Mempersiapkan materi dakwah Perencanaan Dakwah yang Dilakukan Oleh Ustadz H. Gustiri Melalui
56
Buku panduannya tersebut berjudul “Wirid Doa Tawasul”, dan
buku “Menggapai Ridho Allah SWT”. Buku-buku ini dibuat oleh Ustadz
H. Gustiri sendiri secara khusus untuk mengisi acara siaran OPTIMIS di Radio CBB.
Selanjutnya Ustadz H. Gustiri merumuskan materi dakwah dengan cara menganalisa problematika ummat secara aktual. Di Radio umunnya
sasaran dakwah bersifat universal, oleh karna itu Ustadz H. Gustiri memerlukan pemahaman mengenai sasaran dakwah tersebut. Beliau
sempat menyatakan “audiensya sudah hampir menyeluruh kalangan atas
kebawah... ”,
2
secara kultural pendengar siaran program OPTIMIS dinikmati oleh berbagai kalangan.
Menyikapi hal di atas Ustadz H. Gustiri mempunyai cara-cara yang unik untuk melengkapi kegiatan dakwahnya. Hal tersebut seperti dalam
perkataanya yang menyebutkan “ada juga pendengar yang saya sisipkan dengan selogan-selogan bahasa jawa, karna pendengar banyak orang
jawa. Jadi mereka orang jawa merasa diayomi, dan tidak membatasi satu etnis saja, yang berbeda juga saya ayomi. Ada bahasa jawa,bahasa sunda,
campur-campur. Yang bertanya orang sunda kadang-kadang saya sisipkan kata-
kata”kumaha iyeu”, “kumaha damang”, seperti itu ngomong bahasa sunda sedikit-sedikit meskipun tidak meyeluruh. Itu sudah menjadi
pembugkus nilai dakwah. Kadang-kadang ada yang nanya orang tegal saya sisipkan kata-
kata”ojolali ya lo geneng kaya gimene”, jadi mereka
2
Wawancara Pribadi Dengan Ustadz H. Gustiri, Jakarta Minggu, 05-11-2013, Jam 06:00- 07:00.
57
merasa akrab dan dekat ”.
3
Pernyataan tersebut menunjukan bahwa Ustadz H. Gustiri selalu memepertimbangkan nilai sosiologis kultural dalam praktek dakwahnya.
Kali ini diperkuat oleh ungkapan seorang pendengar, Firmansyah menyebutkan ”Ustadz H. Gustiri itu orangnya cukup kekeluargaan dalam
membahas semua materi-materinya, cukup lugas dan tidak monoton, serta tidak kaku dalam penyampain ceramah-ceramahnya dan dapat
dimengerti, bahasa-bahasa penyampainya juga dimengerti oleh kalangan muda maupun kalangan orang tua”
4
. Artinya Ustadz H. Gustiri selalu memperhatikan siapa
mad’u yang diberikan tausiah. Dia juga memposisikan dirinya sesuai dengan keinginan para
mad’u. Jika mad’unya kalangan muda dia akan munggunakan bahasa kalangan muda, begitu juga
sebaliknya.
5
Kata “kumaha iyeu” yang diselipkan oleh Ustadz H. Gustiri dalam praktek dakwahnya menunjukan bahwa beliau sudah menggali secara
spesifik mad’u atau pendengarnya di program OPTIMIS. Tidak hanya satu
kultur saja, melainkan Ustadz H. Gustiri sudah mengenal kultur lain yang menjadi spesifikasi pendengarnya baik itu suku Jawa, Sunda, Batak,
Betawi, dan lain- sebagainya. Boleh jadi pemahaman Ustadz H.Gustiri terhadap nilai kutural
tersebut disebabkan oleh kehidupan keluarganya yang notabene campuran suku Jawa dan Betawi, sehingga dengan sangat mudah Ustadz H. Gustiri
3
Wawancara pribadi dengan Ustadz. H. Gustiri Minggu, 24 11-2013, 10:00-11:30 .
4
Wawancara Dengan Firmansyah, di Cidodol Kediaman Ustadz Gustiri, Kamis 09-01- 2014
58
dapat memahami karakteristik para mad’u atau pendengarnya.
Pemahamanya mengengenai sasaran dakwah tersebut, membuat beliau dapat dengan mudah merumuskan tema-tema siaran yang mudah dipahami
oleh semua kalangan. Selain dari aspek kultur aspek sosial juga menjadi bagian
pertimbangan ustadz H. Gustiri sebelum menentukan tema dakwahnya. Dalam melihat aspek sosial, Ustadz H. Gustiri memperhatikan
permasalahan-permasalahan ummat yang sifatnya kontempoler seperti, masalah kebribadian, hubungan rumah tangga, masalah aqidah, masalah
ibadah, hukum-hukum Islam dan masalah syariah. Hal-hal tersebut menjadi pertimbangan penting Ustadz H. Gustiri sebelum menentukan
materi dakwahnya. Contoh Saiful Uyun menyebutkan bahwa tema yang biasa
diberikan Ustadz H. Gustiri menyangkut masalah aqidah dan syariah yang semuanya hampir dibahas oleh Ustadz H. Gustiri dalam siaran program
OPTIMIS.
6
Peryataanya tersebut menjadi bukti bahwa apa yang menjadi tema Ustadz H. Gustiri selalu memperhitungkan aspek sosial. Setelah
memperhatikan aspek sosio kultural barulah Ustadz H. Gustiri menentukan tema-tema yang sesuai dengan tujuan dakwahnya.