4.4.4 Tradisi bikin bae menyelesaikan Masalah
Tradisi bikin bae merupakan tradisi yang dapat memberikan kemudahan  bagi  ibu  saat  bersalin.  Menurut  kepercayaan  bahwa
dendam  antara  ibu  dan  seseorang  atau  orang  tua  dapat mempersulit  persalinan,  karena  oarang  yang  disakiti  tidak  sengaja
mengeluarkan  sumpah  atau  masih  menympan  dendam  sehingga perlu  dilakukan  tradisi  bikin  bae  untuk  mengampuni  informan
dengan  tulus.  Pendapat  tersebut  diperkuat  oleh  hasil  wawancara dengan  biyang  Nnk  Y  yang  menyatakan  bahwa
“air  tersebut diberikan  karena  ibu  memiliki  masalah  dengan  orang  tua  anak,
sehingga perlu di selesaikan agar persalinan berjalan dengan baik. Tradisi  ini  dilakukan  apabila  terjadi  kesulitan,  jia  tidak  ada
kesulitan  maka  tidak  dilakukan  bikin  bae.  Tradisi  bikin  bae dilakukan oleh kakak atau nenek, orang tua, om atau bibi dan tidak
menutup  kemungkinan  bagi  mereka  yang  sudah  meninggal.  Bagi mereka  yang  masih  hidup  akan  berdoa  bisa  digabungkan  doa
beberapa  orang  di  dalam  segelas  air  dengan  cara  air  yang  sama digunakan  oleh  orang  lain  untuk  berdoa,  dan  bagi  orang  yang
meninggal  biasanya  akan  diwakilkan  oleh  kerabat  yang  paling dekat.  Air  ini  akan  diminum  oleh  ibu,  tapi  tidak  sampai  habis
sisanya  akan  diusapkan  ke muka sampai ke  perut  dan  dipercik ke jalan  lahir.  Setelah  dilakukan  ritual  tersebut  maka  tidak  ada  lagi
dendam  yang  masih  tersimpan,  sehingga  dapat  bersalin  dengan lancar.
4.4.5 Kepercayaan terhadap Adat
Praktik-praktik  budaya  yang  terkait  dengan  KIA  masih sangat  kuat  di  wilayah  Kebar.  Hal  ini  juga  yang  menjadi
pertimbangan  masyarakat  ketika  mereka  akan  memilih  jenis pelayanan  atau  pertolongan  yang  akan  mereka  dapatkan  selama
masa  kehamilan  atau  persalinan.  Dari  hasil  wawancara  kami terhadap  beberapa  orang  ibu  yang  sedang  mengikuti  kegiatan
posyandu,  mereka  mengatakan  bahwa  pada  saat  pemeriksaan kehamilan, mereka memang mendatangi posyandu. Tetapi, mereka
masih  belum  memutuskan  siapa  penolong  persalinan  mereka nantinya.
Beberapa  dari  mereka  bahkan  mengatakan  bahwa  mereka akan  tetap  mengikuti  adat,  yaitu  dengan  melahirkan  di  dalam
sukam.    Memang  benar  bahwa  dalam  setiap  kegiatan  posyandu, semangat  ibu-ibu  untuk  berpartisipasi  sangatlah  besar.  Satu-
satunya  pusat  pelayanan  kesehatan,  baik  secara  umum  maupun KIA, yang siap melayani masyarakat selama 24 jam  sehari, 7 hari
dalam  seminggu  adalah  Rumah  Sakit  di  Manokwari.  Rumah  sakit ini  terletak  di  daerah  kota  atau  di  lokasi  pusat  pemerintahan  ibu
kota  provinsi.  Artinya,  masyarakat  yang  ingin  mendapatkan
pelayanan KIA setiap saat harus datang ke tempat ini. Padahal jika kita  lihat  kondisi  geografi  Kebar  dengan  segala  hambatan  dan
keterbatasannya, untuk dapat datang ke Manokwari adalah sebuah hal  yang  sulit.  Sebenarnya  saat  ini  telah  tersedia  beberapa  pustu
dan poskesdes di setiap kampung di Kebar. Akan tetapi, sepertinya jadwal pelayanan di pustu dan poskesdes tersebut harus mengikuti
jadwal acara kampung, jadwal voli, atau jadwal-jadwal lain petugas kesehatan  yang  bertugas  di  sana.Akan  tetapi,  sepertinya  kondisi
seperti  ini  sangatlah  biasa  bagi  masyarakat  setempat.  Mereka menyesuaikan  diri  dengan  kondisi  tersebut  dan  tidak  melakukan
protes  sedikit  pun.  Namun,  dalam  pengamatan  peneliti,  apabila Puskesmas tersebut  buka,  masyarakat  setempat  pasti  mendatangi
tempat  itu  meskipun  mereka  sedang  dalam  perjalanan  ke  kebun sambil  membawa  parang  dan  noken,  atau  sedang  memikul  kayu
untuk dibawa ke kampung lain tempat mereka membangun  rumah. Mereka  pasti  akan  menyempatkan  diri  untuk  berhenti,  sekadar
minta obat atau minta disuntik.
4.4.6 Proses Pemotongan Tali Pusar