Pluralisme Agama Analisis Persepsi Pembaca Terhadap Novel Ayat-Ayat Cinta

Persepsi pembaca terhadap novel AAC berdasarkan tiga skripsi, satu tesis dan empat tulisan dalam jurnal, dapat penulis simpulkan terdiri atas dua sikap, yaitu: sikap positif dan negatif. Sikap positif yang diungkapkan oleh pembaca terkait dengan banyaknya nilai-nilai yang terkandung dalam novel, seperti nilai agama dan nilai pendidikan. Nilai negatif yang diungkapkan pembaca ialah penokohan Fahri yang memiliki sikap dan sifat terlalu sempurna akhlak dan imannya, penokohan Fahri sangat sulit ditemukan dalam kahidupan nyata, sedangkan tokoh lain tidak digambarkan, selain itu konflik percintaan yang terdapat dalam cerita berlebihan seperti sikap Noura yang terlalu cinta pada Fahri hingga tega melakukan fitnah keji, dan novel AAC seperti mempromosikan poligami karena Aisha digambarkan rela dimadu dan Fahri pun akhirnya melakukan poligami. Novel Ayat-Ayat Cinta merupakan sebuah novel yang tidak hanya berkisah tentang percintaan atau poligami, tetapi ada juga mengenai permasalahan kehidupan, bagaimana menghadapi cobaan, rasa toleransi dan kegigihan menuntut ilmu. Berdasarkan persepsi pembaca dalam tulisan mereka, nilai Agama merupakan nilai yang paling banyak terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta. Ada empat pembaca dalam tulisannya yang memaknai novel AAC dari segi agama atau religius. Nilai tersebut diungkapkan oleh pembaca memang hampir mirip, baik itu dari tesis, skripsi maupun jurnal. Nilai agama yang dijelaskan oleh Asep Supriadi dalam tesisnya ialah dengan menggunakan kajian intertekstual antara novel Ayat-Ayat Cinta dengan Alquran dan Hadits. Sedangkan nilai agama yang dijelaskan oleh Rodhiatan Mardhiah dalam skripsinya, Ma‟mun Fauzi dan Vivi Wulandari dalam masing-masing tulisan dalam jurnalnya ialah langsung menganalisis berdasarkan isi dalam cerita saja. Nilai-nilai agama yang diungkapkan oleh pembaca dalam tulisannya terdiri atas nilai akidahyang merupakan kepercayaan seseorang. Kepercayaan itu dibagi atas rukun iman, yaitu: percaya kepada Allah SWT, percaya kepada nabi dan rasul, percaya kepada kitab-kitab Allah, percaya kepada malikat-malaikat Allah, percaya kepada hari akhir, dan percaya kepada qodo dan qodar. Selain nilai akidah, ada juga mengenai nilai syariat. Nilai syariat terkait dengan urusan makhluk terhadap Tuhannya atau mengenai ibadah dan muamalah. Urusan tersebut mencakup: salat lima waktu subuh, zuhur, asar, magrib dan isya dan warisan, utang-piutang. Nilai akhlak terkait dengan perbuatan atau perilaku seseorang kepada Allah, kepada diri sendiri, kepada sesama manusia dan kepada lingkungan. Dalam novel Ayat-Ayat Cinta hal-hal yang terkait dengan akidah, Syariat dan akhlak memang sangat dapat dirasakan dan ditemukan oleh para pembaca. Ada makna spiritual yang bisa dirasakan oleh pembaca ketika mereka membaca novel tersebut. Hal ini sepadan dengan pendapat Habiburrahman yang ingin memberikan suatu bacaan berlandaskan Alquran dan Hadis. Selain itu, karena beliau memiliki kedekatan dengan pesantren dan juga latar belakang agama yang baik, membuat beliau menggunakan medium bahasa untuk menyampaikan ajaran-ajaran dari Alquran dan Hadis. Nilai lain yang diungkapkan oleh pembaca ialah nilai pendidikan. Hariyanto mengungkapkan mengenai tiga nilai pendidikan sabar, yaitu: sabar dalam ketaatan, sabar dari kemaksiatan dan sabar dalam menghadapi ujian dan cibaan. Selain itu, Suci Wulandari, Yant Mujiyanto dan Sri Hastuti mengungkapkan mengenai nilai pendidikan. Mereka mengungkapkan nilai pendidikan terkait dengan pendidikan religi, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan sosial budaya dan nilai pendidikan estetis. Mukhamad Khunsin memiliki ketertarikan yang berbeda dalam menganalisis novel AAC. Ia tertarik dengan gaya bahasa yang terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta. Ahsanul Anam mengungkapan mengenai dampak novel AAC terhadap pluralisme agama, ia mengungkapkan bahwa novel AAC memiliki dampak positif dan negatif. Menurut hemat penulis dari delapan persepsi pembaca memberikan nilai positif dan ada pula yang memberikan kritisme terhadap novel AAC. Dalam membaca suatu karya tidak akan lepas dari kritisme pembaca. Novel AAC juga dikritisi oleh beberapa pembaca di atas. Hal tersebut wajar karena dalam memberikan sebuah penilaian atau tanggapan harus objektif, tidak hanya memberikan nilai positif saja, tetapi ada nilai negatifnya juga. Namun demikian, para pembaca dalam tulisannya mengungkapkan bahwa novel AAC karya Habiburrahman El Shirazy memiliki energi positif bagi pembaca. Sesungguhnya hal ini juga sudah terlihat pada cover novel AAC yaitu “sebuah novel pembangun jiwa”. Maka penulis simpulkan bahwa novel AAC memang patut dan layak untuk dibaca. Berdasarkan latar belakang pendidikan pembaca yang berbeda-beda, entah mengapa para pembaca memberikan tanggapan yang sama, keseluruhannya positif, seperti adanya nilai agama, nilai pendidikan, pluralisme dan bahkan dari gaya bahasanya pun terlihat menjadi suatu hal yang menarik bagi pembaca. Meskipun ada pula kritisme yang disampaikan oleh beberapa pembaca. Keberagaman persepsi tersebut memang wajar dalam membaca sasatra, namun terlihat adanya benang merah atau keterkaitan makna yang sama, yaitu sama-sama ingin mengungkapkan hal-hal positif dan bermanfaat. Novel Ayat-Ayat Cinta layak untuk dibaca dan dijadikan sebagai sebuah novel pembelajaran bagi usia remaja maupun dewasa. Adanya nilai positif yang terkandung dalam novel dapat dicontoh dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan nilai negatifnya dapat dijadikan pelajaran untuk dihindari dan tidak dilakukan oleh pembaca. Atas dasar pertimbangan manfaat yang terkandung didalamnya dan cerita yang menarik itulah, maka novel Ayat-Ayat Cinta termasuk dalam novel yang banyak dikaji dan diminati oleh pembaca. Seperti dijelaskan sebelumnya, sebuah novel yang baik haruslah menarik dan bermanfaat dan para pembaca menemukan kedua hal tersebut dalam novel AAC.

D. Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia Hubungan keterlibatan antara persepsi pembaca terhadap novel AAC dengan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah ialah pembelajaran sastra mengenai analisis novel dapat membangun kreativitas siswa dalam mengapresiasi karya sastra. Salah satu kelebihan novel sebagai media pembelajaran ialah karena siswa dapat mengimajinasikan situasi dalam cerita dan mampu memahami nilai-nilai yang terkandung dalam novel. Oleh karena itu, guru juga dituntut selektif terhadap pemilihan novel yang akan diajarkan pada siswa. Tujuan pembelajaran sastra ialah memberikan suatu keadaan atau situasi melalui kata-kata. Kata-kata dalam suatu karya sastra merupakan bentuk komunikasi, dari belajar sastra tersebut siswa akan mengenal keadaan, lingkungan sosial, dan berbagai karakter dalam cerita. Selain itu, belajar sastra dengan menggunakan novel diharapkan dapat membentuk kepribadian dan watak siswa melalui nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya. Sehingga peserta didik diharapkan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Apabila mencermati silabus dan RPP bahasa Indonesia untuk kelas XI SMA dengan standar kompetensi memahami pembacaan novel, aspek mendengarkan, dan kompetensi dasar dapat mengidentifikasi alur, penokohan, dan latar dalam novel yang dibacakan serta menemukan nilai-nilai dalam novel yang dibacakan. Para siswa diharapkan dapat memahami mengenai unsur intrinsik yang terdapat dalam novel dan juga dapat menemukan nilai atau “kandungan-kandungan” yang terdapat dalam sebuah novel. Materi pokok yang akan disajikan penulis dalam penelitian ini ialah pembelajaran mengenai novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. Indikator yang ingin dicapai dalam pembelajaran ini ialah: 1. Mampu menganalisis unsur-unsur intrinsik dalam novel Ayat-Ayat Cinta Para siswa dalam indikator ini diharapkan mampu menganalisis unsur intrinsik novel. Siswa memiliki keterlibaran intelektual dalam memahami unsur-unsur tersebut. Jika dikaitkan dengan penelitian ini, siswa melibatkan aspek kognitif. Siswa diposisikan sebagai pembaca remaja mengalami tahap pengenalan, yaitu dengan membaca novel. Setelah membaca novel secara keseluruhan, maka siswa mampu menemukan unur-unsur intrinsik yang terkandung di dalamnya. 2. Mampu menemukan nilai-nilai dalam novel Ayat-Ayat Cinta Para siswa dalam indikator ini diharapkan mampu menemukan nilai- nilai yang terkandung dalam novel. Siswa memiliki keterlibatan emosional dalam memahami hal-hal yang bersifat subjektif. Jika dikaitkan dengan penelitian ini, siswa melibatkan aspek emotif. Setelah siswa mampu memahami mengenai kandungan sebuah novel, barulah aspek evaluatif berperan. Aspek evaluatif berkaitan dengan pemberian penilaian baik buruk, sesuai tidak sesuai antara novel tersebut dengan pengetahuan yang telah siswa dapatkan. Siswa diajak terlibat secara intelektual dan emosional terhadap novel AAC, sehingga siswa akan mencoba menerapkan nilai-nilai yang didapatkannya dalam kehidupan untuk menimbulkan perubahan prilaku. Dengan meneliti persepsi pembaca terhadap novel Ayat-Ayat Cinta, seorang pendidik dapat memberikan rujukan kepada peserta didik untuk menganalisis atau membaca mengenai novel AAC hal itu dikarenakan adanya banyak niai yang terdapat dalam novel tersebut dan bermanfaat untuk pembaca. Selain itu, dapat dilihat manfaat pembelajarannya, yaitu: a. Novel AAC merupakan novel yang memiliki pesan pendidikan yang baik untuk pembaca di antaranya kita harus disiplin waktu, menghormati guru dan tidak malas dalam menuntut ilmu seperti yang dilakukan oleh tokoh- tokoh dalam novel AAC. b. Dengan membaca novel AAC dapat mengembangkan pengetahuan berbahasa siswa, karena bahasa yang digunakan dalam novel baik dan tidak hanya menggunakan bahasa Indonesia, ada bahasa lain yang digunakan sehingga pembaca memiliki tanbahan pengetahuan mengenai bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Arab, Jerman dan Jawa. c. Dengan membaca dam memberikan persepsi berupa penilaian terhadap novel AAC berarti memberikan pelajaran kepada siswa untuk menghargai novel tersebut dan dengan persepsi yang diberikan baik itu mengkritiki atau tidak, maka membuat karya sastra itu dikenang dari zaman ke zaman. Siswa juga mendapatkan pengetahuan mengenai nilai positif dan negatif yang terkandung dalam novel AAC. Penilaian mengenai banyaknya nilai-nilai positif dan kritisme dalam novel AAC juga telah dijelaskan oleh para pembaca melalui tulisan mereka dari skripsi tesis dan juga tulisan dalam jurnal. Banyaknya nilai-nilai yang terkandung dalam novel digambarkan dengan prilaku, pemikiran tokoh dan pendapat tokoh lain. Nilai-nilai yang diuraikan oleh masing-masing pembaca terdiri atas nilai pendidikan dan nilai religius. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai yang patut disampaikan pada siwa. Bahkan guru juga bisa membuat diskusi dalam kelas terkait dengan nilai-nilai yang ditemukan oleh para siswa dalam novel AAC. Para siswa tidak hanya dapat berdiskusi mengenai unsur intrinsik saja, tetapi dapat pula mengungkapkan mengenai nilai positif dan negatif. Hal tersebut akan menjadi sebuah diskusi yang meraik dalam kelas, karena akan ditemukan lagi persepsi- persepsi yang berlainan. Dengan keberagaman pendapat siswa di kelas nantinya, guru harus mampu mengarahkan para siswa untuk tidak melakukan hal-hal yang menyimpang atau memiliki nilai negatif. Dapat dikatakan juga bahwa pembelajaran sastra turut berperan dalam membangun karakter atau jati diri bangsa. Jadi, pemilihan mengenai novel sebagai bahan ajar dapat pula dilakukan dengan menganailsis berbagai persepsi pembaca terhadap suatu novel, agar seorang guru dapat mempertimbangkan bacaan apa yang patut diberikan pada siswa. Penilaian atau pendapat pembaca terhadap sebuah novel bisa dilibatkan dalam pemilihan novel sebagai bahan pengajaran bahasa dan sastra di sekolah. Karena sejatinya seorang guru juga bertugas untuk memberikan yang terbaik pada siswanya, termasuk dalam pemilihan novel sebagai bacaan siswa. 86

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Dari penelitian yang penulis lakukan terhadap delapan persepsi pembaca mengenai novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy, dapat disimpulkan bahwa adanya nilai positif dan kritisme pembaca terhadap novel AAC. Persepsi tersebut ialah: 1. Adanya beberapa nilai yang diungkapkan oleh penulis dalam berbagai tulisan mereka. Nilai-nilai tersebut ialah nilai pendidikan, nilai agama atau nilai religius, gaya bahasa dan dampak novel tehadap pluralisme agama. Nilai positif yang diungkapkan oleh pembaca ialah nilai pendidikan, dan nilai agama. Ada pula mengenai gaya bahasa dan pluralisme agama. Nilai yang paling banyak dituliskan oleh pembaca ialah nilai agama. Nilai- nilai agama yang terkandung ialah: nilai akidah dalam novel yang dikaitkan dengan rukun iman, nilai syariat dalam novel yang dikaitkan dengan rukun Islam dan nilai akhlak yang terdapat dalam novel AAC. Selain itu, ada pula kritisme pembaca terhadap novel AAC yaitu mengenai penokohan Fahri yang digambarkan begitu sempurna, baik dalam akhlak dan imannya, tokoh seperti itu sulit ditemukan dalam kehidupan. 2. Implikasi persepsi pembaca terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia ialah ketika memilih novel maka salah satu cara yang digunakan adalah dengan menganalisis persepsi pembaca terhadap novel. Sebagai seorang pendidik, harus mampu memberikan bacaan yang bermanfaat bagi para siswa. Pemilihan tersebut didasarkan pada manfaat apa yang akan ditemukan oleh siswa, seperti dalam novel AAC. Para siswa dapat menemukan nilai- nilai yang bermanfaat, seperti sikap kepada pada Allah, diri sendiri sesama manusia dan alam lingkungan merupakan hal yang patut dilakukan oleh para siswa, sikap tersebut di antaranya ialah toleransi terhadap sesama,