naik ke kepala. Tindakan mengkonsumsi obat tradisional Merupakan kebiasaan turun temurun yang sudah diharuskan kepada seorang ibu setelah bersalin. Setiap kebudayaan memiliki kepercayaan mengenai berbagai macam obat yang dapat digunakan ibu post-partum. Obat kampung tersebut diracik dan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, seperti daun-daunan, akar-akaran, kulit pohon atau bahan-bahan lain yang diyakini berkhasiat. Bahan-bahan dari obat kampung tersebut digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk mengembalikan tenaga, untuk memperkuat tubuh sang ibu, mengembalikan fungsi-fungsi tubuh menjadi seperti sebelum ia hamil, membersihkan tubuh dari nifas dan zat-zat yang dianggap kotor, serta mengembalikan bentuk tubuh dalam konteks keindahan tubuh Meutia F Swasono, 1998.

4.8.2 Budaya Dalam Pemeriksaan Kesehatan dan Pengobatan

Pemeriksaan kesehatan selama hamil dan setelah persalinan pada petugas kesehatan dibutuhkan untuk mendeteksi kelainan yang mungkin dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi. Kenyataannya hal ini dilakukan oleh hampir semua ibu-ibu tetapi tidak lengkap, mungkin hanya empat kali selama hamil dan dilakukan sambil berobat karena demam, pusing, flu dan sebagainya. Kehamilan dan persalinan adalah urusan sesama perempuan dan tidak perlu dibesar-besarkan karena kehamilan adalah hal yang alami biasa dan cukup ditangani oleh sesama perempuan. Laki-laki tidak perlu atau tidak mau tahu sehingga tidak perlu dilibatkan ikut campur memikirkan atau membantu. Pengambilan keputusan sepenuhnya diserahkan pada ibu apakah mau memeriksakan diri ke dukun atau ke petugas kesehatan. Anggapan ini dapat berdampak positif bagi kesehatan ibu, dimana ibu bebas menentukan langkah, namun dengan keterbatasan pendidikan dan pengetahuan ibu maka langkah yang dilakukan ibu bisa keliru. Dampak negatif dari tidak dilibatkannya suami dalam pemeliharaan kesehatan ibu yaitu suami tidak hanya berpikir memberikan pendapat, tanggung jawab atau dukungan yang lebih baik. Masyarakat Kebar masih mempercayai pengobatan tradisional sehingga pengobatan modern dilakukan setelah pengobatan tradisional. Masyarakat mendahulukan pengobatan tradisional dikarenakan faktor kepercayaan dan kedekatan dengan dukun sehingga ketika sudah sembuh tidak perlu lagi kepetugas kesehatan. Dengan mendahulukan pengobatan tradisional ini mungkin dapat merugikan kesehatan ibu karena pertama cara pengobatan tradisonal yang dilakukan misalnya memberikan daun gatal justru dapat menimbulkan penyakit lain. Kedua dalam keadaan darurat pengobatan tradisional dapat memperlambat pertolongan petugas kesehatan. Masyarakat juga menganggap obat-obat tradisional tidak boleh disebarluaskan dan dirahasiakan, bila melanggar dapat menjadi sakit karena terkena marah para leluhur. Terutama dukun pemegang oto tidak mau memberi tahu karena takut dimarahi oleh, roh yang merupakan kekuatan sakti bersembunyi di pohon-pohon besar dan tanah berbukit, karena itu obat-obat tradisional yang mereka gunakan dapat berbeda-beda antara keluarga dan tidak saling memberitahu. Ketertutupan praktek pengobatan tradisional ini merugikan dalam pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan persalinan karena pengalaman ibu-ibu terdahulu tentang jenis obat dan kemanjuran suatu obat tidak dapat dijadikan pelajaran bagi ibu-ibu generasi berikutnya dan sulit untuk diteliti. Dukun diyakini sebagai orang yang memang mendapat warisan kelebihan dari nenek moyang yang biasanya diberikan turun temurun. Kepercayaan ini dapat merugikan kesehatan ibu karena dukun yang belum dilatih tidak mempunyai pengetahuan tentang anatomi fisiologi kehamilan dan persalinan sehingga mungkin dapat melakukan tindakan yang salah misalnya tatkala bayi sulit ke luar maka dukun kemudian menginjak perut ibu atau tangan dukun masuk ke perut ibu. Tindakan dukun ini tetap akan dianggap wajar, meskipun ibu sampai meninggal di tangan dukun, bahkan yang disalahkan adalah ibu yang dianggap semasa hamilnya tidak mengikuti aturan adat.

4.8.3 Budaya Dalam Penanganan Proses Persalinan.

Dokumen yang terkait

Determinan Ibu Memilih Dukun Bayi Sebagai Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Bangko Pusako Kabupaten ROKAN Hilir Riau Tahun 2009

1 40 104

Faktor Sosial Budaya yang Mempengaruhi Ibu Bersalin dalam Pemilihan Dukun Tidak Terlatih sebagai Penolong Persalinan di Kabupaten Brebes.

0 1 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Dukun Bayi tentang Pijat Bayi di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 462010060 BAB IV

0 11 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Determinan Ibu Memilih Dukun Bayi Tidak Terlatih sebagai Penolong Persalinan di Wilayah Puskesmas Kebar Kabupaten Manokwari T1 462008060 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Determinan Ibu Memilih Dukun Bayi Tidak Terlatih sebagai Penolong Persalinan di Wilayah Puskesmas Kebar Kabupaten Manokwari T1 462008060 BAB II

0 0 22

T1 462008060 BAB III

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Determinan Ibu Memilih Dukun Bayi Tidak Terlatih sebagai Penolong Persalinan di Wilayah Puskesmas Kebar Kabupaten Manokwari T1 462008060 BAB V

0 0 5

T1 462008060 Daftar Pustaka

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Determinan Ibu Memilih Dukun Bayi Tidak Terlatih sebagai Penolong Persalinan di Wilayah Puskesmas Kebar Kabupaten Manokwari

0 1 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Determinan Ibu Memilih Dukun Bayi Tidak Terlatih sebagai Penolong Persalinan di Wilayah Puskesmas Kebar Kabupaten Manokwari

0 1 30