Gaya Bahasa Analisis Persepsi Pembaca Terhadap Novel Ayat-Ayat Cinta

Karena adanya pesan-pesan tersebut, maka pembaca akan semangat untuk beribadah. 2 Menjunjung tinggi kaum wanita. 3 Menghormati orang yang berakidah lain. Islam mengajarkan kita untuk hormat-menghormati sesama makhluk. 4 Menolong sesama yang membutuhkan. 5 Memotivator pembaca agar tidak putus asa terhadap segala cobaan dan ujian dalam hidup. b Dampak negatif Dapat menyebabkan terjadinya istilah pacaran yang Islami, dan menyoreng noda pada agama. Karena pacaran yang Islami itu tidak ada. Istilah ini muncul di dunia nyata, banyak remaja yang pacaran pakai kerudung atau pacaran di masjid. Padahal itu dilarang agama, yang ada perkenalan ta’aruf untuk proses pernikahan. Serta menyebabkan pemahaman yang keliru, seperti membolehkan poligami. Memang dalam Islam membolehkan poligami, tetapi dengan syarat-syarat tertentu. Dalam novel dikisahkan bagaimana berinteraksi dengan sesama manusia, baik Muslim maupun non Muslim, muhrim dan bukan muhrim dan menolong siapapun yang membutuhkan bantuan. Selain itu, novel ini juga bisa memotivasi pembaca untuk tidak mudah putus asa dalam menghadapi berbagai cobaan dan ujian hidup serta membuat pembaca semangat untuk meningkatkan ibadahnya. Dampak-dampak tersbut juga patut diajarkan kepada siswa, karena mereka hidup berdampingan dengan pemeluk agama atau keyakinan yang berbeda, seperti di Indonesia yang sangat majmuk akan keragamannya, semua itu adalah saudara. Saudara setanah air, sekampung halaman, sepermainan, bukan saudara dalam keyakinan dan keimanan. Agar anak didik bisa bertoleransi terhadap pemeluk agama lain. b Nilai Negatif Nilai negatif atau kritisme merupakan nilai yang diberikan pembaca yang bersikap kritis terhadap suatu objek. Sikap kritisme tersebut merupakan sikap pembaca yang membanding atau menimbang sebuah karya. Pertimbangan tersebut dilakukan secara baik dan buruk, dilakukan dengan memberikan alasan-alasan mengenai isi dan bentuk hasil suatu karya. Kritisme pembaca terhadap novel AAC ialah: Hariyanto mengungkapkan bahwa dalam novel AAC tokoh Fahri digambarkan sangat sempurna akhlaknya di kehidupan manusia, dan ini sulit ditemukan lumrahnya di Negara Indonesia. Selain itu, latar yang digunakan dalam cerita ialah di negri orang yaitu Cairo, Mesir, tentu bagi pembaca yang belum pernah ke sana akan kesulitan menggambarkan. Lebih baik dalam novel AAC dicantumkan peta lokasi kejadian dalam cerita dan gambaran kehidupan masyarakatnya untuk mendukung kejelasan pembaca. Suci Wulandari mengungkapkan bahwa sikap Noura yang sangat mencintai Fahri membuatnya frustasi untuk mendapatkan cinta Fahri hingga ia memfitnah Fahri dengan tuduhan yang kejam dan sangat tidak baik untuk dicontoh, selain itu tindakan para polisi yang sangat kejam pada tahanan. Vivi Wulandari mengungkapkan bahwa tokoh muallaf dalam novel tidak begitu diperlihatkan bagaimana sikapnya dalam beribadah. Seperti Maria, salat yang dilakukannya hanya diperlihatkan saat ajal ingin menjemputnya. Sedangkan pada Alicia tidak diperlihatkan. Sikap ketaatan yang dilakukan oleh tokoh hanya menonjol pada Fahri saja. Ahsanul Anam mengungkapkan bahwa dilihat dari sisi lain, novel AAC digambarkan mempromosikan poligami dan istilah pacaran dalam Islam, hal tersebut dikarenakan adanya sikap poligami yang dilakukan oleh tokoh. Pembaca harus diberi arahan bahwa poligami bisa saja dilakukan dengan syarat tertentu. Persepsi pembaca terhadap novel AAC berdasarkan tiga skripsi, satu tesis dan empat tulisan dalam jurnal, dapat penulis simpulkan terdiri atas dua sikap, yaitu: sikap positif dan negatif. Sikap positif yang diungkapkan oleh pembaca terkait dengan banyaknya nilai-nilai yang terkandung dalam novel, seperti nilai agama dan nilai pendidikan. Nilai negatif yang diungkapkan pembaca ialah penokohan Fahri yang memiliki sikap dan sifat terlalu sempurna akhlak dan imannya, penokohan Fahri sangat sulit ditemukan dalam kahidupan nyata, sedangkan tokoh lain tidak digambarkan, selain itu konflik percintaan yang terdapat dalam cerita berlebihan seperti sikap Noura yang terlalu cinta pada Fahri hingga tega melakukan fitnah keji, dan novel AAC seperti mempromosikan poligami karena Aisha digambarkan rela dimadu dan Fahri pun akhirnya melakukan poligami. Novel Ayat-Ayat Cinta merupakan sebuah novel yang tidak hanya berkisah tentang percintaan atau poligami, tetapi ada juga mengenai permasalahan kehidupan, bagaimana menghadapi cobaan, rasa toleransi dan kegigihan menuntut ilmu. Berdasarkan persepsi pembaca dalam tulisan mereka, nilai Agama merupakan nilai yang paling banyak terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta. Ada empat pembaca dalam tulisannya yang memaknai novel AAC dari segi agama atau religius. Nilai tersebut diungkapkan oleh pembaca memang hampir mirip, baik itu dari tesis, skripsi maupun jurnal. Nilai agama yang dijelaskan oleh Asep Supriadi dalam tesisnya ialah dengan menggunakan kajian intertekstual antara novel Ayat-Ayat Cinta dengan Alquran dan Hadits. Sedangkan nilai agama yang dijelaskan oleh Rodhiatan Mardhiah dalam skripsinya, Ma‟mun Fauzi dan Vivi Wulandari dalam masing-masing tulisan dalam jurnalnya ialah langsung menganalisis berdasarkan isi dalam cerita saja. Nilai-nilai agama yang diungkapkan oleh pembaca dalam tulisannya terdiri atas nilai akidahyang merupakan kepercayaan seseorang. Kepercayaan itu dibagi atas rukun iman, yaitu: percaya kepada Allah