Metode Dakwah Unsur-Unsur Dakwah

24 dalam perkataan dan pengalamannya. 30 Menurut Imam Abdullah Bin Ahmad Mamud an-Nasafi hikmah adalah perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan tentang kebenaran dan menghilangkan keraguan. 31 2 Mauidzah al-Hasanah Dengan cara yang baik Memberikan nasehat kepada orang lain dengan cara yang baik, dengan bahasa yang baik agar nasehat tersebut dapat diterima, berkenan dihati dan memberikan kenyamanan pada orang lain. Ali Musthafa Yakub menyatakan bahwa mauidzah hasanah ialah ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik dimana hal tersebut dapat bermanfaat bagi siapa saja yang mendengarkannya. 32 Secara bahasa m au’idzah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu Mau’idzah dan hasanah. Kata mau’idzah berasal dari kata wa’adza ya’idzu-wa’dzan-idzatan yang berarti nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan sedangkan hasanah artinya kebaikan. 33 Menurut Abdul Hamid al-Bilali mau ’idzah hasanah adalah merupaka salah satu manhaj metode dalam dakwah untuk mengajak jalan Allah dengan memberikan nasihat atau bimbingan dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik. 34 30 H. Munzier Suparta, Metode Dakwah, h.9. 31 H. Munzier Suparta, Metode Dakwah, h. 10. 32 Ali Musthafa Yakqub, Sejarah Metode Dakwah Nabi, Jakarta:Pustaka Firdaus, 1997, h.16. 33 H. Munzier Supatra, Metode Dakwah, h. 15. 34 Abdul Hamid al-Bilali, Fiqh Al-Dakwah Fi Ingkar Al-Mungkar,Kuwait: Dar al- Dakwah, 1989, h. 260. 25 3 Al-Mujadalah Secara etimologi lafadzh mujadalah berasal dari kata “jadala” yang bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti Wazan faa‟ala, “jaa dala” dapat bermakna berdebat, dan “mujadalah” perdebatan. Kata “jadala” dapat bermakna menaik tali dan mengikatnya guna menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik dengan ucapan argumentasi yang disampaikan. Secara istilah Al-Mujadalah adalah upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya. 35 Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses yang memiliki tujuan-tujuan yang mulia. Tujuan dimaksudkan dalam rangka untuk menentukan arah dari serangkaian kegiatan dakwah tersebut. Tanpa adanya tujuan dakwah akan kehilangan pedoman sehingga akan menjadikan aktivitasnya sia-sia.

3. Bentuk-bentuk Dakwah

Dalam kegiatan dakwah ada tiga bentuk dakwah yang relevan disampaikan di tengah masyarakat antara lain: dakwah bi al-lisan, dakwah bi al-kitabah dan dakwah bi al-hal. Sejalan dengan karakteristik dan sifat-sifat khusus yang berada pada ilmu dakwah, maka perlu diperhatikan bentuk-bentuk dakwah: 35 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Cet ke-1, Lentera Hati, 2000, h. 553. 26 a. Personal selling, yaitu dakwah secara langsung yang dikenal sebagai dakwah bi al-lisan, contohnya dengan bicara dalam pergaulannya sehari-hari yang disertai dengan misi agama seperti penyebarluasan salam. b. Advertising, yaitu dakwah yang berbentuk nonpersonal, yang dikenal dengan istilah dakwah bi-alkitabah,contohnya dengan menggunakan keterampilan tulis menulis berupa artikel atau membuat sebuah buku, dan, c. Publicty and sales protion, yaitu sosialisasi dan penyebaran ide dan bentuk persuasi stimulan yang dikenal dengan istilah dakwah bi al-hal, cotohnya: dengan melakukan berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat atau bisa dikatakan menjadi bagian dari masyarakat. Dari jaringan ini maka pengembangan ilmu dakwah secara proporsional dan professional lebih memungkinkan. 36

4. Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah sebagai bagian dari seluruh aktifitas dakwah mempunyai peran penting sama seperti unsur-unsur dakwah. Seperti subjek dan objek dakwah, metode dan lain sebagainya. Tujuan jangka pendek adalah untuk memberikan pemahaman Islam kepada masyarakat saran dakwah agar supaya terhindar dari sikap dan perbuatan yang tidak sesuai dengan aqidah Islam. Tujuan jangka panjang adalah untuk mengadakan perubahan sikap masyarakat dakwah. 37 36 Drs. Z. Sukawi, M.A, Orientasi Perkembangan Ilmu Dakwah Dalam Perspektif Filsafat Ilmu,Yogyakarta: Thesis Program Pasca Sarjana S.2, Iain Sunan Kalijaga, 1993 h. 6. 37 Abdul Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah, Jakarta: Bulan Bintang, 1993, cet.3 h.13 27 Tujuan dakwah bila dilihat dari pengertian yang dirumuskan oleh beberapa ahli seperti yang tertulis di atas sudah sangat jelas bahwa dakwah Islamiyah yaitu mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan syari‟at Islam yang telah terlebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri. 38 Adapum tujuan dakwah dalam Al- Qur‟an Surat Al-Anfal ayat 21 adalah:                     Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul, apabila rasul menyuruh kamu kepada suatu pemberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesunggunya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan ”. Maksudnya ayat di atas menyebutkan bahwa yang menjadi maksud tujuan dakwah adalah menyadarkan manusia akan arti hidup yang sebenarnya. Hidup bukanlah makan, minum dan tidur saja, manusia dituntut untuk mampu memaknai hidup yang dijalaninya. Dengan kata lain tujuan bahwa bukan untuk memperbanyak pengikut tetapi memperbanyak orang yang sadar akan kebenaran Islam dan mengamalkan amar makruf nahi munkar. Tujuan dakwah mempunyai kepedulian terhadap lingkungan dengan membantu pola pikir masyarakat mad’u. Untuk mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan untuk hidup di dunia dan akhirat kelak nanti dengan mendapat ridha Allah SWT. Nabi Muhammad SAW mencontohkan cara berdakwah pada umatnya dengan 38 A.Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al- Qur’an Jakarta: PT. Bulan Bintang 1994, Cet ke-3. h. 17.