UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dari 2cm = positif kuat Mojab, Kamalinejad, Ghaderi Vahidipour, 2003.
4. Identifikasi Golongan Tanin Sejumlah 0,5 gram ekstrak dimasukan ke dalam tabung reaksi
kemudian tambahkan 2mL etanol 70 lalu aduk sampai rata. Kemudian masukkan ke dalam plat tetes lalu tambahkan FeCl
3
sebanyak 3 tetes, jika menghasilkan biru karakteristik, biru-hitam, hijau atau biru-hijau dan endapan Mojab, Kamalinejad, Ghaderi
Vahidipour, 2003; Sarma Babu, 2011. 5. Identifikasi Golongan Steroid
Sejumlah 0,5 gram ekstrak dimasukan ke dalam tabung reaksi kemudian tambahkan 2mL etanol 70 lalu aduk sampai rata.
Tambahkan 2mL kloroform, kemudian ditambahkan 2 mL asam sulfat pekat dengan cara diteteskan perlahan dari sisi dinding tabung reaksi.
Pembentukan cincin warna merah menunjukkan adanya steroid Mojab, Kamalinejad, Ghaderi Vahidipour, 2003.
6. Identifikasi Golongan Terpenoid Sejumlah 0,5 gram ekstrak dimasukan ke dalam tabung reaksi
kemudian tambahkan 2mL etanol 70 lalu aduk sampai rata. Tambahkan 2mL kloroform dan 1mL asetat anhidrida lalu dinginkan.
Setelah dingin tambahkan asam sulfat pekat. Jika terjadi warna kemerahan menunjukkan adanya terpenoid Mojab, Kamalinejad,
Ghaderi Vahidipour, 2003.
3.4.4. Pengujian Parameter Spesifik dan Non Spesifik
3.4.4.1.Parameter Spesifik
Parameter spesifik yang diamati meliputi : 1. Identitas Ekstrak. Deskripsi tata nama meliputi :
- Nama ekstrak generik, dagang, paten - Nama latin tumbuhan sistematika botani
- Bagian tumbuhan yang digunakan - Nama Indonesia tumbuhan Depkes RI, 2000
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Organoleptik. Penggunaan panca indera mendeskripsikan bentuk, warna, bau, rasa sebagai berikut :
- Bentuk : padat, serbuk-kering, kental, cair - Warna : kuning, coklat, dll
- Bau : aromatik, tidak berbau, dll
- Rasa : pahit, manis, kelat, dll Depkes RI, 2000.
3.4.4.2.Parameter Non Spesifik
1. Susut Pengeringan Ekstrak ditimbang secara seksama sabanyak 1 g sampai 2 g dan
dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105
C selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang, ekstrak ditarakan dalam botol timbang dengan
menggoyangkan botol hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5mm sampai 10mm. Jika ekstrak diuji berupa ektrak kental, ratakan
dengan batang pengaduk, kemudian dimasukkan ke dalam ruang pengering, buka tutupnya, keringkan pada suhu 105
C hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, biarkan botol dalam keadaan tertutup
mendingin dalam desikator hingga suhu kamar. Jika ekstrak sulit kering dan mencair pada pemanasan, ditambahkan 1g silika pengering yang telah
ditimbang secara seksama setelah dikeringkan dan disimpan dalam desikator pada suhu kamar. Silika tersebut dicampur secara merata dengan
ekstrak pada saat panas, kemudian keringkan kembali pada suhu penetapan hingga bobot tetap Depkes RI, 2000.
2. Kadar Abu Lebih kurang 2g sampai 3g ekstrak yang telah digerus dan ditimbang
secara seksama dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, ratakan. Perlahan dipijarkan hingga arang habis, dinginkan,
timbang. Jika cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, saring melalui kertas saring bebas abu. Sisa kertas dan kertas saring dalam
krus lalu dipijarkan. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan dan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dipijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara Depkes RI, 2000.
3.4.5. Persiapan Hewan Uji