37 Sedangkan menurut istilah fiqh hadhanah ialah tugas menjaga dan
mengasuh atau mendidik bayi atau anak kecil sejak lahir sampai mampu menjaga atau dapat mengatur dirinya sendiri. Anak yang sah nasabnya berarti tugas
hadhanah akan dipikul oleh kedua orang tuanya sekaligus.
37
Menurut Peunoh Daly, mengemukakan definisi hadhanah ialah pekerjaan yang berhubungan dengan memelihara, merawat dan mendidik anak yang masih
kecil, bodoh atau lemah fisik.
38
Dalam buku hukum perdata Islam di Indonesia, di katakan bahwa hadhanah adalah memelihara seorang anak yang belum mampu hidup mandiri
yang meliputi pendidikan dan segala sesuatu yang diperlukan baik dalam bentuk melaksanakan maupun dalam bentuk menghindari sesuatu yang dapat
merusaknya.
39
Kewajiban membiayai anak yang masih kecil bukan hanya berlaku selama ayah dan ibu masih terikat dalam tali perkawinan saja, namun juga
berlanjut setelah terjadinya perceraian.
40
2. Menurut Peraturan Perundang-Undangan
a. Hak Asuh Anak Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak
37
Neng Djubaedah Dkk, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, h.237.
38
Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1988, h. 399-400.
39
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafindo, 2006, h.67.
40
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia “Antara Fikih Munakahat dan UU
Perkawinan”, h. 328.
38 Walaupun kata “Hak Asuh” telah biasa dipergunakan dalam membahas
hak orang tua untuk mengasuh anaknya khususnya ketika pasangan suami istri yang telah memiliki anak melakukan perceraian atau pisah rumah akan tetapi kata
hak asuh tersebut tidak ditemukan dalam UU Perlindungan Anak yang terkait dalam hukum keluarga.
Kosa kata yang identik dengan itu adalah Kuasa Asuh sebagaimana dijelaskan dalam pasal 1 angka 11 UU Perlindungan Anak yang mengatakan
bahwa kuasa asuh adalah kekuasaan orang tua untuk mengasuh, mendidik, memelihara, membina, melindungi, dan menumbuhkembangkan anak sesuai
dengan agama yang dianutnya dan kemanpuan, bakat, serta minatnya.
41
Apabila kata “Kuasa Asuh” tersebut berdiri sendiri maka kata tersebut dapat diartikan sebagai suatu kewenangan untuk mengasuh. Pemahaman
demikian dapat memberikan kesan bahwa orang tua di satu pihak memiliki kewenangan terhadap anak di pihak lain. Namun demikian halnya apabila
menafsirkan kata “Kuasa Asuh” seperti halnya rumusan UU Perlindungan Anak yang dikutip di atas karena kewenangan yang dimaksud adalah kewenangan
dalam mengasuh, mendidik, memelihara, membina dan melindungi serta kewenangan untuk menumbuh kembangkan anak dengan catatan bahwa cara dan
arah pengembangan harus disesuaikan dengan Agama yang dianut serta kemampuan, minat dan bakatnya, dengan kata lain kuasa asuh merupakan hak
dari orang tua untuk menjalankan kewajiban dalam hal-hal tersebut.
41
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, pasal 1 angka 11, Indonesia.
39 Di dalam UU Perlindungan Anak pada dasarnya murni mengatur tentang
perlindungan terhadap anak, tanpa melihat latar belakang kondisi orang tua yang bercerai atau tidak bercerai. Undang-Undang ini juga tidak mempermasalahkan
apakah anak memiliki kejelasan orang tua atau tidak. Makna lain yang terlihat adalah, adanya fenomena kekhususan dan ketegasan UU Perlindungan Anak
dalam memberikan perlindungan terhadap anak. Tanggung jawab perlindungan anak berdasarkan UU ini, secara tegas dikontruksikan dengan pelibatan kewajiban
bersama antara orang tua, masyarakat dan Negara yang terbaik bagi anak. UU Perlindungan Anak dapat dikatakan memiliki nilai Universal yang
tinggi. Sebab prolog kelahiran Undang-Undang ini setelah lebih dulu melalui fase-fase keprihatian masyarakat Internasiaonal. Khususnya berkaitan dengan
nasib anak sebagai penerus peradaban manusia.
42
b. Hak Asuh Anak Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang