Hasil Penyidikan Kasus Posisi

sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Akibat perbuatan Pelaku bersama-sama dengan Pemalsu dan Karyawan Pelaku I telah memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yaitu diri Pelaku dan mengakibatkan kerugian keuangan Negara sebesar Rp.823.536.000,- delapan ratus dua puluh tiga juta lima ratus tiga puluh enam ribu rupiah .

2. Hasil Penyidikan

Dugaan tindak pidana korupsi atas pemalsuan bukti setor dan validasi bank persepsi pembayaran pajak BPHTB SSB dan PPh Final SSP pada proses peralihan hak atas tanah dan bangunan SHM 295 Kalibanteng Kulon, Kota Semarang tahun 2010 yang mengakibatkan kerugian Negara Rp 823.536.000,00 delapan ratus dua puluh tiga juta lima ratus tiga puluh enam ribu rupiah yang diduga dilakukan oleh Pelaku dengan kronologi perkara sebagai berikut : 1. Pada tahun 2010 telah terjadi peralihan hak atas tanah dan bangunan HM 295 Kalibantengkulon, Kota Semarang sebanyak 2 dua kali yaitu : a. Tanggal 25 Nopember 2010 dari Penjual ke Pembeli I sesuai AJB No. : 7472010, tanggal 25 Nopember 2010 dengan nilai transaksi sebesar Rp 4.000.000.000,00. b. Tanggal 3 Desember 2010 dari Pembeli I penjual ke Pembeli II sesuai dengan AJB No. : 7642010, tanggal 3 Desember 2010 dengan nilai transaksi sebesar Rp 4.000.000.000,00. 2. Atas 2 peralihan hak AJB tersebut di atas timbul kewajiban para pihak untuk pembayaran pajak, dengan penghitungan besaran masing-masing sebagai berikut : a. PPh Final SSP = 5 x NJOP PBB Yaitu 5 x 4.127.000.000,00 = Rp 206.384.000,00 b. BPHTB SSB = NJOP PBB – NPOP TKP Rp 20.000.000,00 x 5 Yaitu 4.127.000.000,00 – Rp 20.000.000,00 x 5 = Rp 205.384.000,00 3. Kedua belah pihak penjual dan pembeli pada masing-masing AJB tersebut selaku wajib pajak telah menyerahkan menitipkan uang pembayaran pajaknya kepada Notaris dan PPAT Pelaku selaku PPAT yang menangani proses peralihan hak ; 4. Total pembayaran pajak yang diserahkan melalui Notaris dan PPAT Pelaku sebesar Rp.823.536.000,00 yang dibayarkan oleh masing-masing pihak dalam 2 dua tahap sesuai pelaksanaan penandatanganan AJB yaitu tanggal 25 Nopember 2010 dan 3 Desember 2010, masing-masing sebesar Rp.411.768.000,00 di Kantor Notaris dan PPAT Pelaku , Jl. Kartini Raya No. 77 Semarang ; 5. AJB No. : 7472010 tanggal 25 Nopember 2010, Setelah menerima uang pembayaran pajak BPHTB dan PPh Final sebesar Rp.411.768.000,00 pada tanggal 25 Nopember 2010 tersebut, PPAT Pelaku selanjutnya menghubungi Pemalsu oknum broker pemalsu dan pengurusan peralihan hak di Kantor Pertanahanpensiunan pegawai BPN Kota Semarang untuk meminta tolong dibuatkan slip setoran pajak dari Bank Persepsi dan validasi formulir SSB dan SSP dengan kompensasi 10 dari nilai pajak ; 6. Kemudian berkas formulir SSB dan SSP yang sudah diisi nominal pajaknya serta sudah ditandatangani oleh PPAT Pelaku, tetapi belum ada validasi pembayaran dari Bank Persepsi diserahkan ke Pemalsu melalui Karyawan Pelaku I karyawan PPAT Pelaku di tempat kos nya Pemalsu ; 7. Pemalsu dalam memalsukan slip setoran dan validasi Bank Persepsi tersebut, bekerja sama dengan Karyawan Pelaku I pelaku pemalsuan ; 8. Selang 2 hari, formulir SSP dan SSB tersebut diserahkan kembali dari Pemalsu kepada Karyawan Pelaku I di kantor Notaris dan PPAT Pelaku dan kedua formulir tersebut sudah ada dilengkapi validasi Bank persepsi stempel Bank, nama tanda tangan Teller, Cap lunas serta resi Slip setoran pembayaran pajak dari Bank Persepsi, kemudian Pemalsu menerima amplop coklat berisi uang melalui Karyawan Pelaku I sebagai kompensasi fee dari Pelaku atas pekerjaan pemalsuannya tersebut ; 9. Untuk AJB No. : 7642010 tanggal 3 Desember 2010, proses pembayaran pajak dari wajib pajak dan pemalsuannya sama dengan proses pada AJB No. : 7472010 tanggal 25 Nopember 2010 , namun transaksi yang terakhir ini, Pemalsu tidak mendapat upah fee dari Pelaku sebagaimana yang telah dijanjikan karena terdapat kesalahan penulisan ; 10. Selanjutnya bukti pembayaran pajak BPHTB dan PPh Final tersebut SSP, SSB dan resi Slip Setoran dari Bank Persepsi dijadikan lampiran pendaftaran balik nama Sertifikat di Kantor Pertanahan Kota Semarang dan sertifikat telah beralih nama ke pembeli ; 11. Setelah menerima berkas SSP dan SSB tersebut Pemalsu kemudian menghubungi Karyawan Pelaku I pelaku pemalsuan validasi pembayaran pajak untuk mengambil berkas SSP dan SSB tersebut di kosnya Pemalsu di Jl. Singa Semarang belakang pom bensin Majapahit, pada saat Karyawan Pelaku I mengambil berkas blangko SSB dan SSP tersebut, Pemalsu memberikan uang sebesar Rp.1.000.000,00 kepada Karyawan Pelaku I sebagai imbalan jasa memalsukan validasi pembayaran pajak tersebut; 12. Selang 2 hari, setelah proses pemalsuan validasi bank persepsi selesai, formulir SSP dan SSB yang sudah divalidasi stempel palsu bank persepsi berikut slip setoran palsunya tersebut diserahkan kembali kepada Pemalsu oleh Karyawan Pelaku I di kosnya Pemalsu di Jl. Singa Semarang belakang pom bensin Jl. Majapahit, selanjutnya dokumen SSP dan SSB yang telah divalidasi palsu berikut slip setoran palsu Bank Persepsi di serahkan oleh Pemalsu melalui Karyawan Pelaku I di kos Pak Pemalsu Jl. Singa Semarang belakang pom bensin Jl. Majapahit 13. Oleh Pelaku uang fee yang akan diberikan kepada Pemalsu tersebut dimasukkan ke dalam amplop coklat besar dan memerintahkan kepada Karyawan Pelaku I untuk memberikannya kepada Pemalsu, kemudian ketika Pemalsu datang ke Kantor Pelaku di Jl. Kartini Raya No. 77 Semarang, amplop coklat berisi uang tersebut diserahkan kepada Pemalsu ; 14. Setelah berkas SSP dan SSB berikut slip setoran palsunya tersebut diambil oleh Karyawan Pelaku I dari kosnya Pemalsu, selanjutnya diserahkan kepada Pelaku di ruang kerjanya dan oleh Pelaku dokumen SSB da SSP yang telah divalidasi distempel palsu Bank Persepsi berikut slip setoran palsunya kemudian diserahkan kepada Karyawan Pelaku II guna pengurusan di kantor Pertanahan Kota Semarang 15. Dalam proses pendaftaran peralihan hak SHM No. 295 Kalibanteng Kulon dari Penjual ke Pembeli I, PPAT Pelaku menugaskan stafnya bernama Karyawan Pelaku II untuk mengurus proses peralihan hak dengan lampiran pendaftaran sebagai berikut: a. Surat Pengantar dari PPAT; b. Akta Jual Beli; c. Foto copy Kartu Keluarga KK, atau Surat Nikah; d. Foto copy KTP penjual dan pembeli; e. Blangko bukti pembayaran pajak BPHTB setoran SSB lembar ke 5; f. Blangko bukti pembayaran pajak PPH setoran SSP lembar ke 5; g. Sertifikat Aslinya. 16. Karyawan Pelaku II mendaftarkan proses peralihan hak tersebut pada tanggal 29 November 2010 dan proses peralihan hak selesai sertifikat telah beralih nama menjadi a.n. Pembeli I pada tanggal 1 desember 2010. 17. Pada proses peralihan hak yang pertama ini, proses pendaftaran peralihan hak di kantor Pertanahan Kota Semarang tanggal 29 Nopember 2010 dan selesai tanggal 1 Desember 2010 ; 18. Untuk proses peralihan hak yang kedua AJB No. : 7642010 tanggal 3 Desember 2010 dari Pembeli I ke Pembeli II, proses pemalsuannya juga sama melalui Pemalsu dan Karyawan Pelaku I dengan janji fee atau imbalan sebesar 10, namun sampai dengan proses peralihan hak selesai sertifikat telah beralih kepemilikan dari Pembeli I menjadi atas nama Pembeli II dan hingga perkara ini disidik Pemalsu dan Karyawan Pelaku I belum mendapatkan fee dari Pelaku atas jasanya memalsukan validasi pembayaran pajak tersebut karena terdapat kesalahan penulisan ; 19. Pada proses peralihan hak yang kedua ini juga proses pendaftaran peralihan haknya juga sama dilakukan oleh Karyawan Pelaku II atas perintah dari Pelaku dengan menggunakan syarat kelengkapan salah satunya adalah bukti pembayaran pajak palsu SSB dan SSP berikut resi setoran pajak Bank Persepsi pada tanggal 6 Desember 2010 dan selesai tanggal 9 Desember 2010; 20. Berdasarkan hasil penyidikan ditemukan fakta bahwa Slip setoran Bank Persepsi berikut validasi Bank nya pada formulir SSB BPHTB dan SSP PPH Final telah dipalsukan, dan uang pembayaran pajak BPHTB dan PPh Final atas peralihan hak atas tanah dan bangunan SHM No. 295 Kalibanteng Kulon senilai total Rp 823.536.000,00 tidak pernah dibayarkan ke Bank Persepsi dan tidak masuk ke Kas Negara MPN. Sebagaimana diuraikan diatas dimana proses peralihan hak atas sertifikat HM No. 295 Kalibanteng Kulon, Pelaku secara sadar melakukan proses peralihan hak atas tanah dan bangunan sekaligus menawarkan diri untuk jasa pembayaran BPHTB dan PPh Final atas peralihan hak tersebut. Namun alih-alih Pelaku membayarkan biaya BPHTB dan PPh Final tersebut, justru Pelaku meminta kepada Pemalsu untuk dibuatkan bukti setor pembayaran BPHTB dan PPh Final tidak benarpalsufiktif dan menggunakan bukti setor pembayaran BPHTB dan PPh Final yang tidak benarpalsu fiktif tersebut dengan secara sadar dan diketahui oleh Pelaku . Bahwa uang setoran pajak BPHTB dan PPh Final sejumlah Rp.823.536.000,00 yang berada dalam penguasaan terdakwa Pelaku selaku NotarisPPAT dari para wajib pajak tersebut adalah merupakan uang yang seharusnya milik Negara atau masuk pengertian keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Akibat perbuatan Pelaku bersama-sama dengan Pemalsu dan Karyawan Pelaku I telah memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yaitu diri Pelaku. dan mengakibatkan kerugian keuangan Negara sebesar Rp.823.536.000,- Perbuatan Pelaku merupakan tindak pidana korupsi sebagaimana dalam Pasal 2 ayat 1, Pasal 3 dan pasal 9 UU RI No. 31 Tahun 1999 yang telah dirubah dengan UU RI No. 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi jo Pasal 15 UU No. 31 Tahun 1999 yang telah dirubah dengan UU RI No. 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.

B. Analisis Tidak Disetorkan Uang Bea Perolehan Hak Atas